Episode 3

1854 Words
“Hai Mom,” “....”             “Aku baik-baik saja,”           “.....”           “Semuanya sudah di siapkan. Mom dan Dad pasti akan datang kan pekan ini ke acara pernikahanku?”           “.....”           “Aku sangat berharap kalian datang,”           “.....”           “Tidak Mom, kami hanya melakukan pemberkatan di Gereja yang ada di Boston dan acara kecil-kecilan setelahnya.”          “......”          “Ya,”          “Hai sayang,” sapa Etha mengecup pipi Arin yang sedang duduk di sebuah sofa. “Siapa?”           “Mom, kau mau berbicara dengannya?” tanya Arin yang di angguki Ethan. Ia mengambil Iphone Arin dan mulai berbicara. “Hai Miss. Drummond.”          “....”          “Ya, kami baik-baik saja di sini. Putri kesayangan anda pun begitu sehat dan sangat bahagia.”          “.....”          “Ya, kami menunggu kedatangan anda. Apalagi ini pertemuan pertama kita.”         “.....”        “Ya, terima kasih.”        “....”        “Oke, sampai jumpa.” Ethan menutup sambungan telponnya dan langsung merebahkan kepalanya di atas pangkuan Arin.         “Apa mereka akan datang?” tanya Arin.         “Pasti, sayang.” Ethan menampilkan senyumannya pada Arin seraya mengusap kepala Arin.         “Sudah 7 tahun aku tak bertemu dengan mereka,” ucap Arin.         “Kau  sangat merindukannya?”          “Ya sangat, aku begitu merindukan mereka. Kami terbiasa hidup berjauhan dan mengurusi kesibukan masing-masing,” ucap Arin tersenyum miris karena selama ini dia selalu hidup sebatang kara. Mungkin saat Senior high class, kalau ia tak bertemu Rachel. Saat ini dia akan tetap menjadi seorang gadis yang terpuruk dalam kesepian dan kesendirian. Tetapi syukurlah semuanya berubah setelah ia mengenal Rachel dan juga Ethan. Pria yang sangat dia cintai.          “Kamu tidak akan pernah merasakan kesepian lagi, Arin.” Ethan berucap seraya mengusap pipi Arin. Arin tersenyum kecil.          “Selama ada kamu di sisiku, aku tak akan pernah merasakan kesepian,” ucap Arin tersenyum manis hingga memperlihatkan lesung pipinya. “Bagaimana keadaanmu?”         “Sudah lebih baik,” jawab Ethan.        “Kamu tidak ke markas?” tanya Arin.         “Tidak, sekarang bukan tugasku. Jerry dan Vallen sedang melakukan penyelidikan tentang keberadaan Gerald.”         “Aku berharap mereka semua segera ketemu. Dan kita bisa menikmati hidup dengan damai,” ucap Arin membuat Ethan bangun dari rebahannya dan menatap ke arah Arin.         “Maafkan aku, Arin. Karena aku, kamu jadi terlibat dalam masalah ini,” ucap Ethan dengan tatapan penuh penyesalan.         “Tidak Ethan, jangan katakan itu. Aku senang seperti ini, asal aku bisa selalu berada di dekatmu dan bersamamu,” ucapnya membuat Ethan tersenyum lebar dan mengecup bibir Arin dengan lembut.          “Aku mencintaimu, Arin.” ΩΩΩ         “Apa yang sedang kau pikirkan Arin?” tanya Rachel saat ini mereka berdua tengah duduk di kantin kampus. Arin tampak merenung mengaduk minumannya tanpa minat untuk meneguknya.           “Aku hanya berpikir, apa saat pernikahan nanti Dad akan mengantarku ke Ethan? Apa dia akan memberikan berkatnya padaku,” gumam Arin.          “Itu sudah pasti, Arin. Kau tau, semua Ayah pasti akan sangat bahagia bisa mengantar putri kesayangannya pada pria yang putrinya cintai.”          “Kamu tidak mengenal Daddy.” Terdengar helaan nafas dari Arin. “Selama 22 tahun aku hidup, aku belum pernah merasakan pelukannya bahkan belaian tangannya. Dia memang baik, selalu menuruti keinginanku dan memenuhi kebutuhanku.”          “Tapi aku tidak pernah merasakan kasih sayangnya dan juga perhatiannya. Dulu hanya Mommy yang selalu datang menemaniku saat ada acara kelulusan atau kegiatan sekola lainnya itupun saat aku duduk di Junior High School, setelahnya aku benar-benar hidup sebatang kara walaupun tak pernah kekurangan harta.”           “Tetapi kamu masih beruntung, Rin. Kamu tau kan aku bahkan tidak mengingat wajah kedua orangtuaku. Aku hanya mendengarnya dari Bang Ethan. Kamu masih jauh beruntung dari aku, Rin. Seenggaknya kamu masih bisa melihat dan memeluk mereka berbeda dengan aku. Aku hanya memiliki bang Ethan.” Rachel mengatakannya dengan senyuman miris.          “Dan ada aku juga yang akan menemani kamu, Rachel. Aku janji tidak akan merebut Ethan dari kamu, kamu akan memiliki 2 orang keluarga sekarang,” ucap Arin yang di angguki Rachel.          “Jangan pernah meninggalkan bang Ethan. Sudah sering dia hidup dengan penuh kebencian dan dendam. Tetapi bersamamu dia bisa berbahagia dan lebih menikmati hidup.”          “Itu sudah pasti,” kekeh Arin.          “Ternyata kalian ada di sini, aku mencari kalian sejak tadi.” Jason datang dan mengambil duduk di dekat Arin.          “Habis darimana?” tanya Arin.          “Tadi di ajakin main basket sama Mike.” Arin menganggukan kepalanya sedangkan Rachel tampak acuh saja menikmati makanannya. Rachel memang di kenal sebagai cewek galak yang sangat jutek. Dia sedikit tomboy. Tetapi dia sangatlah baik, dan begitu penyayang. Walau dari luar terlihat bak penyihir jahat tetapi hatinya seputih Snow White. ΩΩΩ           Tanpa terasa hari yang di nantikanpun akhirnya datang. Saat ini Arin tampak cantik dengan balutan gaun putih gold yang sangat indah dan elegant dengan kilauan mutiara dan berlian putih yang menempel di seluruh gaunnya. Gaun ini memang di rancang oleh desainer terkenal di London kiriman dari orangtua Arin. Beberapa hiasan mutiara tertata cantik di atas kepalanya dan membiarkan rambutnya tergerai indah ke belakang. Arin menatap layar handphone nya menunggu keluarganya menghubungi tetapi sayangnya tak muncul juga. Ia duduk di depan cermin besar yang memiliki ukiran abstrak yang indah. Ia menatap pantulan dirinya yang tampak cantik dengan balutan gaun itu, wajahya tertutup selayar. Ia akhirnya berusaha menghubungi Mommy nya untuk memastikan kedatangan mereka.          “Hallo Mom,”          “.....”           “Begitu yah, sebentar lagi acara pemberkatan pernikahannya.”          “.....”          “Baiklah, hati-hati Mom.” Arin menurunkan handphone dari telingannya dengan helaan nafas, matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis tetapi sekuat tenaga ia tahan. Sudah sering Arin mendapatkan kenyataan pahit seperti ini, dulu ketika kegiatan kelulusan ia tidak masalah orangtuanya tak datang. Bahkan saat ia melakukan sebuah pertunjukkan di sekolahnya dulu dimana semua orangtua teman-temannya hadir dan hanya Arin sendiri yang tidak kedatangan orangtuanya. Haruskan di hari pernikahannya juga?          Bahkan Daddy nya seakan enggan untuk mengantarnya ke hadapan pria yang akan menjadi suaminya kelak. Haruskah Arin kembali sendirian di hari bahagia ini?           “Pengantin tidak seharusnya menangis.” Ucapan itu membuat Arin menoleh ke ambang pintu.          “James,” gumamnya mengusap air matanya sendiri. James tersenyum manis ke arahnya dan berjalan mendekatinya.          “What happen, Arin?”         “Aku-,” gumamnya sedikit terbata-bata. “Dad dan Mom-“         “Sssttt,” James memegang kedua tangan Arin dan duduk rengkuh di hadapannya. Jameslah sahabat Ethan yang paling dekat dengannya, ia seperti sosok seorang Kakak untuk Arinka. “Kau lupa, kau tidak sendirian. Masih ada aku yang akan mengantarmu ke Ethan.”         “James?”         “Aku adalah Kakakmu, bukan begitu?” tanya James dengan senyuman khasnya yang begitu mempesona. Arin tersenyum di balik selayarnya.         “Aku tidak tau kalau tidak ada kamu,” ucapnya.         “Dan itu tidak akan terjadi, karena aku akan selalu ada di dekatmu sebagai Kakak, yah Kakak.”         “Bukan seorang Uncle? Usiamu jauh di atas Ethan,” kekeh Arin membuat James memutar bola matanya.          “Jangan mulai,” tegurnya membuat Arin terkekeh. James mengusap kedua pipi Arin yang basah. “Jangan menangis lagi, aku ada bersamamu. Selain aku ada juga Ethan, Rachel dan team Delta CIA, mereka adalah keluarga kita.” Arin menganggukkan kepalanya.          “Kamu benar, James.”          “Sekarang bergegaslah, kita akan menemui pangeranmu yang sejak tadi gelisah karena kamu belum juga keluar,” ucap James membuat Arin terkekeh. “Kecuali kau berniat menggodanya dengan membuatnya menunggu lebih lama lagi.”          “Tidak, aku takut dia kesini dan membopongku ke depan pendeta,” kekeh Arin yang di setujui James.          “Baiklah, ayo.” James menyodorkan sebelah tangannya ke hadapan Arin membuatnya langsung menyambutnya. Keduanya beranjak keluar dari dalam ruangan dengan tangan Arin yang masih merangkul lengan James. Keduanya berjalan menggunakan lift dan sampai di lantai dasar gereja dimana tempat pemberkatan mereka akan di lakukan di sana.  Pintu lift terbuka dan red carpet langsung menyambut mereka. Keduanya melangkahkan kaki mereka hingga mereka sampai di sebuah pintu yang terbuka lebar dengan dua orang pria dengan seragam berdiri di sana menyambut mereka berdua dengan memberi hormat. Tak jauh di hadapan mereka, Ranethan berdiri dengan gagahnya menggunakan tuxedo berwarna gold yang begitu elegant dan serupa dengan gaun yang di kenakan Arin.          “Aku titip gadis ini padamu, Ethan.” James mengatakannya seraya menyerahkan tangan Arin ke genggaman Ethan saat mereka sudah berdiri berhadapan.          “Itu pasti,” ucap Ethan dengan mantap seraya menggenggam erat tangan Arin membuat Arin menoleh padanya dan senyuman mempesona terukir indah di bibirnya.          Tak terasa acara pemberkatan telah selesai di lakukan dan kini Ethan dan Arin telah menjadi sepasang suami dan istri. Setelah melakukan pemberkatan di sebuah Gereja di Boston. Kini mereka melakukan acara pernikahan di salah satu gedung di Boston. Gedung yang sangat mewah dan luas itu sudah di sulap seindah dan seelegant mungkin untuk acara resepsi Ranethan dan Arinka. Beberapa tamu rekan kerja dan teman kuliah Arin silih berdatangan kecuali Jason, Arin tak melihatnya sejak tadi. Rachel tampak duduk bersama team Delta yang tak lain adalah James, Marvin, Vallen, Raymond, dan Tom di sebuah meja VIP yang di sediakan untuk kerabat.          “Arinka,”         “Mom, Dad,,” pekiknya sangat bahagia.         Deg          Ethan mematung di tempatnya melihat sosok kedua orangtua Arin yang selama ini belum pernah ia temui.          Kalian semua harus mendapatkan hukuman yang setimpal,, hhha          Jeff jangan lakukan itu. Bunuh aku saja, jangan keluargaku! Lepaskan putriku!         Sayang sekali William, tetapi putrimu terlalu menggiurkan untuk aku lepaskan, hhhaa         Tidakk!!! Tolong aku,, Daddy Mommy tolongggggg....         Sakittttt.....         Jangannnnn!!!!         Tangan Ethan mengepal kuat saat melihat sosok yang selama puluhan tahun ia cari. Jeff...          Dia kini ada di hadapannya tengah berpelukan dengan istrinya.         Istri?          Seketika tatapan Ethan mengarah pada sosok Arin yang tampak bahagia di sampingnya. Nafasnya memburu seketika mengetahui kenyataan ini. Hatinya terasa sakit dan bergejolak seakan lahar panas yang selama ini ia tahan ingin keluar dari dalam sana.          “Ranethan?” panggilan itu menyadarkan Ethan saat pria tua itu menyapanya.           “Ethan, kenalkan ini Daddy,” ucap Arin dengan senyuman lebarnya. Tatapan Ethan yang memerah menahan rasa sakit sekaligus emosi bergantian menatap Arin yang tersenyum bahagia juga pria tua di sampingnya. “Dan ini Mommy,” tambah Arin terlihat bahagia dari biasanya.          Ethan masih diam dengan berusaha menahan emosinya, kedua tangannya sudah mengepal kuat hingga memutih di sisi tubuhnya.          “Mr. Drummond?” tanya Ethan terdengar kaku, sekuat tenaga ia menahan gejolak di dalam tubuhnya dan berusaha bersikap biasa saja.           “Apa kabar?” tanya Mr. Drummond diiringi senyumannya yang misterius.          Senyuman itu tetap sama seperti 17tahun lalu. Senyuman iblis yang sangat ingin Ethan lenyapkan dari muka bumi ini. 10 tahun Ethan berusaha mencari keberadaannya dengan memberantas semua kelompok Mafia yang ada di bawah tanggung jawabnya. Saat hampir mendekati akhir, pria itu muncul sendiri di hadapannya dan sialnya sebagai ayah dari wanita yang sangat Ethan cintai. Ethan tersenyum kecil dan menjabat tangan mereka berdua dengan berusaha bersikap biasa walau itu sangat menyiksa. Rasanya sesuatu di dalam tubuhnya ingin meledak dan menghancurkan semua yang ada di sini.           Aku bersumpah di depanmu Rachel, aku berjanji akan memusnahkan semua keluarga Jeff. Kalau perlu putri kesayangannya akan mendapatkan perlakuan yang sama seperti Kakak kandung kita!          Aku bersumpah akan memberantas habis mereka semua hingga tak akan ada lagi keturunan!           Tatapan Ethan nyalang menatap ke arah Arin yang tampak bahagia berbincang dengan Mommy nya. Senyuman yang selalu Ethan harapkan dan senyuman indah yang sangat Ethan sukai. Hatinya membuncak bergemuruh seakan ingin meledak mendapatkan kenyataan baru ini. Kenyataan yang sungguh membuatnya kehilangan akal sehatnya.           Tanpa berkata apapun, Ethan beranjak pergi meninggalkan ruangan menuju ke dalam kamar mandi.            “Arrghhhh!!”            Bug            Bug            Bug            Berkali-kali Ethan meninju dinding hingga tampak sedikit retak dan tangannya yang berdarah. Darah itu merembes dari tangan Ethan dan jatuh ke lantai tetes demi tetes.          Aku bersumpah!          Aku bersumpah!          Aku bersumpah!         “Arghhhh!!”         Bug         Nafasnya masih memburu diiringi keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya. Ternyata musuhnya berada dekat dengannya tanpa Ethan sadari.           Arin?          Apa dia juga hanya berpura-pura mencintainya untuk menipu Ethan supaya tidak menemukan jejak Jeff? Apa Arin menipunya selama ini? Apa cinta itu hanya kepura-puraan? ΩΩΩ 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD