Chap 12

1315 Words
Damian termenung di sudut kamarnya. Matanya tertuju pada satu titik di kejauhan, memandang gelapnya langit malam. Sesekali dia menghela napas berat.  Kepalanya penuh dengan berbagai hal yang menyangkut satu nama. Kimmy. Belum pernah dia merasa seperti ini. Perasaan cemburu yang amat sangat. Bahkan hal ini tidak pernah dirasakannya pada Abby dulu. Rasa ini berkali-kali lipat lebih membingungkan dari apa yang pernah dia rasakan. Dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh Kimmy. Dia tahu ada hal berat yang ditanggung oleh Kimmy. Tetapi apa aku berhak bertanya? Apa aku berhak tahu? Damian mendesah sekali lagi dan melirik jam dinding. Jam sebelas malam. Gadis itu pasti sudah tidur. Ia bangkit dari sofa -yang sudah didudukinya selama hampir dua jam-, dan keluar dari kamarnya. Dia butuh minum untuk mengalihkan pikirannya. Baru saja menjejakkan kakinya di lantai bawah, matanya mengerjap melihat lampu ruang duduk menyala. Dilihatnya Kimmy sedang membaca sebuah buku dengan selimut yang menutupi kakinya. Damian tertegun melihatnya. Gadis itu dengan segala kepolosannya telah membiusnya. Membuatnya jatuh semakin dalam. Bayangan sebuah keluarga yang pernah hilang dari angannya perlahan kembali. Dia, Kimmy, dan anak-anak mereka yang berlarian di rumah ini. Tanpa sadar sudut bibir Damian membentuk sebuah senyuman. “Damian?” Suara itu membuyarkan lamunannya. Damian tersenyum dan berjalan mendekati Kimmy. “Kau belum tidur?” tanyanya sambil duduk di sofa di sebelah Kimmy. Kimmy menggeleng. “Kau kan tahu aku tadi tertidur lama sekali,” jawabnya sambil cemberut. Damian tertawa. Wajah Kimmy tampak sangat imut jika sedang cemberut begitu. Membuatnya sangat ingin melahap bibir itu. “Kau sendiri kenapa belum tidur?” tanyanya lagi. Mata birunya menatap mata biru Damian. Damian mengangkat bahunya. “Terlalu banyak pikiran membuatku tidak bisa tidur.” Mata Kimmy melebar. “Orang sepertimu mempunyai banyak pikiran?” Alis Damian berkerut. “Orang sepertiku? Apa maksudmu dengan 'orang sepertiku'?” Kimmy terkikik melihat Damian yang melotot padanya. “See...kau bahkan mulai berani menertawakanku anak nakal.” Dan cekikikan Kimmy berubah menjadi tawa panjang sampai sudut matanya berair. Damian takjub melihat tawa itu. Bukan karena Kimmy terlihat sangat cantik. Bukan itu. Oke, Kimmy memang terlihat makin cantik jika dia tertawa lepas seperti ini. Akan tetapi ada hal lain. Hal lain yang membuatnya takjub. Tawa itu menenangkan hatinya. Membuatnya -entah kenapa- merasa damai. He feels like home. Tanpa sadar Damian mengelus kepala Kimmy  dengan lembut. Kimmy berhenti tertawa dan menatapnya heran. “Jangan pernah menangis lagi ya?” ucap Damian lembut. Sesaat, Kimmy hanya tertegun menatapnya. “Kenapa?” tanyanya kemudian. “Aku tidak akan sanggup melihat air matamu lagi.” Damian meraih kedua tangan Kimmy dalam genggamannya. “Tinggalkan pria itu jika hanya air mata yang dia berikan untukmu,” katanya penuh kelembutan. Kimmy menunduk memandang kedua tangannya yang tenggelam di genggaman tangan Damian yang besar. “Aku...aku takut. Aku mengenal Franz. Dia akan melakukan apapun untuk memiliki apa yang dia inginkan.” Lagi, air mata itu mengalir mulus di pipi Kimmy. “Please...Jangan menangis lagi,” tangan Damian terulur menghapus air mata itu yang justru mengalir semakin deras. “Sebenarnya apa yang terjadi?” tanyanya hati-hati. Kimmy menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Matanya menatap lurus ke mata Damian. “Apa kau tidak akan jijik padaku setelah ini?” “Apa maksudmu?” “Aku kotor! Aku sudah tidak suci lagi! Franz memperkosaku!” teriak Kimmy histeris. Damian mematung. Lagi-lagi jantungnya terasa diremas melihat Kimmy menangis seperti ini. Segera direngkuhnya tubuh mungil Kimmy dalam pelukannya. “Jangan! Lepaskan aku! Aku tidak pantas kau sentuh! Aku kotor!” Kimmy memberontak di pelukan Damian. Akan tetapi itu semua sia-sia. Damian terlalu erat memeluknya. “Sssh...Tenanglah, Sayang!” ujarnya lembut. Tangannya mengelus punggung Kimmy yang bergetar karena tangisnya. “Damian...aku...” “Ssshh. Aku tidak mau mendengar apapun lagi. Mulai sekarang jangan pernah temui pria itu lagi. Kau akan tinggal di sini. Jangan kembali ke flat-mu lagi. Helmer akan mengantarmu ke kampus atau ke manapun.” “Tetapi...” “Kau tahu aku tidak bisa menerima bantahan kan?” potong Damian sebelum perkataan Kimmy selesai. “Atas dasar apa kau melakukan ini?” Kimmy menatap Damian dengan berani. “Maksudmu?” “Well, aku bukan siapa-siapamu. Aku hanya perawat adikmu. Apa menurutmu itu tidak berlebihan? Aku bisa menjaga diriku sendiri, Herr.” Rahang Damian mengeras. Dasar gadis bodoh dan keras kepala! “Kau memang bukan siapa-siapa! Kau hanya gadis ceroboh, bodoh, dan keras kepala! Dan aku, Damian Schiffer, lebih bodoh lagi karena peduli padamu!” teriak Damian marah sambil berdiri meninggalkan Kimmy yang tercenung.  “Damian!” Kimmy bangkit mengejar Damian, tetapi Damian sudah menghilang di balik pintu kamarnya. “Damian! Maafkan aku,” ujar Kimmy sambil mengetuk pintu kamar Damian. Damian mendengarnya. Isakan kecil itu menyayat hatinya. Menimbulkan rasa perih di sana. Dia membuka pintu kamar dan menemukan Kimmy duduk tersandar di ujung sebelah pintunya yang tertutup. Damian ikut duduk di depan Kimmy. Menghapus air matanya. “Jangan menangis lagi.”  “Maafkan aku.”  Damian tersenyum lembut. Matanya menatap dalam mata biru Kimmy yang berkilauan oleh air mata. Jarinya menelusuri setiap inchi wajah halus Kimmy. Jari jemari itu perlahan turun membelai bibir merah Kimmy. Dan sesaat kemudian, bibir Damian sudah menggantikan jarinya. Bibirnya mencecap rasa manisnya perlahan. Dengan lembut dan penuh perasaan. Kimmy terhanyut. Bibirnya menanggapi bibir Damian.  Ciuman ini terasa...nikmat dan menggetarkan hati keduanya. Damian melepas ciumannya saat mereka berdua mulai kehabisan napas. Dia tersenyum menatap wajah Kimmy yang memerah. “Mulai sekarang, jangan pernah membantahku lagi. Kau mengerti?” ********* “Hey, apa yang kau pikirkan, Calon Pengantin?” tanya Kimmy saat melihat Abby tersenyum-senyum sendiri di taman belakang. Abby terkikik. “Aku tidak menyangka akan segera menjadi seorang istri,” jawabnya riang. Kimmy ikut tertawa dan memeluknya. “Aku bahagia untuk kalian.” “Setelah ini kau dan kakakku harus segera menyusul.” Kimmy memutar bola matanya. Itu tidak mungkin, batinnya kecut. “Nona, Tuan tidak ada. Anda tidak bisa masuk sembarangan.” suara Agna tiba-tiba terdengar dari ruang tengah. Abby dan Kimmy berpandangan heran. “Aku mau mencari Damian!” ujar suara itu galak. “Bawa aku ke dalam, Kim.” Kimmy menuntun Abby ke dalam rumah. Ingin tahu siapa yang membuat keributan pagi-pagi. Seorang wanita cantik berjalan dengan angkuhnya memasuki ruang keluarga. Mata mereka bertiga bersitatap. Kimmy terkesiap ngeri. “Giselle,” bisiknya kaget. “Kimberly???” Mata wanita cantik itu menatap tajam ke arah Kimmy. “Jadi kau sembunyi di sini jalang cilik?” ucapnya sinis. “Jangan bicara sembarangan di rumahku!!” hardik Abby tajam. Kepala Giselle berputar ke arah Abby. “Siapa dia?” tanyanya pada Agna. “Seharusnya aku yang bertanya padamu, Nona tidak tahu sopan santun,” Abby yang menjawabnya. “Aku pacar Damian,” jawabnya angkuh. Abby dan Kimmy terkesiap. “Kakakku tidak mungkin punya pacar nenek sihir sepertimu!” “Kau...” “Ada apa ini?” suara itu menghentikan ocehan Giselle. “Damian!” Giselle segera menghambur ke arah Damian.  “Tolong lepaskan tanganmu, Giselle.” Damian melepaskan tangan Giselle yang membelitnya. “Ich vermisse dich ,” desahnya membuat Abby mencibir. “Benar nenek sihir ini pacarmu?” “Sugar, dia teman lamaku.” “Damian, baby…” “Stop, Giselle!! Ada perlu apa kau ke sini?” tanya Damian mulai marah. “Damian, baby...” “Berhenti memangilku baby !!!” “Okey!! Aku harus bilang sesuatu padamu. Aku hamil!” Empat pasang mata di sana melotot kaget. “Hamiiillll????” pekik Abby ngeri. Devandra memeluknya untuk menenangkannya.“Sayang, tenanglah.”  “Damian Antonio, what have you done???” tanya Abby seolah tidak peduli pada kata-kata Devandra. “Sugar…” “Kim, antar aku ke kamar,” potong Abby datar. Kimmy mengangguk dan bersiap menggandeng Abby saat Devandra menggeleng dan menggendong tubuh Abby. “Kim, ikut aku,” ucap Abby dari balik tubuh Devandra. Kimmy berjalan pelan di belakang mereka berdua. Batinnya berkecamuk. Jadi Giselle pacar Damian? Dan dia hamil? Kimmy berusaha mati-matian menahan air matanya. Hatinya sakit sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD