Bab 2 Bertemu kekasih Suaminya

1175 Words
“Aku bilang begitu?” Taurus menghela napas, pura-pura menahan emosi. “Kau bilang kau juga sedang menunggu dan akan mengejar cinta pertamamu, seperti aku.” Setelah susah payah mengingat akhirnya Cerina ingat. Dulu, saat ide pernikahan ini dicetuskan, Cerina pernah mengatakan kalau dia memiliki cinta pertama yang akan tetap ia kejar meskipun ia menikah dengan orang lain. Ia tidak menyangka Taurus memercayai jawaban asal itu. Masalahnya, Cerina mengatakan itu hanya karena tidak mau kalah dari Taurus. Saat setuju untuk menikah, Taurus memperjelas satu hal padanya. “Aku bersedia menikahimu, tetapi aku tidak akan bisa memberikan hatiku sepenuhnya. Aku mencintai Thalia, dan itu tidak mudah berubah hanya karena kita menikah.” Suara berat Taurus menjelaskan itu dengan sangat lembut dan pengertian, tapi bagi Cerina itu penolakan yang mutlak. Meski hanya memperoleh status, Cerina tidak keberatan. Ia tidak ingin tampak terlalu berharap dan senang, jadi ia membual untuk menyelamatkan mukanya. “Tentu. Aku juga sudah menyukai seseorang. Jadi, tidak perlu khawatir soal itu.” Taurus sudah mengenal Cerina sejak remaja, dan ia tidak pernah melihat gadis itu dekat dengan laki-laki. Mereka berteman dekat sehingga ia pasti sadar jika Cerina menyukai seseorang. “Oh ya? Kau tidak pernah memberitahuku soal itu. Apakah aku kenal orangnya?” “Hmm.” Cerina pura-pura berpikir. “Sepertinya tidak. Ini sudah terjadi cukup lama. Kupikir orang itu juga pasti tidak kenal aku.” Taurus menatap tidak terima seperti kakak yang protektif. “Wah, b******n beruntung mana yang disukai diam-diam oleh Nona Muda Graham kita.” Taurus menghela napas lega. Tadinya ia mencemaskan Cerina sebelum menyetujui pernikahan kontrak ini. Namun, jika begitu, sepertinya akan baik untuk kedua belah pihak. Termasuk bisnis keluarga Graham dan Anderson. Cerina tertawa kecil sambil menggeleng, “Jangan dipikirkan. Percuma. Kau tidak kenal dia!” Saat mengenang masa itu sekarang, Cerina merasa ingin memukul dirinya sendiri. Seharusnya ia tidak menyetujui pernikahan ini sejak awal. Sebenarnya apa yang sudah ia lakukan tiga tahun ini? Ia begitu mencintai Taurus. Pernikahan mereka baik-baik saja hingga ia berdelusi bahwa pria itu juga mencintainya. Tapi nyatanya, hanya dia yang mencintai sendirian selama ini. “Ini tiba-tiba sekali. Kapan Thalia kembali?” Cerina memainkan pulpen di atas amplop surat cerainya. Taurus menarik napas, Cerina bisa melihat bibirnya sedikit tersenyum. “Bulan lalu. Dia cuti dari pendidikannya. Kau tahu bahwa kesehatannya tidak terlalu baik.” Wajah Taurus kemudian tampak sedih. Hati Cerina perih. Hanya butuh dua minggu bagi Taurus untuk menyudahi pernikahan yang sangat Cerina lindungi ini. Cerina mencengkeram testpack dalam sakunya sampai benda itu retak. Dia bahkan tidak pernah mengkhawatirkanku seperti itu. “Tapi dia tidak menghindar lagi saat kuajak bertemu. Kami mengobrol lama kemarin.” Taurus tersenyum samar dan pandangannya menatap jauh. Cerina menatap Taurus lama sekali. Ia berharap pria itu tidak mengetahui bagaimana matanya berkaca-kaca dan bibirnya yang digigit untuk menahan tangis. “Ah, begitu.” Cerina mengangguk pelan. Ia berdeham menahan air mata, “Apakah menurutmu dia akan menerimamu kali ini?” Ya, Thalia, sang cinta pertama yang amat Taurus puja itu, sudah menolak pernyataan cintanya beberapa kali. Thalia selalu memberi alasan bahwa mereka sudah berteman baik dan akan canggung jika tiba-tiba menjadi kekasih. Tapi terakhir Taurus bilang bahwa Thalia menganggap mereka masih terlalu muda untuk menjalin hubungan. Mungkin itu sebuah kemajuan? “Entahlah. Aku akan lebih memperhatikan kesehatannya dulu untuk saat ini. Kau tahu, kami masih menunggu donor jantung yang cocok.” Taurus menghela napas sambil menyesap anggurnya. “Tapi aku tahu ada yang berubah darinya.” Taurus mendongak, menatap Cerina dengan mata yang berbinar. “Jika kali ini berjalan lancar, kupikir kami akan bisa menikah.” Dunia Cerina semakin runtuh di sekelilingnya. Meninggalkan dirinya di tengah reruntuhan dalam keadaan patah dan penuh gores. Bagaimana bisa dia membicarakan rencana pernikahannya dengan wanita lain di depan istrinya, dengan wajah bahagia seperti itu? Cerina memiringkan kepala, menatap Taurus dengan dalam dan senyum tulus, “Kau tampak bahagia.” Taurus terhenyak. Selalu ada sesuatu dari tatapan Cerina yang membuat dadanya tergerak tidak nyaman, terlebih saat gadis itu menatapnya lurus seperti saat ini. Yang entah kenapa membuat Taurus seperti orang bodoh karena gadis itu bisa melihat jauh ke dalam dirinya. “Aku bahagia.” Taurus mengangguk yakin, berusaha melawan tatapan keras Cerina yang menatapnya seolah ia berdusta. “Jangan jadi lebih bahagia daripada saat bersamaku.” Cerina menatapnya dengan agak merajuk dan jejak humor, meskipun sebenarnya tenggorokannya sakit karena tercekat. Ia menyamarkan tawa sumbang, yang tidak disadari Taurus yang malah ikut tersenyum. Cerina tidak mengerti kenapa Taurus selalu ingin kembali pada Thalia. Gadis itu bahkan tidak terlalu peduli padanya. Saat lulus dari sekolah atas, Taurus bahkan menolak undangan perguruan tinggi terbaik di luar negeri agar bisa menemani Thalia yang saat itu masih sakit. Tapi dua bulan kemudian, Thalia malah pergi meninggalkannya untuk kuliah di luar negeri. Seolah ia lupa bahwa Taurus sudah merelakan pilihan terbaik untuk masa depannya demi dirinya. Thalia mengabaikan Taurus bertahun-tahun dan hanya menyapa saat ia kembali dari luar negeri, tapi Taurus selalu menunggunya seperti orang bodoh. Dan sebagai orang ketiga dari percintaan itu, Cerina mengamati semuanya. Ia melihat seberapa terlukanya Taurus karena mencintai Thalia, merindukannya, dan mengharapkannya. Cerina tahu betul rasanya, karena seperti itulah ia mencintai Taurus yang tidak pernah peduli padanya. Selama lebih dari sepuluh tahun. Taurus selalu menolak wanita lain yang mendekatinya demi Thalia. Itulah kenapa Cerina tidak pernah bisa maju karena tahu ia juga tidak akan punya kesempatan. *** Pikiran Cerina masih tidak keruan setelah pembicaraan semalam. Bayang-bayang surat cerai masih terlintas di kepala. Pagi itu ia memegang testpack di tangan kanan, dan surat cerai di tangan kirinya. Taurus sudah berangkat kerja sejak tadi seolah tidak ada yang terjadi. Tapi Cerina tidak bisa membuat dirinya bangkit. Kepalanya sakit karena menahan tangis semalaman, dan pagi ini ia benar-benar menumpahkan semuanya. Untungnya matanya tidak bengkak karena ia harus ke Graham Hotel hari ini. Cerina membuang testpack ke tong sampah “Tidak ada harapan untukmu.” Ia menatap testpack itu dengan menyedihkan. Lalu meninggalkan surat cerai yang pagi ini baru ia tanda tangani. Cerina mengawasi manajemen hotel hari ini. Karena sekarang liburan musim dingin, ada banyak keluarga yang menginap untuk bisa berwisata. Kotanya terkenal dengan wisata alam, pemandian air panas, dan wahana air, seperti arung jeram, diving, dan seluncur air. Dan sebagian besar turis akan menginap di hotelnya. Cerina mematung saat menatap wanita yang kini duduk di meja restoran hotelnya. Thalia menatapnya seolah menyuruhnya untuk bergabung. Seorang petugas hotel menghampirinya, memberitahu bahwa pelanggan mereka—yang adalah Thalia—memanggilnya. Ia mengeraskan ekspresinya, mempertahankan sikap profesional. “Ada yang bisa kubantu?” Thalia tersenyum seperti wanita dewasa yang manis, “Duduklah dulu.” Cerina duduk, menatapnya datar, tapi kemudian memaksakan senyum bisnisnya, “Aku tidak bisa tinggal terlalu lama. Ini masih jam kerjaku.” “Aku tidak akan lama.” Thalia menyesap teh. “Aku ingin memberitahumu satu hal.” Cerina menatap wanita di depannya, tidak merespons banyak. Meski begitu, Thalia tetap bercerita meski tidak ditanya. “Taurus sudah bersamaku sejak bulan lalu. Dan bulan ini, aku sudah terlambat datang bulan. Kuharap kau mengerti situasi kami.” Sesuatu seolah putus dalam kepala Cerina. Apa? Apakah … Thalia juga hamil?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD