Kenangan yang terlupakan begitu saja itu muncul tanpa aba-aba, meninggalkan Ren dengan segala tanya yang merasuk jiwanya. Menghantui pemikirannya yang sejatinya sudah kusut. Hidupnya yang semakin dipikirkan akan semakin terasa tidak karuan.
Ren mengernyitkan keningnya, kepalanya terasa sakit, terpukul kenyataan yang tidak pernah terasa indah. Perasaan hangat yang sempat ia rasakan sirna seiring dengan takdir pahit yang terus terjadi di sekitar Ren. Kemalangan yang tak bisa ia mengerti kenapa semua itu justru terjadi kepadanya.
“Kenapa takdir seakan tidak pernah baik padaku?”
Kedua tangan Ren ia kepal dengan erat, masih saja sambil menyaksikan kilasan masa lalu yang sempat ia lupakan.
Ren kini sadar dengan sangat jelas, jika objek yang sebenarnya dijadikan penelitian oleh ayah mereka
