MENYESAL

1111 Words
Gudang parkir bawah tanah SMA Altair yang sepi dan remang-remang. Siang hari. Suasana dingin dan sunyi, hanya suara langkah kaki yang bergema. ​LUCIA SILVANA CORVINO berjalan menuju mobilnya, wajahnya dipenuhi kelelahan dan ketakutan setelah serangkaian peristiwa buruk di sekolah dan tuntutan ayahnya. Ia memeluk tasnya erat-erat, merasa rapuh dan sendirian. ​Tiba-tiba, ia didorong dengan kasar ke dinding beton. Dorongan itu kuat, mengejutkannya hingga napasnya tertahan. Itu adalah LEONARDO MATTEO FERRETTI. Wajahnya gelap, matanya dingin dan penuh amarah yang menakutkan yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya. ​LUCIA: (Panik, suara tercekat) "Leo! Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku! Kau menyakitiku!" ​LEONARDO: (Cengkeramannya di bahu Lucia kuat, menunjukkan kekesalan mendalam. Suaranya rendah, menusuk, tanpa sedikit pun kehangatan yang dulu ia tunjukkan sesekali) "Berhenti, Lucia. Jangan berbohong padaku lagi. Jangan berakting lagi. Siapa Ayahmu? Dan siapa kau sebenarnya dalam permainan kotor ini?" ​Lucia terdiam. Matanya membulat penuh ketakutan. Ia tahu Leo tidak lagi bicara soal Rangking atau kekalahan di klub. Ia melihat amarah Leo kini murni dan diarahkan padanya. ​LUCIA: "Aku... aku tidak mengerti. Aku hanya siswi biasa... kau pasti salah paham!" LEONARDO: (Mencibir, menunjukkan akta kelahiran rahasia) "Kau adalah putri dari ibu yang mencintaimu dan mencoba melindungimu. Tapi kau adalah putri tiri dari Silvio Corvino! Kau bukan darahnya! Kau adalah bidak yang dia gerakkan!" ​LEONARDO: "Dia tidak peduli dengan cintamu! Dia hanya peduli dengan posisimu sebagai pengorbanan yang sempurna! Kau bukan darahnya, Lucia, dan dia tidak akan pernah mencintaimu! Dia akan mengorbankanmu malam ini!" ​Kata-kata Leo yang tajam, didukung bukti, menghancurkan Lucia. Air mata mengalir deras. Ia menjerit kecil, suaranya tercekat. ​LEONARDO: (Melepaskan Lucia, penyesalan di matanya atas kerusakan emosional ini) "Semua itu bohong. Dia menggunakanmu. Kau adalah bidak paling rapuh, Lucia, dan dia akan membuangmu." LUCIA:"Agrhh... tidakk,aku anak siapaa..." Saat Lucia hancur, ALESSANDRA LUNA CORVINO muncul di pintu masuk. ​ALESSANDRA: "Aku pikir kau sudah tahu, King Ferretti. Ini bukan cara yang elegan untuk menangani urusan pribadi. Dan tidak perlu merusak bidak yang sudah patah." ALESSANDRA berdiri di pintu masuk, siluetnya memotong cahaya remang-remang. Ketenangan dan otoritasnya langsung mengisi ruangan, menghentikan getaran amarah Leo. ​LEONARDO menoleh ke Alessandra. Amarahnya pada Silvio masih membara, tetapi pandangannya terhadap Alessandra telah berubah drastis. Ia melihat La Rosa Nera, Ratu yang sejati. ​LEONARDO: (Suara lebih rendah, dipenuhi kekaguman yang tersembunyi) "Aku sudah tahu, La Rosa Nera. Dan aku baru saja mengkonfirmasi betapa piciknya permainan Silvio Corvino. Dia menggunakan putri tiri, yang selama ini kau lindungi dengan keheninganmu." ​LUCIA, yang masih menangis tersedu-sedu di lantai, mendongak. Ia menatap Alessandra dengan mata yang penuh kebingungan, amarah, dan pengkhianatan. ​LUCIA: (Berteriak, suaranya parau) "Luna... Kau tahu?! Kau tahu siapa aku dan kau tidak pernah memberitahuku! Kalian semua pembohong! Kalian semua monster!" ​ALESSANDRA: (Melangkah maju, langkahnya terukur. Ia berhenti tepat di samping Leo, tetapi matanya fokus pada Lucia. Suaranya lembut, jarang ia tunjukkan, tetapi penuh otoritas.) "Aku tahu, Lucia. Dan aku datang ke sini bukan untuk menghancurkanmu, tetapi untuk menghentikan misi bunuh dirimu malam ini. Aku tidak akan membiarkanmu hancur di tangan orang yang tidak memiliki darahmu sendiri." ​LEONARDO: (Berjalan ke sisi Alessandra. Keduanya kini berdiri berdampingan, berhadapan dengan Lucia. Sebuah pemandangan yang tak terbayangkan seminggu lalu.) "Silvio akan memaksanya memasang bom di hub Black Crow. Itu akan membunuhnya, dan dia akan menyalahkan klanmu atas kematianmu, Luna." ​ALESSANDRA: (Menatap Leo, tatapan mereka kini penuh pengertian taktis.) "Aku tahu. Dan aku tidak akan membiarkan pion tak bersalah ini menjadi bidak pengkhianatan. Tapi kau harus menghentikan Silvio, Leo. Bukan hanya Lucia." ​LEONARDO (MONOLOG BATIN): Dia benar. Dia selalu benar. Dia tidak hanya cerdas; dia memiliki moral yang keras. Dia melindungi bidak lemah, sementara aku hanya fokus pada tahta. Kekuatan Ratu ini bukan hanya pada otaknya, tetapi pada keadilannya. Aku harus mendapatkan sekutu ini, dan aku harus memenangkan hatinya. ​LEONARDO: (Mengangguk, ekspresinya serius) "Aku akan menghentikannya. Aku tidak akan membiarkan pion yang lemah dihancurkan oleh Raja yang serakah. Dan aku tidak akan membiarkan Ratu yang sah menghadapi pengkhianat klan sendirian." LEONARDO menatap Alessandra, matanya bersinar dengan tekad baru yang terbungkus hasrat. Ia berbicara lantang, mendeklarasikan perang baru pada Silvio. ​LEONARDO: (Suaranya bergetar dengan emosi yang terkontrol) "Dengar baik-baik, Luna Corvino. Aku, King Ferretti, tidak akan mengizinkan Silvio menyentuh putri tirinya. Misi bunuh diri itu harus dihentikan. Aku menyatakan perang baru: melawan Silvio Corvino, dan melawan siapa pun yang berani menggunakan pion yang tidak bersalah." ​LUCIA, yang masih mencoba memproses pengkhianatan ayahnya, tiba-tiba memotong, suaranya lemah dan penuh kebingungan. ​LUCIA: "Tunggu... kenapa kau terus menyebutnya Corvino? Bukannya dia hanya... Luna? Kau tidak tahu marganya." ​Alessandra menyadari bahwa pengungkapan identitasnya di sekolah hanya sebatas 'Alessandra Luna'. Lucia, dalam kepolosannya, belum tahu bahwa Luna adalah bagian dari klan yang sama. ​ALESSANDRA: (Wajahnya tetap tenang, ia mengangguk. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkan kebenaran.) "Dia benar, Lucia. Kau berhak tahu yang sebenarnya." ​Alessandra melangkah maju, membiarkan aura Ratu Sejati-nya terpancar. ​ALESSANDRA: "Aku bukan hanya Luna yang kau kenal di sekolah. Namaku sebenarnya Sandra. Alessandra Luna Corvino." ​LUCIA: (Wajahnya pucat total. Semua kepingan teka-teki, nama klan, dan permusuhan Leo kini masuk akal, tetapi membuatnya semakin takut.) "Corvino... Kau... kau bagian dari mereka?" ​LEONARDO (MONOLOG BATIN): Sandra. Pantas saja Nathan tidak bisa meretas profilnya secara penuh. Dia adalah Sandra Corvino, nama yang menghilang dari arsip klan. 11 tahun lalu. (saat 11 tahun lalu desas-desus klan mengatakan keluarga Corvino habis bersisa Silvio, sehingga Silvio bisa menduduki tahtanya. Tapi kenyataannya, Kakek Giovanni telah menyembunyikan pewaris sejati, Sandra karena dendam dan pengkhianatan. Dia bukan hanya La Rosa Nera, dia adalah legenda yang hidup. Dia adalah Ratu yang seharusnya mati, dan sekarang dia kembali untuk mengambil tahtanya.) ​LEONARDO: (Tatapan Leo kini dipenuhi rasa hormat yang mendalam bercampur ketakutan baru. Ia tidak lagi menyebutnya Luna, tetapi menggunakan nama yang lebih berbobot.) "Sandra." ​ALESSANDRA: (Menatap Leo, menerima pengakuan tak terucapkan itu. Ia kemudian fokus kembali pada Lucia.) "Lucia, aku tidak punya waktu untuk menjelaskan sejarah klan padamu. Tapi kau harus tahu: Aku bukan musuhmu, Silvio-lah musuhmu. Kau aman bersamaku." ​LEONARDO: (Berjalan ke sisi Sandra, isyarat hormat yang langka.) "Aku akan melindungimu dan pionmu, Sandra. Tapi setelah ini selesai, kau harus menghadapiku. Bukan sebagai musuh klan, tetapi sebagai musuh yang memperebutkan kendali. Aku ingin tahu apa yang akan kau lakukan padaku setelah kau tahu aku telah memujamu sejak aku menyadari kebodohanku." ​ALESSANDRA: (Pupil matanya membesar mendengar pengakuan Leo. Ia mengangguk, menerima tantangan itu.) "Aku akan menghadapimu, King Ferretti. Tapi saat ini, fokus kita adalah misi. Kita harus bergerak cepat. Sebelum Silvio melangkah." ​Leo dan Alessandra, dua pemimpin klan yang seharusnya saling menghancurkan, kini bersatu di atas bidak yang hancur. Aliansi yang terlarang telah dimulai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD