BAB 37

2235 Words
Penyerangan terhadap presiden mulai muncul di berita. Tapi sayangnya berita itu tidak lagi penting daripada berita tentang serangkaian persiapan untuk menyerang para zombie di malam hari. Tentara professional mulai bersiap untuk serangan gerilya.   Serangan gerilya adalah perang yang dilakukan pada malam hari. Dengan memanfaatkan kelemahan zombie yang sulit melihat saat gelap, memudahkan para satuan tentara yang jumlahnya lebih dari ribuan personil yang berpencar di seluruh negeri itu untuk menyerang. Mereka membuat kelompok-kelompok kecil di beberapa titik. Membentuk pola lingkaran, para tentara akan mendesak zombie hingga ke lingkaran kecil. Jika sudah terkumpul, mereka akan langsung dimusnahkan menggunakan bom.   Cara ini cukup ampuh saat mensterilkan wilayah yang berdekatan dengan barak timur. Sehingga dari radius tiga belas kilometer, wilayah tersebut telah aman dari serangan zombie. Bahkan mereka sulit memasukinya karena dijaga ketat oleh tentara keamanan.   Setelah sempat kecolongan beberapa kali vampire menyusup masuk ke barak, kini keamanan ganda diterapkan bahkan sudah di mulai dari perbatasan. Selain di cek suhu tubuh dan serangkaian pemeriksaan, mereka juga harus di x-ray untuk memastikan bahwa tidak ada keganjalan bahkan sebuah gejala sedikitpun.   Jika ada manusia yang nekad untuk masuk ke barak dalam keadaan sakit, maka mereka akan dibawa ke tempat isolasi selama lima hari atau menunggu sampai mereka benar-benar sehat. Namun, jika di tengah isolasi, pasien memiliki tanda-tanda bahwa ia akan menjadi zombie, maka tindakan yang paling ekstrim akan dilakukan. Yaitu membunuh mereka sebelum benar-benar menjadi zombie.   Keputusan tersebut juga tidak terlepas dari masih belum tersedianya pengobatan bagi para pasien yang mengalami gejala menjadi zombie tersebut. Pemerintah juga sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat vaksin tanpa harus menunggu tertangkapnya Dr. Cha itu. Namun tampaknya, epidemic ini tidak bisa hilang tanpa dirinya.    “Ini sebuah benteng yang luar biasa,” puji Tania yang sedikit lagi mencapai barak timur. Presiden Noel berdeham kecil sambil memberi kode kepada sang supir lewat mata. Mobil pun segera berbelok menuju sebuah jalan lain yang menjauh dari arah pintu barak timur itu. Tania menyipitkan matanya bingung. Tapi ia tahu, dalam keadaan seperti ini ia harus bisa tenang dan tidak perlu melakukan hal yang tidak diperlukan.   Mobil sedan hitam yang diikuti hanya satu mobil di belakang itu lantas mendekati sebuah lorong bawah tanah. Di sanalah mereka akhirnya dikepung oleh beberapa pria bersenjata yang siap meluncurkan timah panas mereka kapan saja.   “Apa kami ditangkap?” tanya Tania bingung. Dan sejujurnya dia memang takjub dengan rencana ini. scenario terburuknya adalah ia tengah berusaha menjebak sang presiden tapi apakah sebenarnya dialah yang dijebak?   “Anggap saja demikian. Katakan padaku, siapa yang ada di belakangmu?”   Tania tertawa kecil. Menghilangkan kegugupannya sendiri, “Di belakang apa?”   Seseorang dari mereka lantas membuat sebuah pertunjukan kecil. Memaksa rekan Tania yang berada di mobil berbeda untuk keluar dari sana. Menariknya paksa lalu mendekatkan sebuah alat yang tampak seperti alat kejut. Tania sempat meremehkannya, namun ketika alat tersebut ditempelkan pada rekannya, barulah ia tahu mengapa ia harus melihat ‘pertunjukan’ tersebut.   Rekannya mengalami kejutan yang luar biasa hingga membuat percikan listrik terlihat begitu jelas menyambar tubuhnya. Tania kira itu tidak akan berpengaruh pada mereka yang seorang vampire yang sebenarnya telah dianggap bukan manusia hidup lagi. Tapi ternyata, alat kejut tersebut, benar-benar mengejutkannya karena berhasil membuat rekannya mendadak seperti terkena sengatan petir yang membuat tubuhnya menghitam matang.   Bukan hanya menghitam, rekannya tersebut bahkan terjatuh langsung ke tanah tak berdaya. Dua hal mengerikan itu, sukses membuat Tania menelan ludah.   “Aku banyak mendengar tentangmu. Kau vampire hebat yang dapat meramalkan masa depan. Sekarang, apakah kau bisa melihat sekilas masa depanmu?”   Ucapan presiden Noel mengundang kekesalan dan kekaguman Tania akan pengetahuannya. Kini ia harus memikirkan, apakah akan meneruskan rencana ini atau menyerah sekarang.   “Yang aku lihat tetap akan sama. Aku tetap akan bersekutu dengan pemerintah –“   “Bersekutu? Bukankah kau mendatangiku untuk sebuah kekuasaan?” gertak Noel lagi. Kali ini, presiden yang telah menjabat dua periode itu tampak santai saja menghisap tembakaunya. Berbeda saat ia dikepung oleh klan vampire yang ingin menjebak dan melenyapkannya tadi. Kini presiden lebih terlihat santai tanpa beban. Padahal Tania bisa saja langsung menyerangnya tanpa sempat ditolong oleh ajudannya.   “Bukankah kalian semua memang sama saja?” ungkap Tania balik. Presiden Noel tertawa kecil. Lalu menoleh tiba-tiba mendekati Tania yang gugup, “Apa itu Kim Hyu?” tebaknya.   Tania menyatukan alis. Gestur Tania itulah yang langsung ditangkap oleh pak presiden yang ternyata sangat pintar dan teliti.   “Aku tidak menyangka ia tidak menyerah dengan rencananya tersebut.”   “Sepertinya anda –“   Tania menebak apa yang ada dipikiran orang nomor satu di Negara ini. Melihat sunggingan senyumnya itu, Tania jadi yakin tentang semua ini.   “Panggil dia dan temui aku segera. Aku ingin mendengar lebih banyak tentang mengintai para vampire.”   #   Sementara itu jauh di pedalaman hutan, tampak para tentara mulai menjalankan agresi militer mereka untuk menyergap sekumpulan zombie baru. Klester baru ini terjadi karena beberapa penduduk desa yang menolak untuk direlokasi. Akibatnya kini banyak desa yang telah terinfeksi dan hancur wilayahnya karena serangan virus.   Seperti cara mereka sebelumnya, para satuan militer terlatih itu membuat kelompok kecil yang akan menyerang dengan cara metode melingkar. Yaitu mendorong target ke tengah  setelah para tentara membentuk lingkaran yang akan menyudutkan mereka ke tengah. Setelah mereka semua berkumpul, barulah mereka diserang bersamaan dari tim-tim kecil yang bersatu. “Sekarang!”   Mereka bergerak sesuai instruksi. Menyelinap saat malam lalu membuat kejutan-kejutan kecil agar para zombie mengikuti mereka lewat jebakan cahaya. Tembakan akan dilancarkan jika zombie mulai tak tentu arah.   Persis seperti yang direncanakan, mereka masuk dalam jebakan lingkaran dan kini tinggal siap untuk dieksekusi. Tentara langsung menyergap semuanya dan mendorong mereka untuk terus masuk dalam lingkaran kecil yang telah dipersiapkan bahan peledak.   Setelah target benar-benar terjebak, eksekusi terakhir pun dilaksanakan. Para zombie diledakkan dengan mudah.Suara ledakan itu sampai pada telinga Ko Ji. Pemuda itu lantas menyelesaikan urusannya dan kemudian mendekati sumber ledakan. Jaraknya tidak terlalu jauh. Dari pohon tertinggi, Ko Ji mengamati banyaknya pasukan militer yang masuk ke dalam hutan.   Ko Ji jadi semakin yakin, bahwa tak ada lagi kawasan yang bersih dari serangan zombie selain desanya. Ko Ji melihat secara dekat bagaimana proses pensterilan kawasan yang menjadi target pasa tentara pemerintahan. Menurut pengamatan Ko Ji, setelah sebulan terakhir mereka akhirnya bisa beradaptasi dengan kondisi yang sekarang. Meski beberapa personil mereka yang tewas, itu sudah tak lagi menjadi beban mereka untuk maju. Ko Ji terkesan. Itu artinya akan ada banyak perubahan yang akan terjadi di masa depan. Dan itu juga berarti, harapan untuk hidup normal akan segera terwujud. "Semua sudah beres, komandan!" "Bagus. Sekarang semua kembali ke markas!" Perintah dari salah satu atasan tersebut langsung mereka laksanakan. Beberapa kelompok ada yang memilih untuk jalan santai setelah mereka menyelesaikan misi. Tak jarang keluh kesah pun keluar begitu saja dari bibir mereka. Sama halnya dengan penduduk biasa. Mereka juga mengeluhkan kapan bisa kembali hidup normal. Mereka rindu untuk bercocok tanam kembali. Menjual hasil kebun mereka ke luar kota dengan perasaan senang walau hasilnya terkadang tak seberapa. Kini? Semua tanaman itu seperti mulai protes kepada majikan mereka yang sudah tak bisa beroperasional lagi akibat tanah dan tumbuhannya tidak mendapat bahan pemupukan yang optimal. Meski desa Sobong bisa mencoba bercocok tanam dengan pupuk alami, hasilnya pun tetap tak bisa sebanding dengan memakai pupuk pembelian toko. Hasilnya, tanaman lebih sedikit menghasilkan buah ataupun sayuran. Karena situasi ekonomi tengah mati, tentu sangat beresiko jika memaksakan diri untuk bercocok tanam. "Aku dengar..sudah tak ada lagi wilayah yah tak dijamah oleh zombie," keluh salah seorang tentara kepada rekannya di bawah pohon tempat dimana Ko Ji bersembunyi. Temannya menyahut dengan nada yang amat kesal, "Yah. Belum lagi para vampire. Mereka juga semakin mengancam nyawa kita." "Apa ini semacam hukum karma? Manusia diincar sebagai makanan. Sudah seperti hewan saja." Rekan-rekannya menyahuti. Sekarang manusia menjadi mangsa empuk untuk para monster. Menjadi makanan pokok untuk mereka. Manusia berharga mahal. Sama halnya seperti hewan yanh dilindungi. "Aku tidak mau dianggap seperti hewan. Kita bukan bahan pokok makanan!" "Haiis itu cuma contoh. Kenapa kau jadi emosional," tukas rekannya sembari tertawa kecil melihat temannya terlalu sentimental. Tapi ternyata guyonan itu malah membuatnya murka. Tak segan ia menyerang rekannya itu karena menganggapnya terlalu sentimental. Dan hal-hal seperti ini sering terjadi karena mereka dan mungkin warga biasa sekalipun merasa bosan dengan keadaan ini. Musuh semakin bertambah. Kehidupan sudah mulai berbeda. Mereka takut akan matahari terik dan beraktifitas di malam hari. Demi menghindari makhluk menyeramkan seperti zombie. Kehidupan normal benar-benar mereka harapkan sekarang.   “Hei! Kenapa kalian saling berkelahi? Ada apa!”   Tak ada yang bisa menjelaskan duduk perkara mereka saling bersitegang. Hanya karena sebuah omongan dan keluhan kecil, semua menjadi besar.   “Aku tahu kalian dan kita semua lelah dengan pertempuran ini. Tapi kita jangan cepat lengah. Simpan tenaga kalian untuk penyerangan berikutnya,” ungkap seorang pria yang pangkatnya lebih tinggi daripada mereka.   Tentara yang saling bertikai pun menyudahi perselisihan dengan saling berpelukan. Rencana untuk istirahat sejenak, mereka buang dengan sia-sia. Api bekas dari pengeboman pun sedikit demi sedikit mulai padam. Para zombie yang tewas sudah dipastikan tidak lagi dapat bergerak. Bau busuk yang berserak di segala tempat, menjadikan setiap kota kotor dan berpenyakit. Satu lagi masalah yang akan timbul setelah semua bencana ini menghilang.   “Letnan! Lihat!”   Salah seorang dari mereka yang tengah mengintai menemukan sesuatu yang menurutnya penting. Lewat teropongnya ia memberitahukan bahwa ada pemukiman yang tidak tersentuh zombie.   “Apa?”   “Benar letnan! Di sana! Saya melihat api dan beberapa lampu dari rumah-rumah penduduk.”   Letnan tersebut tampak belum yakin. Ia mengasumsikan bahwa itu mungkin saja rumah yang ditinggalkan oleh pemiliknya. Ko Ji seketika jantungan. Ia pikir mereka tengah mengintai desa Sobong.   “Apa mereka bisa dipercaya? Jika aku memberitahukan keberadaan desa, apa mereka akan membantu untuk mengungsikan penduduk?” gumam Ko Ji masih menimbang-nimbang akankah ia turun dari pohon dan memberitahukan keberadaan desa.   “Itu bisa saja. Maaf letnan, sudah menyampaikan informasi yang kurang penting,” ungkapnya yang ditanggapi santai oleh atasannya itu.   “Tapi..bisa saja itu memang rumah penduduk yang tak diserang,” gumamnya lirih   “Apa kita coba dekati? Pemukiman tersebut juga tidak biasa karena di kelilingi tembok tinggi.”   “Di kelilingi tembok katamu?”seru yang lain.   Letnan yang diketahui seorang wanita itupun berpikir sejenak untuk turun gunung mendekati pemukiman tersebut. Karena jika sebuah pemukiman masih memiliki banyak penduduk yang hidup normal, sudah pasti mereka belum terjamah. Belum sempat letnan Yeoh membuat keputusan, radar yang ia kenakan berbunyi.   Letnan berapangkat letnan dua itu langsung bersiaga. Memberikan sinyal pada kelompok lain yang tampak masih beristirahat.   “Siaga. Musuh mendekat.”   Radar yang letnan Yeoh gunakan diketahui adalah radar yang dapat mendeteksi sinyal suhu tubuh manusia yang jauh dari batas normal. Kedua makhluk yang sekarang tengah mengincar manusia memiliki suhu tubuh di bawah normal. Oleh karena itu, saat radar di pasang di beberapa titik yang dapat mendeteksi pergerakan atas suhu tubuh mereka, radar langsung berbunyi. Ko Ji yang berada di atas pohon pun juga merasakan sesuatu yang tak beres. Angin bergerak sangat cepat dari arah selatan. Suara-suara gumaman juga bisa ia dengarkan dengan jelas. Dan ia juga bisa merasakan bahwa makhluk yang datang ini, jumlahnya sangat banyak.   “Apa ini? apa mereka zombie?”   Ko Ji mencoba mencari tahu dengan melompat mendekati arah kedatangan mereka. Dan ketika ia tengah berpindah itulah, letnan Yeoh melihat ke atas pohon. Ia lantas meneriaki Ko Ji sebagai musuh yang tertangkap oleh radarnya itu.   “Di atas! Ada seorang vampire!” teriaknya.   Mendengar teriakan itu langsung saja para anak buahnya memidik senjata infrared mereka mengejar Ko Ji yang mencoba melarikan diri. Akan tetapi, karena jumlah mereka yang banyak, Ko Ji tetap saja tertangkap oleh sinar laser merah yang siap membidiknya kapan saja.   Dan benar saja, Ko Ji langsung mendapat serbuan timah panas kemanapun ia bergerak. Ko Ji mencoba lompat lebih tinggi dan cepat lagi. Lalu, saat ia telah keluar dari hutan dengan lompatan tingginya itu, Ko Ji melihat sesuatu yang mengejutkan.   Terlihat ada ratusan zombie yang bergerak masuk ke dalam hutan. Mereka dikawal dan diawasi oleh beberapa vampire berjubah merah.   “Siapa mereka?” gumam Ko Ji yang memilih berdiri mengamati di salah satu pohon tertinggi.   Lalu tiba-tiba, sebuah anak panah mengarah kepadanya. Ko Ji berhasil mengelak dengan turun ke tanah. Tapi sialnya, ia malah berhadapan langsung dengan letnan Yeoh yang tak jauh dari pohon tempat ia berdiri tadi.   Ko Ji terkejut dan reflek mengeluarkan pedangnya untuk melindungi diri. Baku tembak pun tak terelakkan dan Ko Ji yang tak bersalah pun menjadi target para tentara itu.   “Tunggu sebentar!”   Ko Ji terus menghindari peluru tanpa ingin menyerang balik. Dengan mudahnya Ko Ji mengelakkan peluru dengan membuat roda berputar dengan samurainya.   Letnan Yeoh yang mendengar bahwa  Ko Ji mengatakan sesuatu itupun menanggapi teriakan Ko Ji itu.   “Apa yang kau katakan!” teriak letnan Yeoh namun tetap menembaki Ko Ji tanpa henti.   Ko Ji lantas mendekati letnan Yeoh dengan berlari ke arah wanita secepat kilat untuk menghindari peluru dan menghemat waktu. Karena jika ia bicara di tengah pertempuran, mereka hanya akan saling berteriak.   Seperti dalam gerak lambat, Ko Ji menarik tangan letnan Yeoh lalu mereka saling bersitatap dengan dekat.   “Tarik mundur pasukanmu, segera!” “Apa?”   Letnan Yeoh seperti masih terpana dengan kemunculan Ko Ji yang tiba-tiba. Semua gerak lambat itu berakhir ketika Ko Ji mendarat ke tanah tanpa tahu bisa menghentikan laju teleportasinya sendiri itu. Tabrakan antara keduanya pun tak terelakkan. Mereka saling terseret jauh dari tempat semula.   “Tarik pasukanmu segera! Atau –“   “Atau apa?”   Letnan Yeoh bangkit lebih dulu dan langsung mengarahkan senjatanya tepat ke kening Ko Ji.   .   .   bersambung  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD