3. Kesalahan Fatal

1874 Words
Mentari pagi telah menyusup masuk ke dalam celah-celah jendela kamar utama Hanging Pool Villa yang dijadikan sebagai tempat peraduan one night stand atau cinta satu malam yang dialami oleh Bara Gandawasa dan Amara Respati. Saat matahari mulai menyinari tirai kamar, seketika Amara membuka kelopak mata secara perlahan-lahan. Efek mabuk semalam, kepalanya terasa berat untuk dapat ditegakkan. Amara mulai membuka lebar sepasang netra cokelat miliknya yang juga terasa berat seraya meletakkan tangan di keningnya yang berkerut. Amara berusaha melayangkan pandangan yang awalnya kabur berubah menjadi lebih jelas hingga dapat menyaksikan sebuah kamar yang sangat asing baginya. Aku dimana? Tanya Amara dalam hati. Mata wanita itu mendadak membulat sempurna saat menengok ke sebelah samping ranjang tempatnya berbaring. Seketika ia terlonjak mendapati sosok pria yang tertidur di samping Amara. Amara pun menjerit, “Aarghhhh …” Jeritan Amara langsung memecah keningan pagi hingga membuat pria yang tertidur di sampingnya tersebut terlonjak secara mendadak sampai hampir terjatuh dari ranjang. Akibat jeritan Amara, sepasang pria dan wanita tanpa status tersebut saling memandang satu sama lain di atas ranjang dalam posisi setengah duduk. Masih belum sadar jika dalam keadaan tanpa sehelai kain pun yang membalut tubuh polos mereka berdua. “Bara Gandawasa … kenapa kau ada di sini???” pekik Amara sambil mengernyit lalu semakin histeris saat melirik badannya dari dalam selimut yang telanjang tanpa kain yang membungkus tubuh molek Amara. Ia pun semakin menarik selimut untuk menutupi tubuhnya itu sambil menitikkan air mata. Syok dengan kenyataan pagi ini. Sementara itu Bara juga memekik seketika saat menyadari tubuhnya pun sama-sama dalam keadaan tanpa busana sehelai pun. Ia pun mengumpat. “s**t … seharusnya aku yang tanya padamu, KENAPA KAU SAMPAI ADA DI KAMARKU???” Karena selimut telah dipakai sepenuhnya oleh Amara dan ia tak mungkin bergeser mendekat ke arah wanita itu, Bara pun memilih beringsut dari ranjang seraya memunggungi Amara agar tubuhnya yang tanpa busana tersebut tak terlalu terekspos oleh sang wanita. Bergegas mengambil bathrobe yang tergantung di dinding agar kejadian memalukan ini segera berakhir. Sedangkan Amara yang masih syok tampak terisak dan ketakutan. Masih tak menyangka dan berusaha untuk memulihkan apa yang telah terjadi semalam. Amara semakin terisak setelah netra cokelat miliknya menemukan ada sisa-sisa noda merah di atas sprei putih. Semakin menguatkan dugaan kalau mereka berdua semalam sudah melakukan hubungan suami istri di sana. Ya Tuhan, Bara Gandawasa sudah merenggut keperawananku! Bara yang bukan suamiku sudah mengambil kesucianku semalam … Teriak Amara dalam hari sambil mencengkeram kuat sprei yang bernoda merah itu frustasi. Bara yang menyaksikan Amara syok dengan berurai air mata, langsung bergerak mendekati wanita itu. Namun sang wanita cepat-cepat mundur dari tempatnya duduk. Tampak ia masih ketakutan. “Oke, oke, berarti semalam kita sudah … sudah bercinta semalam. Aku mabuk dan kau pasti juga mabuk hingga terjadi seperti ini. Namamu siapa?” tanya Bara. Amara hanya membisu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ketika ia berusaha untuk mengingat kejadian semalam, bayangan di beach bar itu muncul saat Bara tiba-tiba menarik tangannya untuk mengajaknya duduk bersama hingga memaksa Amara untuk minum minuman keras. Apalagi saat ia ingat jika nama yang disebut adalah ‘Nadia’ bukan namanya. Wanita cantik itu pun langsung membalas pertanyaan Bara dengan emosi di d**a. “Nadia … seperti kau yang sebut-sebut semalam padaku. Kau menarik tanganku lalu mengajakku duduk di sampingmu hingga memaksaku untuk mabuk sepertimu. Mencekokiku minuman keras hingga mabuk berat. Jahat sekali kau padaku!!!” seru Amara lagi hingga ia benar-benar rapuh di atas ranjang seraya bersimbah air mata. Ucapan Amara membuat Bara terperangah. Setengah tak percaya dengan kalimat yang terlontar dari wanita itu. Ia mencoba mengingat-ingat kejadian semalam. Yang pria macho itu ingat sekilas adalah Bara memang melakukan kejadian bercinta dengan kekasihnya, Nadia agar hubungan mereka berdua direstui oleh kedua orang tua Bara jika bisa membuat Nadia sampai hamil anaknya. “Astaga, aku telah menyentuhmu semalam. Maafkan aku, aku dalam kondisi mabuk berat. Yang kuingat memang kau semalam adalah Nadia, kekasihku. Aku menginginkan kekasihku semalam,” kata Bara saat ini juga membuat hati Amara sakit. Terluka dengan kejadian menyesakkan yang telah terjadi ditambah dengan perkataan Bara yang menyayat hati serasa ditusuk menggunakan sebilah pedang yang menancap di hati. Bayangkan saja semalam ingin mendapatkan hiburan di pesta lajang dan ulang tahun sang teman malah harus berakhir di kamar pria yang tanpa status apa-apa dengannya hingga telah merenggut kesucian Amara. Sungguh kenyataan yang memilukan hati wanita itu. Amara yang masih berlinang air mata lekas beranjak dari ranjang. Dengan kondisi tubuhnya masih terbalut selimut, ia mencoba mencari-cari apakah ada sisa-sisa alat pengaman atau kontrasepsi yang telah terpakai di sana. Mencari-cari di lantai, di kolong tempat tidur, dan di tempat sampah namun hasilnya nihil. Sama sekali tidak ada yang artinya adalah mereka melakukannya tanpa alat pengaman. Bara mengalirkan benih-benihnya di dalam tubuh Amara. Tak kuasa dengan fakta mengejutkan ini, wanita itu jadi tersungkur di lantai. Ketika Bara hendak membantu Amara untuk bangkit, wanita cantik itu menolak. Mendadak benci pada pria yang telah merenggut kesuciannya itu. “Maaf-maaf, aku semalam memang tidak menggunakan pengaman. Sebagai gantinya aku akan memberimu uang banyak karena sudah menidurimu. Tapi aku masih perjaka semalam,” jelas Bara yang meyakinkan bahwa dirinya masih belum tersentuh wanita lain pada Amara lalu memberinya penawaran yang tidak cuma-cuma. “Aku akan memberimu uang. Kau mau berapa? Seratus juta / dua ratus juta / tiga ratus juta / lima ratus juta / satu milyar? Akan kuberikan asalkan kau tidak menyuruhku tanggung jawab untuk menikahimu!” Penawaran dan kalimat jahat yang dikemukakan oleh Bara Gandawasa tersebut membuat Amara Respati naik pitam. Masih tak habis pikir jika ‘mahkota’ yang selama ini ia jaga dihargai maksimal satu milyar rupiah oleh Bara Gandawasa. Ucapan pria itu semakin menunjukkan sifat asli Bara dan semakin brengseknya pria itu dengan memberikan penawaran berupa uang yang dapat ditukar akibat telah merenggut keperawanan Amara. Seolah-olah pria itu menganggap Amara bukan berasal dari keluarga berada. Belum tahu jika ia seorang wanita yang lahir dan besar dari keluarga kaya raya seperti dirinya. Masih tidak tahu jika wanita itu adalah tamu dari Tasya Hermawan yang terkenal bergaya hidup sosialita dan glamour. Tak ingat jika mereka semalam sempat berpapasan di lorong resort. Amara sudah tidak tahan mendengar celotehan Bara yang menyakitkan. Dengan cepat ia melayangkan tangan kanan untuk memberikan tamparan yang cukup keras di pipi laki-laki itu. PLAKKK! Amara langsung menampar pipi Bara saat pria itu memberikan penawaran uang padanya. Apalagi menegaskan jika Bara takkan tanggung jawab dengan menikahi Amara hingga mengakibatkan air mata mengalir deras di pipi halus milik wanita itu. “Cukup! Aku tak butuh uangmu sepeser pun! Aku tak butuh tanggung jawabmu! Kau pria brengsekk yang pernah aku kenal. Mulai hari ini aku tak ingin bertemu denganmu lagi Bara Gandawasa. Biar Yang Di Atas yang membalas apa yang sudah kau lakukan padaku!!!” tandas Amara lantas meraih gaun hitam miliknya yang berceceran di lantai untuk segera dipakai agar membungkus tubuh polosnya. Tanpa berlama-lama lagi, Amara lekas beranjak pergi dari tempat itu untuk meninggalkan Bara sendiri. Sudah tak sanggup berada bersama pria brengsekk seperti Bara Gandawasa. Sebelum pergi, ia berdoa dalam hati agar Tuhan tidak menumbuhkan janin di dalam rahimnya pasca kejadian tadi malam. Tak ingin menjadi seorang ibu tanpa suami. Tak ingin punya suami seperti Bara. Yang ia ingin selanjutnya adalah melupakan kejadian semalam dan optimis untuk tidak lagi berhubungan dengan pria itu. Amara pun meninggalkan Bara yang mematung di tempat sendirian dengan perasaan berkecamuk di d**a. Antara rasa sakit hati yang menyiksa hingga merasa terhina oleh perlakuan dan ucapan Bara hari ini. Ia pun meninggalkan pria itu tanpa menjawab pertanyaan Bara yang masih belum terjawab terkait nama lengkap wanita yang telah ia nodai itu. *** “Rika, aku mau pulang hari ini juga! Aku sudah tidak betah di sini,” tukas Amara yang masih terngiang-ngiang kejadian semalam setelah ia kembali ke kamar Deluxe Villa Beach Front yang disedikan oleh Tasya Hermawan untuk kedua temannya tersebut. Rika tercengang mendengar ucapan Amara. “Lho, Ra, kok cepat sekali? Katanya mau jalan-jalan dulu di Pulau Komodo. Kok cepat banget sih?” tanya Rika penasaran. “Karena kau adalah sabahatku, aku akan menceritakan kejadian buruk yang menimpaku semalam hingga aku terluka. Tapi ini rahasia kita berdua,” jawab Amara yang mulai meneteskan air matanya kembali. Ia serasa tertekan di resort tersebut akibat ulah Bara. “Iya, ceritakan padaku. Aku akan siap mendengarkan,” sahut Rika berusaha menenangkan Amara yang tampak tak berdaya. “Oh iya, aku baru ingat jika kau semalam tidak tidur sini. Kau dimana, Ra? Kau semalam tidur dimana?” Pertanyaan yang terlontar dari mulut Rika sontak membuat Amara semakin menangis tersedu-sedu. Masih tak mampu menerima kesalahan fatal yang telah dilakukan Bara padanya hingga kesuciannya hilang saat sebelum menikah. Amara pun menceritakan semua kejadian yang telah terjadi semalam bersama CEO yang merangkap menjadi selebgram tersebut. Rika syok mendengar cerita memilukan dari Amara hingga ikut menangis karena terperanjat dengan kisah sedih sang sahabat. “Ya ampun, Ra. Bodohnya aku sudah meninggalkanmu sendirian di beach bar. Aku minta maaf, Ra. Aku menyesal. Maafkan aku,” pinta Rika sembari memohon ampun pada Amara sambil terisak. Amara menggeleng. “Bukan salahmu. Itu semua salah Bara yang telah menodaiku. Salahku juga kenapa harus jalan dekat-dekat pria yang sedang mabuk itu,” sahut Amara merutuki dirinya sendiri. “Bara Gandawasa harus tanggung jawab padamu, Ra! Dia harus membayar apa yang dia telah lakukan padamu!” tegas Rika dengan mata membara. “Aku nggak mau jadi istri pria seperti Bara, Ra. Lagian dia sudah punya kekasih bernama Nadia. Aku nggak mau dibayang-bayangi Nadia jika kami menikah. Aku nggak mau menikah dengan pria yang tidak mencintaiku,” tegas Amara menolak usulan Rika. “Huft, memang kurang ajar tuh laki! Harus dibinasakan saja. Tapi kalau kau sampai hamil gara-gara bercinta dengan pria itu gimana, Ra?” tanya Rika khawatir. Deg, iya kalau aku sampai benar-benar hamil bagaimana? Apakah aku sanggup mengandung anak dari Bara Gandawasa sendirian? Tanya Amara dalam hati. Amara berusaha mengenyahkan pikiran itu. Ia berusaha bersikap positif dan menanggapi pertanyaan Rika. “Aku berdoa agar aku tidak hamil. Sudah cukup apa yang kualami kemarin. Dalam waktu dekat aku akan sering minum kafein dan makan nanas. Agar tidak mengandung anak Bara.” Rika manggut-manggut. “Iya, Ra. Gitu aja kamu. Lagian aku nggak setuju kamu jadi istri Bara. Mending yang lain aja. Masih banyak pria yang lebih baik dari Bara.” “Iya, Rika. Makasih dukungannya. Kau memang teman terbaikku,” sahut Amara sembari tersenyum lega. “Eh … Ra, maaf nih, sebelum ngomong aku mau minta maaf dulu padamu.” “Maaf kenapa, Rika?” tanya Amara bingung. “Kau kan sudah nggak perawan nih, nanti saat calon suamimu tahu gimana? Maaf Ra, aku cuma ingin kau siap-siap saja nantinya saat kau mau menikah.” Amara menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. “Pasti aku akan jujur kok. Aku akan bilang pada calon suamiku kalau aku telah ternoda. Aku sudah dinodai pria di suatu malam. Aku harus berusaha kuat mengatakan ini nantinya,” jawab Amara mantap. “Baguslah, kalau begitu ayo kita sarapan sekarang, aku sudah lapar nih,” ajak Rika. “Iya, tapi aku mandi dulu ya. Aku mau membersihkan diriku yang kotor ini dulu. Tunggu ya!” Amara berkata kemudian diangguki oleh Rika. Ia pun berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dari sisa-sisa kesalahan fatal semalam. Berharap setelah ini takkan ada masalah yang hadir lagi di hidup Amara Respati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD