Chap 10

1163 Words
Kimmy berbaring tidak tenang di tempat tidurnya saat ini. Diliriknya Abby yang tertidur pulas di sampingnya. Dia tidur di sana malam ini karena Damian tidak mengijinkannya pulang. Itu bagus karena Kimmy tahu dia Franz akan mencarinya ke sana. Kimmy mendesah teringat Damian. Pria itu tidak menanyakan apapun tentang Franz atau kenapa mereka bisa bertunangan. Dia hanya bertanya kenapa Kimmy lari darinya. Ia memejamkan matanya mengingat sore tadi saat Damian membawanya pergi dari rumah Franz. “Dia ... tunanganku,” ujar Kimmy takut-takut. Damian tetap menatap lurus ke depan, tetapi tangannya mencengkeram setir dengan erat hingga buku-buku jarinya memutih. “Kenapa kau lari darinya?” Kimmy menatap Damian heran. Apa benar pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya. Apa memang hanya itu yang ingin diketahui Damian? “Kenapa kau lari darinya?” ulang Damian lagi bahkan tanpa menoleh padanya. “Kami ... kami ada masalah.” “Begitukah?” Damian menatap Kimmy skeptis sekilas. Kimmy mengangguk kecil. “Lebih baik kau tidur di rumahku malam ini.” “Ta... Akan tetapi... aku ...” “Dia pasti akan mencarimu. Melihat dari rumahnya, tampaknya dia bukan orang biasa. Dia tak akan bisa macam-macam di rumahku. Rumahku lebih aman untukmu. Ingat, jangan pulang malam ini! Jangan bilang apapun pada Abby.” Itu pesannya sebelum dia meninggalkan Kimmy di halaman rumahnya lalu melesat lagi, pergi dari mansion. Kimmy melirik jam di nakas. Pukul dua pagi. Dia tidak melihat Damian lagi sejak sore tadi. Dia pun hanya bisa mengangkat bahu saat Abby menanyakan keadaan kakaknya itu. Ia gelisah. Entah kenapa pikiran bahwa Damian tidak peduli padanya membuat hatinya tercabik. Perih. Benarkah perhatian Damian kemarin memang tidak ada artinya bagi pria itu? Benarkah bahwa sikap marah yang ditunjukkan saat Dave mendekatinya hanya karena dia tidak ingin Kimmy melupakan pekerjaannya? Sekali lagi Kimmy mendesah. Sampai kapanpun, dia tidak akan bisa menggantikan Abby di hati Damian. Tidak akan pernah bisa. ********** “Dia ... tunanganku.” Kata-kata Kimmy itu terus memenuhi kepala Damian. Bertunangan? Kimmy? Damian mengacak rambutnya kesal dan meraih gelasnya lagi. Entah kenapa hal itu mengganggunya. Ya, dia tidak suka ada orang lain yang memiliki Kimmy. Dia ingin menghajar pria itu saat itu juga. Dia tidak suka ada orang lain yang mendekati Kimmy. “Berikan aku satu gelas lagi, Juan.” “Herr, Anda sudah terlalu banyak minum. Anda ...” “Berikan saja!” bentak Damian marah. Ini seperti bukan dirinya. Mabuk-mabukkan hanya karena masalah perempuan. Biasanya, dia adalah pria yang paling bisa mengontrol emosinya. “Damian?” Damian menoleh. Pandangannya mulai mengabur. Dia tidak tahu siapa itu, tetapi jelas dia seorang perempuan. Rambutnya panjang berwarna coklat dan bibirnya merah menawan. “Kau baik-baik saja?” tanyanya lagi. “Yah... akuuuu baiiiikkkk ...” racaunya sambil meminum anggurnya lagi. Wanita itu duduk dekat dengan Damian hingga lengannya yang tidak tertutup pakaiannya menyentuh lengan Damian yang juga hanya berkaus pendek. Tangannya melingkar lihai di bahu Damian. “Aku merindukanmu, Sayang,” bisiknya di telinga Damian. Damian mengernyit menatap wanita yang menempel padanya. “Akuuuu mengenalmuuu? “ Wanita itu berdecak. “Kau benar-benar sudah mabuk.” “Akuuuu ... tidaakk ... mabuuukkk, Bitch.” Dan setelah itu, tidak ada satu hal pun yang bisa Damian ingat. **** Wanita itu kembali berdecak kesal dan bangkit dari duduknya. “Juan, bantu aku!” perintahnya kemudian. Juan menuruti wanita itu dan membawa Damian ke mobilnya. Wanita cantik itu menatap Damian yang masih meracau tak jelas. Sebuah senyum tersungging di bibirnya yang indah. Dia membelai pipi Damian dengan sebelah tangannya. “Aku merindukanmu, Sayang.” Dia menghidupkan mesin mobilnya dan membawanya keluar dari bar. Sudah jam dua pagi, tidak mungkin membawa Damian pulang ke rumah orangtuanya. Tanpa pikir panjang, dia membawa Damian ke apartemennya. Mungkin ini memang takdirnya. Sudah lama dia mencari pria tampan itu. Pria tampan yang pernah memenuhi hatinya bertahun-tahun lalu. Pria tampan yang pada akhirnya dia campakkan begitu saja. Lihatlah, Damian. Malam ini kau akan kembali menjadi milikku. “Carlos, bisa bantu aku?” tanya wanita itu pada security apartemennya. Carlos mendekat dan mengangguk. “Tolong bantu aku membawanya ke kamarku.” “Baik, Nona.” Wanita itu menyerahkan beberapa lembar uang pada Carlos setelah membawa Damian ke kamarnya. Dia tersenyum puas melihat Damian ada di ranjangnya. Satu hal yang sudah dia inginkan sejak dulu. “Akhirnya aku mendapatkanmu,Sayang.”  ******  Damian mulai mengerang. Ciuman wanita itu turun ke leher dan bahuny. Dengan sigap dia meloloskan kaus yang dipakai Damian. Diciuminya dengan penuh nafsu d**a telanjang Damian hingga ia mengejang. “Abs ...” desahnya lirih.  “Ini aku, Baby,” katanya tepat di depan wajah Damian. Damian membuka matanya dan menatap bayangan samar wanita di hadapannya. Warna matanya biru. Atau abu-abu? Damian tidak melihatnya dengan jelas. “Kim?”  “Ini aku, Damian!” Wanita itu mencium bibir Damian dengan kasar. Dadanya bergemuruh oleh nafsu dan kecemburuan. Damian balas melumatnya. Memainkan lidahnya di dalam mulut wanita itu. Damian masih bisa mencecap sedikit rasa whisky di sana. Tangannya meremas gundukan di d**a wanita itu. Wanita itu mengerang di dalam ciumannya. Membuat Damian makin bersemangat meremasnya. Bibirnya turun menghisap leher wanita itu. Meninggalkan jejaknya di sana. Tangannya sudah membuka restleting baju wanita itu dan membebaskannya dari tubuh seksi itu. Mata birunya melebar penuh gairah menyaksikan keindahan di depannya. “Kim, kau indah sekali,” bisiknya takjub sambil melumat p****g yang sudah menegang itu. Sang wanita yang mendengarnya tidak lagi protes. Dia sudah dikuasai nafsunya, yang dia ingin sekarang hanya Damian di dalam dirinya. “Ssh...aa...ah...” Desahnya saat Damian menggigit keras putingnya yang sudah tegak berdiri. Tangannya menggapai celana Damian. Membelai sesuatu yang sudah keras di sana. “Kau nakal, Baby,” ucap Damian sambil tersenyum. Bibirnya masih bermain-main di p****g wanita itu dan tangannya melepas ikat pinggangnya. Meloloskan celananya dalam sekali sentak hingga kini dirinya telanjang bulat di bawah wanita itu. Tangan wanita itu menggapai batang Damian yang sudah mengeras dan mengelusnya pelan. Damian memejamkan mata menikmati sensasi yang sudah lama tak lagi dirasakannya. “Ahhhhh ...” Desahan lolos dari bibirnya. Dia membalik posisinya hingga wanita itu berada di bawahnya. Bibirnya masih asyik mencecap kedua p******a di hadapannya. Sedangkan tangannya mulai menelurusi perut ramping wanita itu. Turun ke pahanya yang halus dan merambat ke tengah paha. “Kau sudah siap, Sayang.” Itu pernyataan. Bukan pertanyaan. Damian membelai sesuatu yang sudah basah di sana. Membuat wanita itu menggelinjang penuh kenikmatan. “Aa... ahh... Damiaann ..!!” Teriaknya saat tangan Damian memanjakan kewanitaannya. “Ya, sebut namaku, Sayang.” Damian makin bersemangat menarikan jari-jarinya di sana. Kepalanya sudah penuh dengan nafsu. Tampaknya alkohol dan seks membuatnya lupa diri malam ini. “Masukii aku, Damiaaannn ...” Wanita itu mendesah nikmat saat Damian semakin mempercepat gerakan jarinya. “Aaah...aah...aah...Damiaaaannn...!!!” Teriaknya saat gelombang itu datang dari buaian jari Damian di dalam kewanitaannya. Damian mengeluarkan jarinya dan cepat-cepat memasukkan juniornya ke liang yang sudah sangat basah itu. Matanya memejam penuh kenikmatan. “Oohh...Kimmmm...kau sungguh nikmat, Sayaaangg...” racaunya dalam setiap gerakannya. Dan saat gelombang itu akan datang dia berteriak tak karuan memanggil nama Kimmy.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD