Dua

511 Words
Javier melepaskan pelukan nya dengan Oma Tamara, lalu ia perlahan membuka penutup wajah saudara kembar nya. Wajah yang begitu mirip dengan nya bahkan di antara mereka nyaris tidak ada perbedaan, namun wajah itu kini di penuhi dengan luka lebam dan goresan. Javier tidak menyangka bahwa pertemuan nya dengan Javie satu bulan lalu adalah pertemuan terakhir nya. "Kenapa lo ninggalin gue secepet ini hah!" kata Javier berusaha menahan isak tangisnya. "Lo sendiri yang bilang, kita akan terus bersama. Kita akan membahagiakan mommy dan Daddy berdua. Bahkan kita akan melangsungkan pernikahan kita bersama sama. Lo tau gue udah mau melamar Felly, tapi kenapa lo malah kaya gini hah!" pekik Javier pada akhirnya, ia tidak kuat menahan sesak di d**a nya. "Lo lihat sekarang, lo lihat! Mereka semua sayang sama lo, mereka semua nangis gara gara lo! Puas lo buat gue nangis juga hah! Kenapa lo kaya gini hiks hiks," tubuh Javier ambruk memeluk tubuh Javie yang sudah terbujur kaku. "Vier sudah, jangan seperti itu. Kasian Javie Nak," ujar oma Tamara pelan sambil memeluk tubuh Javier. "Javie jahat Oma, dia jahat hiks hiks," kata Vier menangis. Sedangkan Jenar hanya diam menatap kosong ke arah anak anak nya. Yang ia takutkan selama ini terjadi, ia tidak menyangka bahwa Tuhan akan memisahkan nya dengan anak nya secepat ini. "Mommy sudah berusaha melakukan yang terbaik buat kamu, mommy menyayangi mu Nak, semoga kamu tenang di sana, tunggu Mommy," gumam Jenar pelan dengan tatapan kosong. Arya tak kalah terpuruk nya dari Jenar, namun ia berusaha untuk tetap terlihat tegar dan kuat. Walau sebenarnya ia juga sangat ingin menangis. Setelah rundingan, mereka memutuskan untuk memakamkan Javie di Jerman, tepatnya di makam khusus keluarga Pranata alias orang tua oma Tamara. Suasana semakin ramai sejak kedatangan anak anak oma Tamara beserta cucu nya. Namun Javier masih tetap diam duduk sambil memeluk foto saudara kembarnya. "Vier, makan dulu yuk?" bujuk Cara namun Javier masih tetap diam tak bergeming. "Vier lo harus ikhlas," ujar Farrel juga ikut membujuk. "Kalian pergilah, gue masih mau nemenin Javie disini," gumam Javier pelan namun masih bisa di dengar oleh Cara dan Farrel. "Sayang, lebih baik kamu istirahat, kasian dia," ucap Saka sambil mengusap perut Cara. "Hem, Farrel lo temenin si kunyuk!" kata Cara lalu ia berjalan menuju kamar bersama Saka. "Cari tau penyebab kecelakaan Javie! Aku tunggu kabar secepatnya!" ucap Javier menelfon seseorang. "Saya usahakan besok semua siap!" ucapnya tegas dan yakin. "Baiklah," kata Javier datar lalu ia mematikan sambungan telfon nya. "Siapa yang lo hubungi?" tanya Farrel. "Bukan siapa siapa!" jawab Javier datar. "Oh ya lalu bagaimana kabar orang yang berada satu mobil sama Javie? Apakah itu pacar nya?" tanya Farrel penasaran. "Entahlah, gue gak tau pasti," jawab Javier menjambak rambutnya frustasi. "Terus apa lo akan stay disini? Kayaknya mommy Jenar sama Daddy Arya gak bakal balik ke indo untuk saat ini," kata Farrel. "Justru gue akan suruh Daddy bawa Mommy pulang ke indo, gue gak mau Mommy disini dan terus kepikiran sama Javie. Dan untuk sementara mungkin gue yang akan menghandle kantor disini," ucap Javier. "Lalu Felly?" tanya Farrel. "Gue gak tau!" kata Javier frustasi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD