***
Ini bukan kali pertama bagi Audi Natisha menerima bentakan dari Arkana Agdijaya, CEO di Kings Group tempatnya bekerja. Namun, kali ini Tisha merasa ia ingin sekali menangis. Menurutnya, Arka sudah keterlaluan. Memang, Tisha sadari dirinya ceroboh sebagai seorang sekretaris karena telah membawa dokumen yang salah ke tempat meeting. Padahal, mereka meeting ke luar Kota.
"Kamu pikir mudah bagi saya untuk sampai di posisi ini, huh? Gara-gara ketololamu saya hampir kehilangan klien!" bentakan Arka menggema dalam benak Tisha. Sejujurnya, Arka tidak tega memperlakukan seorang perempuan seperti ini, tapi sekretarisnya sudah benar-benar keterlaluan. Beruntung dia masih bisa mengatasinya. Sehingga klien mereka memaklumi.
"Saya minta maaf, Pak," ucap Tisha yang masih saja tertunduk lemah. Tisha mengakui dirinya memang bersalah. Namun, dia sudah menyesalinya. "Saya tidak sengaja," ucapnya.
Arka berdecih. "Kamu pikir pekerjaan ini main-main? Kalau tidak becus, ya jangan bekerja lagi."
Buru-buru Tisha mengangkat kepalanya. Demi apa tak mudah bagi Tisha untuk masuk ke perusahaan ini tanpa menggunakan nama ayahnya. Sekarang Arka ingin memecatnya? Tidak! Tisha tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Bagaimanapun juga, selama ini Tisha sudah sangat sabar menghadapi sikap Arka yang terbilang kejam. "Maafin saya Pak Arka, saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi," mohonnya.
"Ini peringatan pertama dan terakhir, Natisha! Saya akan memecatmu jika sampai hal seperti ini terjadi lagi." Ketegasan Arka dalam mengambil keputusan tak pernah main-main.
"Baik Pak, saya janji tidak akan mengulanginya lagi," ucap Tisha.
Arka memegang janji yang Tisha ucapkan. "Kembali kamu ke kantor sendirian!" ujarnya.
Tisha menganga, "Tapi Pak saya.."
Tck. Kelihatan sekali bahwa lelaki itu masih kesal dengan kesalahan yang telah Tisha lakukan. "Baik Pak saya akan kembali ke kantor sendirian," ucap Natisha dengan pasrah. Arka menatap datar sekretarisnya itu, lantas pergi begitu saja.
Tisha menghela napasnya dengan berat. Dia cukup beruntung karena mereka hanya meeting ke daerah Depok saja. Untuk kembali ke kantor tidak membutuhkan waktu berjam-jam lamanya. Kesalahan ini baru pertama kalinya Tisha lakukan, ia sedikit tidak enak badan hari ini sehingga konsentrasinya menurun. Namun, bagi Arka itu bukan sebuah alasan.
Tak ingin mendapatkan kemarahan Arka lebih dari ini, Tisha segera memesan driver lewat aplikasi online yang dia instal seminggu yang lalu. Syukurlah, dalam waktu singkat dia mendapatkan drivernya.
"Mahal sekali ongkosnya. Dasar Pak Arka nyebelin!" gerutu Tisha. Sudahlah, dia tidak memiliki pilihan lain selain kembali ke kantor dengan driver onlinenya.
"Alamatnya sesuai aplikasi ya, Pak," terang Tisha saat driver online yang dia pesan sudah sampai. Meskipun sedikit tidak nyaman karena dia mengenakan rok di atas paha yang terlihat seksi, tetapi Tisha berusaha untuk duduk manis di kursi belakang.
Tisha memainkan ponselnya. Sesekali gadis berusia Dua Puluh Lima tahun itu berdecak kagum, sesekali juga kesal saat memperhatikan beberapa gambar diri Arkana Agdijaya yang ia ambil secara diam-diam selama ini. "Ganteng sih tapi kok nyebelin!" ucapnya. Andai Arka tahu, Tisha sebenarnya mengaguminya selama ini. Itulah kenapa Tisha bertahan di sisi Arka meski diterjang badai sekalipun.
Sekedar informasi saja, Tisha bekerja di Kings Group sudah satu tahun, dan itu adalah rekor paling lama dari pada sekretaris-sekretaris Arka lainnya. Tisha bertahan karena ingin membuktikan pada ayahnya bahwa dia bisa tanpa nama besar ayahnya. Selain itu, karena Audi Natisha telah jatuh cinta pada Arkana Agdijaya di hari pertama ia datang untuk wawancara.
"Astaga!" terkejut adalah reaksi pertama yang Tisha rasakan saat melihat nama bosnya berkedip di layar ponselnya. Tisha sampai melempar benda itu karena terlalu kaget.
Dengan cepat Tisha kembali meraihnya. Segera ia menggeser tombol hijau agar Arka tak menunggu lama. "Iya Pak?" tanya Tisha tanpa basa basi.
"Di mana kamu?" Arka balik bertanya. Tisha memperhatikan jalan di sekitarnya. "Masih di Depok, Pak." jawabnya.
"Kamu belum berangkat juga?" bentakan Arka seakan terdengar oleh driver online yang Tisha pesan karena si driver menoleh padanya.
Tisha memejamkan matanya sejenak. "Sudah Pak Arka," suara Tisha terdengar menahan kesal.
"Kamu marah sama saya, Natisha?" balasan Arka membuat Tisha menggigit jarinya. "Tidak, Pak. Saya nggak berani marah sama Bapak," jawabnya.
"Kamu langsung pulang saja, saya tidak akan kembali ke kantor,"
Pupil mata Tisha membesar. "Serius, Pak?" tanya Tisha tak percaya. Terdengar decakan kesal dari Arka. Dia paling tidak suka mengulangi ucapannya. Tanpa peduli, Arka langsung mematikan panggilan itu.
"Astaga bos! Galak banget sih," komentar Tisha setelah menyadari Arka mematikan panggilannya. Tck. Pantas saja sekretarisnya terdahulu mengundurkan diri, sikap Arka saja sangat jahat. Untung Natisha suka padanya, sehingga bertahan sampai maut memisahkan.
Tisha terkekeh sendiri mendengar isi pikirannya itu. Dia mengeluarkan secarik kertas dan pena dalam tasnya. Tisha akui, ini pertama kalinya dia jatuh cinta pada seseorang. Meskipun tampak berani, tapi sebenarnya Tisha tidak tahu apa-apa soal sebuah hubungan. Gadis itu hanya mengikuti nalurinya saja. Hatinya berkata harus tinggal, sehingga ia bertahan di sisi Arka.
"Ahh iya Pak, maaf sebelumnya bisa antar saya ke alamat ini? Nanti saya tambahin ongkosnya," ucap Tisha dengan sopan. Dia akan langsung pulang saja. Persetan dengan mobilnya yang tertinggal di kantor. Benda roda empat itu silakan menginap dulu di sana.
Driver menerima kertas yang Tisha berikan. "Baik mbak," ucapnya.
Tisha senang sekali, dia tak perlu kembali ke kantor. Dirinya bisa menikmati sisa hari ini dengan bermalas-malasan. Namun, sebelum driver benar-benar membawanya ke alamat yang dirinya berikan itu, sebuah pesan teks masuk ke dalam handphone miliknya. "What??" pekik Tisha setelah membaca pesan itu.
"Pak nggak jadi pulang! Anterin ke alamat yang tertera di aplikasi! Ke kantor saya sekarang juga!" ujar gadis itu panik. Pasalnya, Tania teman kantor yang bekerja dibagian resepsionis mengabari bahwa Arka baru saja tiba di sana. Astaga! Arka benar-benar gambaran dari manusia es paling menyebalkan sejagat raya. Otak Tisha langsung menyimpulkan maksud Arka membohonginya ini. Arka ingin mendepaknya. Sialan memang! Tidak kasihan Arka ya padanya? Arka tidak sayang ya padanya? Tck! Tisha menggelengkan kepala. Untuk apa ia bertanya? Tentu jawabannya adalah tidak!
"Pak ngebut ya Pak, please!" Tisha sudah memikirkan pemecatannya. Sial! Arka sedang menyiapkan alasan untuk membuatnya hengkang dari perusahaan. Kejam sekali! Tetapi tenang, Tisha tak bisa diusir begitu saja. Beruntung, di tengah kepanikannya, driver online ini tidak kesal pada Tisha karena ikut membuatnya pening.
"Loh Pak ini kenapa kita putar balik?" tanya Tisha yang kebingungan.
"Sabar mbak, ini jalan tercepat menuju kantor mbak," jawaban driver itu membuat Tisha merasa lega.
***
Tisha menarik napasnya, lalu mengembuskannya secara perlahan setelah turun dari mobil yang ia pesan secara online dua jam yang lalu. Arka tak bisa dihadapi dengan kemarahan. Bosnya itu harus diberi senyuman agar kecewa diam-diam karena gagal mengusirnya dari sini.
"Tania, terima kasih," ucap Tisha saat ia bertemu Tania. Gadis yang selalu berpenampilan rapi itu mengangguk singkat meskipun dia tak mengerti maksud Tisha. Tadi, dia hanya mengirim pesan yang isinya menanyakan di mana Tisha, melihat bos mereka sudah sampai di kantor tanpanya. Ketidaksengajaan itu sungguh menjadi keberuntungan bagi Tisha.
"Selamat siang Pak Arka, maaf saya sedikit terlambat karena menunggu driver online yang saya pesan," sapa Tisha seraya menerangkan alasan yang tak perlu.
Arka terkejut melihat batang hidung sekretarisnya. Padahal dia sudah memberi perintah untuk pulang saja. Tentu Arka melakukan itu karena masih kesal dengan kesalahan Tisha. Arka pikir dia tak bisa lagi bekerja sama dengan Tisha. Namun, kehadiran Tisha membuatnya harus menunda pemecatannya.
"Siang." balas Arka secara singkat. Dia menggunakan jurus pura-pura lupa dengan apa yang tadi dirinya katakan pada sekretarisnya itu. Arka memendam kekesalannya dan mengabaikan kehadiran Tisha.
Sementara itu, Tisha diam-diam menikmati kemenangannya. Arka pikir mudah baginya untuk mengusir seorang Tisha dari perusahaan ini? Arka tidak tahu saja siapa Natisha sebenarnya. Sikapnya saja yang seolah selalu pasrah ketika Arka marah-marah. Namun sesungguhnya Tisha memiliki rahasianya sendiri yang tentu akan membuat Arka menyesali perbuatannya.
Tisha menuju mejanya dan duduk manis di sana. Seolah apapun yang terjadi hari ini hanya sesuatu yang tak pantas dirinya pikirkan. Padahal dia telah membuat kesalahan fatal di mata Arka hingga membuat lelaki itu berpikir akan memecatnya karena menunggu Tisha mengundurkan diri adalah sesuatu yang tidak mungkin, mengingat bagaimana sekretarisnya itu bertahan selama ini.
Selain itu, ada yang mengganggu Arka selama Tisha bekerja dengannya. Gadis itu tak segan-segan menunjukan ketertarikannya pada Arka sekalipun ia bersikap kasar dan enggan didekati. Arka terganggu dengan itu. Apa lagi wajah Tisha tampak polos, tetapi berbahaya. Arka menggeleng kesal.
"Ada apa Pak Arka? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Tisha ketika melihat kepala Arka yang terus menerus menggeleng. Sementara matanya terpaku pada berkas di tangannya. Tisha pikir itu urusan pekerjaan.
Sekali lagi Arka terkejut mendapati Tisha berada tepat di depannya. Entah sejak kapan sekretarisnya itu sampai di sana. "Tidak. Kembali saja ke tempatmu!" balas Arka dengan tegas. Suaranya terdengar dingin, tapi semakin menggetarkan jantung Tisha.
"Bapak yakin?" tanya Tisha karena tak tega melihat wajah Arka yang seolah sedang berpikir dengan berat. Arka berdecak kesal. Dia menatap Tisha dengan tajam. "Pergi!" ujarnya. Tisha menelan ludahnya, kemudian ia menganggukkan kepala. "Baik, Pak." ucapnya.
Tisha tak habis pikir, kenapa bosnya sangat dingin dan tidak berperasaan. Namun, Tisha tak bisa mencegah perasaannya terhadap CEO tampannya itu. Dia semakin jatuh cinta saja pada Arka dan berharap Arka segera membalas perasaannya.
Lain yang Tisha harapkan, lain pula yang Arka pikirkan. Lelaki itu sedang memikirkan cara untuk membuat Tisha mengundurkan diri dari perusahaan ini. Bukan hanya karena kesalahannya, tetapi karena Arka mulai tidak nyaman berada satu ruangan dengannya.
.
.
Bersambung.