Japchae

1471 Words
Motor sport hitam telah memasuki halaman rumah rumah nenek San, Anna menghentikan motornya, membuka helm sehingga rambut panjang bergelombang yang tidak diikat langsung tergerai melewati bahu. Ia segera turun dari motor dan berjalan masuk kedalam kamarnya untuk membersihkan diri. Anna yang masih menggunakan handuk duduk di depan cermin meja rias dan melihat bekas merah pada leher, ia membuka laci meja dan mengambil selembar plester besar dan menempelkan pada bekas gigitan dan kiss mark Lee. Gadis itu mengepalkan tangannya geram, ia beranjak dari kursi menggantikan pakaian dan segera keluar menuju kedai Japchae yang berada di samping rumah. Japchae adalah makanan khas Korea yang memang hampir mirip dengan Bihun Goreng. Japchae merupakan salah satu makanan terfavorite di Korea Selatan, dan juga selalu dijadikan makanan wajib untuk para pendatang yang sedang berkunjung ke Korea Selatan. Berbahan dasar Sayuran, Daging dan Mie Soun Korea yang terbuat dari kentang menjadikan makanan ini terasa sangat spesial dan membuat kamu ingin terus merasakannya lagi dan lagi. Inilah yang membuat kedai Nenek San selalu ramai setiap hari hingga malam. "Halo Nenek." Anna tersenyum. "Anna." Nenek berjalan cepat dan memeluk Anna. Nenek San bukanlah Nenek kandung Anna, wanita yang telah beruban itu adalah ibu angkat dari Mamanya selama kuliah di Korea sama seperti dirinya, sehingga ia menganggap Anna seperti cucu sendiri. Nenek San tidak mempunyai keluarga hidup sebatang kara hingga Marina mama dari Anna tinggal bersama. "Kapan kamu kembali?" Nenek San mencubit pipi Anna. "Kemarin." Anna tersenyum manis. "Dasar anak nakal, tidak pulang ke rumah langsung." Nenek mencubit pipi Anna. "Aw, maafkan Anna." Anna memeluk Nenek. "Beristirahatlah." Nenek mendorong tubuh Anna kembali ke rumah. “Aku tidak lelah.” Anna menggunakan celemek dan menuju tempat pencucian piring "Anna, beristirahat saja." Nenek menarik tangan Anna. "Nenek aku tidak lelah, aku sudah beristirahat di rumah Yuna." Anna mendorong tubuh nenek agar kembali melayani pelanggan. "Nenek, siapa gadis itu?" tanya seorang pria. "Cucuku." Nenek tersenyum. "Dia sangat cantik dan tidak berwajah Korea." Seorang pria memperhatikan Anna yang dengan cekatan bekerja di dapur. "Dia dari Indonesia." Nenek meletakkan Japchae pesanan dua orang pria. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Anna kembali ke kamar, ia belum merapikan pakaiannya di dalam lemari. Ponsel Anna berdering dari saku jaketnya yang tergantung di belakang pintu kamar. "Halo Yuna." Anna menerima panggilan. "Halo Anna sayangku." Yuna bersemangat. "Apa kamu sudah merindukan diriku." Anna merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur kecil hanya muat untuk dirinya sendiri. "Oh God, kamu benar sayang, aku merindukan Japchae Nenek." Yuna tertawa. "Ya Tuhan, tercipta dari apa perut wanita ini." Anna menepuk dahinya. "Hey Anna, aku mendengarkan itu." Yuna berteriak. "Ya, aku heran, makan banyak tetapi kamu tidak gemuk." Anna tersenyum. "Karena aku memiliki seorang yang sangat aku cintai yang selalu membangunkan diriku untuk berolahraga." Suara Yuna lembut dan manja. "Menggelikan." Anna mematikan ponselnya. "Hey, Anna kamu tidak sopan seperti Lee." Yuna berteriak tetapi sudah tidak terdengar lagi oleh Anna dan kembali ke kedai Japchae, ia sangat kasihan melihat Nenek bekerja sendiri. Anna sudah bisa membuat Japchae special seperti Nenek, sehingga ia selalu membantu di bagian dapur, Anna tidak suka berada di keramaian. "Nenek, sepertinya Japchae semakin enak dan bervariasi," ucap seorang pelanggan yang sedang menikmati Japchae hangat dan enak. "Cucuku menciptakan lebih banyak cita rasa, apa kalian menyukainya?" tanya Nenek. "Tentu saja, Japchae Nenek memiliki ciri khas tersendiri, ditambah lagi dengan cita rasa berbeda membuat kami selalu merindukan Japchae Nenek." Seorang pria dengan semangat memasukkan Japchae ke dalam mulut hingga mangkuk menjadi kosong. "Anna selalu bisa membuat Japchae enak." Nenek tersenyum. Sebuah mobil berhenti di samping kedai Japcha, Yuna keluar dari mobil dan hidungnya mulai mengendus aroma enak dari kuah Japchae. "Halo Nenek." Yuna berlari dan memeluk Nenek. "Anak nakal telah menculik cucuku." Nenek memukul kepala Yuna. "Aw." Yuna berlari mendekati Anna. "Ah, baru saja tidak melihatku kamu sudah menyusul." Anna tersenyum melihat Yuna. "Kenapa semua orang memukul kepala ku, kepintaran ku akan hilang." Yuna mengusap kepalanya dan duduk di samping Anna yang sedang memotong sayuran. "Aku tidak pernah memukul dirimu." Anna tersenyum. "Oh Anna ku sayang." Yuna merebahkan kepalanya di bahu Anna. "Menjauhlah, aku sedang memegang pisau!" Anna mendorong tubuh Yuna. "Kamu ahli dalam segalanya." Yuna memperhatikan tangan lincah Anna memotong sayuran. "Bisa karena terbiasa, aku bukan orang kaya yang menghabiskan waktu dengan bermain." Anna beranjak dari tempatnya dan merapikan semua bahan makanan di rak. "Kenapa kamu kuliah di Korea?" tanya Yuna. "Keinginan ibuku, jadi aku harus mengejar beasiswa kedokteran sampai di Korea, sebuah negara yang tidak ingin aku datangi." Anna terus bergerak untuk menyelesaikan pekerjaannya, agar Nenek tidak terlalu capek. "Kenapa kamu tidak suka tinggal di Korea?" tanya Yuna. “Negara Korea tidak salah, yang salah itu rasa cinta berlebihan pada sang idola.” Anna tersenyum. “Kamu benar, kenapa mereka memuja para selebriti melebihi akal sehat?” Yuna memperhatikan Anna. "Hampir semua warga Indonesia khususnya wanita tergila-gila kepada aktris dan aktor dari Korea sehingga menghabiskan waktu dan uang dengan percuma." Anna tersenyum dan menggantungkan celemek pada tempatnya. "Apa itu yang membuat dirimu tidak menyukai para selebritis?" tanya Yuna penasaran, telah lama ia mau menanyakan kepada Anna. "Ketika aku SMA, aku harus bermain dan berolahraga bersama anak laki-laki karena semua temanku berada di depan layar televisi untuk menonton drama Korea." Anna duduk di samping Yuna. "Aku tidak tahu siapa aktor itu, tetapi dia telah merenggut masa-masa indah sekolah dengan dramanya yang selalu hadir setiap sore." Anna menuangkan minuman dingin untuk Yuna. "Apa ini?" Yuna mengangkat gelas berisi cairan berwarna kuning. "Es jeruk peras, minumlah." Anna mendorong tangan Yuna ke mulutnya. "Hey, aku bisa minum sendiri." Yuna menarik tangannya. "Apa kamu mau makan Japchae?" Anna berdiri dan melihat Yuna yang manggut-manggut seperti anak kucing manis. "Hah, lihatlah dia sangat lucu ketika mau makan." Anna mencubit pipi Yuna. "Hey, jangan lakukan itu." Yuna mengusap pipinya dan melihat Anna telah berjalan menuju dapur kedai. "Gadis ini!" Yuna menyusul Anna, ia melihat tangan terampil Anna membuatkan Japchae dengan cepat. “Anna, apa dengan leher kamu?” Yuna menyentuh leher Anna yang ditutupi plester. “Ah, ada sedikit luka, akulupa terkena apa?” Anna tersenyum paksa. "Kamu mau makan dimana?" Anna tersenyum melihat Yuna yang telah menelan ludahnya. "Di kedai." Yuna berjalan mengikuti Anna membawa Japchae menuju meja paling dekat dengan pintu. "Silakan menikmati." Anna membungkukkan badannya memberi hormat kepada Yuna. "Ya Tuhan, kamu semakin manis." Yuna tersenyum. Beberapa pengunjung melihat kepada Anna, karena sebelum itu Anna tidak pernah melayani pelanggan di kedai, ia selalu berada di dapur. Gadis cantik dengan rambut hitam di kuncir kuda tentu sangat menarik perhatian dengan mata bulat tidak sedikitpun mirip wanita Korea. "Hey nona apa kamu cucu Nenek San." Seorang memanggil Anna. "Halo Tuan, saya Anna cucu Nenek San, selamat menikmati." Anna duduk di depan Yuna. "Ah, gadis Indonesia sangat cantik dan manis, lihat bola mata bulat dan hitam." Pria tadi berbisik dengan rekannya. "Anna, bagaimana kamu bisa membuat Japchae seenak ini?" Mulut Yuna penuh dengan makanan. "Makanlah, kita bisa berbicara setelah kamu makan, aku harus merapikan meja." Anna beranjak dari kursi dan membersihkan meja yang di penuhi piring kotor, membawa ketempat pencucian dan mencuci piring hingga menyusun dengan rapi di rak. "Nenek, sepertinya kita butuh seorang karyawan untuk membantu di kedai ketika aku berada di kampus." Anna memijit pundak Nenek. "Kamu benar, semakin hari tenaga Nenek semakin berkurang." Nenek San menyentuh pipi lembut Anna dengan tangannya yang keriput. "Nenek San setoran!" Terdengar teriakan dari depan kedai. "Siapa itu?" tanya Anna pada Nenek. "Nenek akan melihat." Nenek beranjak dari kursi. "Nenek berisitirahat saja, aku akan melihatnya." Anna berjalan menuju pintu kedai. "Halo selamat datang, silahkan pesanannya." Anna menunjukkan menu yang tertulis di dinding. "Dimana Nenek San dan siapa gadis cantik ini?" pria yang berteriak akan menyentuh dagu Anna dengan sigap Anna mundur. "Maaf Tuan, Nenek San sedang beristirahat, katakan saja kepada saya." Anna berusaha tetap ramah. "Gadis kecil, kami sedang meminta uang jajan." Pria itu tersenyum. "Kalian semua adalah pria dewasa, pasti sudah bisa bekerja untuk mencari uang jajan sendiri." Anna tersenyum. "Hei, gadis kecil kamu sangat berani!" pria itu mau menarik baju Anna tetapi tangannya telah di pegang dan di putar kebelakang. Anna menendang b****g pria itu hingga menjauh dari kedai. Ia berlari keluar agar tiga preman tidak merusak kedai Nenek. "Hei gadis nakal jangan lari!" Dua pria mengejar Anna yang telah berada jauh dari kedai. Perkelahian terjadi antara gadis kecil melawan tiga preman yang tidak memiliki dasar kemampuan bela diri. Gerakan lincah dan gesit begitu teratur memudahkan Anna merobohkan tiga preman. Anna tersenyum manis melihat para preman kesakitan dan terbaring di tanah. "Jangan pernah datang lagi ke kedai Nenek San." Anna memegang kerah baju seorang pria dan menendang dagu pria itu dengan lututnya. Hingga cairan berwarna merah keluar dari bibir pria. Tiga pria lari terbirit-b***t, ketakutan dengan gadis cantik yang tersenyum manis. “Terimakasih, telah datang diwaktu yang tepat sehingga aku bisa meluapkan emosi yang aku tahan dari tadi.” Anna mengepalkan tangannya, pria yang ingin ia hajar adalah Lee tetapi dengan meghajar para preman cukup membuat dirinya puas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD