PART. 1

702 Words
Vanda menatap foto di atas meja yang ada di samping kepala ranjang. Fotonya bersama Rara, sepupunya. Jarak usia mereka lebih dari satu tahun. Wajah mereka bisa dikatakan mirip. Namun sifat mereka sangat jauh berbeda. Rara sangat aktif, periang, ceria, ceriwis, mudah akrab dengan siapa saja. Sedang dirinya, punya banyak keterbatasan. Tidak bisa kena debu terlalu berlebihan, kulitnya akan gatal. Tidak bisa kedinginan, kulitnya akan ditumbuhi bentol-bentol yang terasa gatal juga. Belum lagi, ia juga kerap masuk angin kalau kedinginan. Bila masuk angin, diare akan datang menyerang. Kadang, Vanda merasa iri pada Rara, yang bebas bicara tanpa harus takut salah kata, seperti dirinya. Hal itu yang membuat Vanda merasa rendah diri. Dan membuatnya tumbuh menjadi gadis pemalu. Ia tidak bisa seperti Ammanya yang cuek saja, meski sering salah bicara. Karena hal itulah, hanya Rara teman terdekatnya. Vanda mengambil bingkai foto, diusap wajah Rara di dalam foto. Beberapa waktu lalu, sepupu tersayangnya itu mengalami kecelakaan. Kecelakaan yang sudah merenggut kemampuan Rara untuk berjalan. Kaki Rara lumpuh, akibat kecelakaan yang dialaminya. Tapi, sekarang Rara sudah bisa berjalan lagi. Hal itu juga karena sebuah kecelakaan yang melibatkan dirinya. Dan, peristiwa itu memberi rasa bersalah yang sulit ia hapuskan dari dalam hati. Karena, akibat kecelakaan yang melibatkan dirinya itu, Rara harus kehilangan calon buah hatinya. Air mata jatuh di pipi Vanda, teringat dengan cinta segitiga di antara dirinya dengan Rara, dan Razzi. Pria yang kini sudah menikahi Rara, saat Rara masih terbaring koma. Vanda tidak tahu, apakah yang terjadi pada mereka pantas disebut cinta segitiga. Rara mencintai Razzi, Razzi mencintai Rara, namun dirinya berada di antara cinta mereka. Berawal dari keinginan Nininya, untuk menjodohkan dirinya dengan Razzi. Tentu saja ia sangat bahagia, karena ia mencintai Razzi. Razzi menerima perjodohan mereka. Tanpa berkata apa-apa. Untungnya, semua belum terlambat. Kecelakaan yang menimpa Rara, membuka rahasia cinta di antara Rara, dan Razzi yang sudah ada sejak lima tahun lalu. Vanda sangat bersyukur, karena mengetahui semuanya sebelum terlambat. Vanda tidak bisa membayangkan, andai ia tahu setelah Razzi menikah dengannya. Vanda percaya, Allah sudah menyiapkan jodoh terbaik untuknya. Jodoh yang bisa menerima semua kekurangannya. Hari ini, Vanda mulai belajar menjaga di SPBU, karena orang kepercayaan Ammanya di SPBU ini, akan dipindah ke SPBU baru milik mereka. Membantu Ammanya di SPBU bukanlah hal baru baginya. Keluarga Ramadhan memang memiliki beberapa SPBU di beberapa tempat. Dan, dikelola oleh orang lain, di bawah pengawasan Amma Vanda. Hari beranjak sore, Ammanya belum datang menjemput, karena masih di Banjarmasin. Vanda berdiri di teras kantornya, ia berniat pulang dengan menggunakan taksi on line, saat sebuah mobil yang baru selesai mengisi bahan bakar berhenti di depannya. Seorang pria yang ia kenal sebagai pemilik bengkel, dan pencucian mobil yang berada di samping SPBU ke luar dari dalam mobil. "Mau pulang?" Tanya pria itu. "Iya," kepala Vanda mengangguk. "Dijemput?" "Amma masih ada usuran ... engh ...." Wajah Vanda merona, karena sadar terpeleset kata. Pria di hadapannya tersenyum. "Tidak perlu malu begitu. Cuma keselepet satu kata, kalau kata Ammamu. Aku cukup sering ngobrol dengan Ammamu, saat dia masih bekerja di sini. Sebelum Asila menggantikannya. Jadi aku sudah paham soal keselepet itu." Pria itu tersenyum manis pada Vanda. Wajah Vanda semakin merah saja. Ia menunduk untuk menyembunyikan rona merah yang menjalari wajahnya. "Kita satu arah, katakan pada Ammamu, kalau aku yang mengantarmu pulang." "Terima kasih, Om." "Om? Hmm, tak apalah, usiaku memang jauh lebih tua darimu." "Vanda telpon Amma dulu." "Iya." Vanda mengambil ponsel dari dalam tasnya. "Assalamualaikum, Amma." "Walaikum salam. Sudah pulang?" "Belum, enghh ...." "Ada apa, Sayang?" "Vanda pulang sama Om Andri boleh tidak. Kebetulan Om Andri mau pulang juga." "Boleh, jangan lupa bilang terima kasih ya, sampaikan salam Amma juga." "Iya, terima kasih, Amma. Assalamualaikum." "Walaikum salam." "Kata Amma, salam buat Om." "Salam juga buat Ammamu. Kita pulang sekarang?" "Sebentar, Vanda bilang dulu sama Pak Ilham." "Ya." Vanda menemui Pak Ilham, orang yang selama ini mengelola SPBU ini. Ia pamit pulang. Setelah pamit, Vanda kembali mendekati Andri. Andri membukakan pintu mobilnya. Dengan wajah tersipu, Vanda masuk ke dalam mobil. Andri memutari bagian depan mobil, lalu masuk, dan duduk di belakang setir. "Bagaimana keadaan Rara?" "Alhamdulillah, semakin baik." "Alhamdulillah, Rara bisa berjalan lagi ya. Dan, bisa hamil lagi." "Ehmm ...." Vanda hanya menggumam, karena tidak tahu harus bicara apa. Andri menolehkan kepala untuk menatap Vanda. Ia tahu dari Amma Vanda, kalau Vanda sangat pemalu. BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD