Cairan kental berwarna merah keluar dari hidungku. Kepalaku rasanya pening dan tubuhku juga lemas. Dengan langkah gontai, aku berjalan merambat pada dinding kamar. Pandanganku juga mulai kabur. "Nara,"Suara bariton yang sangat aku kenal, memanggil namaku. Dengan cepat aku mengelap darah segar itu dari lubang hidungku, kemudian menoleh. Semoga saja Mas Abidzar tidak sempat melihatnya. "Iya Mas, kenapa?" Balasku dengan suara lemah. Sebisa mungkin aku memaksakan untuk tetap tersenyum. Pria itu menangkup wajahku dengan kedua tangannya. "Kamu kenapa?kamu sakit?"ada raut khawatir dari wajah tampannya. Aku menggeleng pelan "Nara gak papa kok" "Tapi muka kamu pucat banget Ra. Kelihatannya kamu juga lemes."ucapnya sambil menelisik tubuhku dari atas hingga ke bawah. Tanganku terangkat untu

