Prolog

832 Words
"Kami menyesal karena telah mempercayaimu!" Rahang lelaki yang masih terlihat tampan meski usianya sudah hampir memasuki pertengahan abad itu mengeras, tangan kekarnya mencengkeram kerah kemeja seorang lelaki berusia delapan belas tahun di bawahnya. "Maaf, Bang." Hanya kata itu yang terucap lirih dari mulutnya ia terlihat pasrah menerima hukuman apapun yang akan diterimanya. "Kami mempercayakan putri tunggal kami untuk kamu jaga, tetapi ternyata malah kamu yang merusaknya!" Lelaki dewasa itu tampak sangat emosi sedangkan seorang perempuan cantik yang merupakan istrinya berdiri tidak jauh darinya menatap pemuda itu dengan tatapan penuh kekecewaan. "Aku ngaku salah, Bang. Abang boleh kasih aku hukuman apapun." Nyatanya pengakuan salah dari sang pemuda justru semakin membuat lelaki itu semakin geram. Hingga dorongan emosi itu membuat telapak tangannya mengepal dan siap mendaratkan tinju keras di wajah tampan pemuda yang tampak sangat berpasrah jika saja tidak ada sebuah pekikan yang menggema di rumah mewah itu. "Papa! Jangan sakiti Om Lucky, aku cinta sama Om Lucky." Cengkraman di kerah kemeja berwarna abu-abu tua yang sudah terlihat kusut terlepas seketika. Wajah yang semula memerah karena emosi kini tercengang tidak percaya mendengar perkataan gadis cantik yang kini bersimbah air mata seraya memegangi lengan sang ayah. "Apa? Bilang sama Papa kalau kamu salah bicara!" lelaki itu menatap wajah cantik sang putri. "Enggak, Pa. Aku enggak salah bicara dan Papa juga enggak salah dengar. Aku cinta sama Om Lucky. Aku cinta sama Om Lucky!" Dengan sangat yakin gadis cantik berambut hitam sebahu mengatakannya tepat di depan wajah sang ayah yang kembali menegang, mendengar ucapan buah hatinya yang sama sekali tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Tidak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulut lelaki tampan bernama Daniel Soebandrio itu, hanya tatapan tajam bagai seekor harimau yang siap menelan mangsanya hidup-hidup ia berikan pada pemuda yang duduk di sofa tempatnya bercum.bu dengan sang putri tadi. Sebelumnya, Lucky Putra Pamungkas, seorang pemuda tampan berusia tiga puluh tahun itu baru pulang dari tempatnya bekerja, ia mendapat sambutan hangat dengan sebuah pelukan dan ciuman dari gadis tersayangnya, gadis itu mendorong tubuh kekarnya hingga terjerembab ke sofa ruang tengah dan memberikan ciuman bertubi-tubi padanya, tanpa ada yang menyangka jika saat yang bertepatan kedua orang tua gadis itu pulang tanpa kabar hingga terjadilah kericuhan itu. Kini pemuda itu dipenuhi sesal di hati. Dia adalah seorang manager operasional cabang sebuah Bank swasta terbesar di negara ini, ia menempati rumah mewah milik seseorang yang telah memberikan kehidupan baru sepeninggalan orang tuanya sejak ia masih kelas satu sekolah menengah pertama. Jika saja bukan karena kebaikan lelaki bernama Priyo Soebandrio yang telah kembali kehadirat yang maha kuasa dua tahun yang lalu tentu saja kehidupannya tidak akan semudah dan sebaik sekarang. Di sekolahkan hingga menggenggam gelar sarjana dan diberi perlindungan layaknya bagian dari keluarga adalah sebuah keberuntungan bagi dirinya dan kedua kakaknya, Celine Aurora yang telah berumah tangga dengan lelaki yang tidak kalah baiknya, dan Ricky Rahardian yang juga telah berumah tangga dan tinggal di luar kota saat ini. Sehingga keyakinan itu telah tertanam dengan baik dalam hati seorang Lucky Putra Pamungkas bahwa hidupnya adalah untuk menjaga keluarga itu, sebagai upaya membalas semua kebaikan mereka, meski ia tahu jika bagaimana pun caranya jasa-jasa baik keluarga Soebandrio tidak akan bisa mereka balas, tetapi setidaknya Lucky selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk mereka. Termasuk, saat Daniel mempercayakan Mika Resyakila Soebandrio sang putri pertama padanya sementara dirinya dan sang istri harus menetap di Kalimantan setelah meninggalnya Priyo Soebandrio untuk mengurus bisnis tambang batu bara mereka di sana. "Hanya kamu yang bisa menjaga Mika, kalau siang kamu masih bisa bekerja dan malam kamu bisa menjaganya, mengawasi kapan dia pulang, siapa saja teman-temannya dan bagaimana pergaulannya. Kakak takut sekali dia salah pergaulan di kota ini," ucap Sandra saat meminta dirinya meninggalkan rumah yang ia beli untuk tinggal di rumah keluarga Soebandrio untuk menjaga Mika. Gadis cantik yang kini telah duduk di kelas tiga sekolah menengah atas.  Waktu ujian kelulusan sudah hampir tiba, itu yang membuat Mika tidak bisa meninggalkan sekolahnya di Jakarta, lagi pula Mika juga menolak kalau harus tinggal di Kalimantan, tidak seperti seorang adik lelakinya yang baru duduk di kelas lima sekolah dasar. Sejak saat itu Lucky tinggal di rumah mewah itu bersama para asisten rumah tangga yang membantu mengurus semua keperluan mereka, berulang kali Mika mengatakan pada kedua orang tuanya jika tidak masalah kalau dirinya hanya tinggal bersama para asisten rumah tangga tetapi Daniel dan Sandra bersikeras tetap harus ada yang bisa menjaganya, dan mereka merasa kalau Lucky adalah orang yang tepat memikul tanggungjawab itu. "Bang Daniel, Kak Sandra. Aku mohon maafin aku." Lucky bahkan sampai bersimpuh di kaki kedua orang itu karena rasa bersalahnya. Sementara keduanya hanya diam, berdiri dengan angkuh seraya melipat kedua tangan di depan da.da. "Om! Om Lucky enggak perlu minta maaf begitu. Mama sama Papa pasti ngerti kalau kita saling mencintai!" ucap Mika ia seperti tidak rela melihat Lucky diperlakukan demikian. "Om! Om, kok, diem aja? Om jawab aku, dong!" Mika menatap wajah Lucky yang kini berdiri di antara dirinya dan kedua orang tuanya yang memberikan tatapan tajam padanya. "Jawab Om!" "Om, jadi cinta enggak?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD