BAB 18

1145 Words
“Seharusnya kita tak perlu sampai seperti ini,” ucap So Ji lirih.   Ada sesuatu yang mengganjal di hati gadis itu saat melihat sesama manusia saling menyerang untuk menyelamatkan diri. Sesama manusia mengapa saling menawan dan memperbudak orang lain untuk kepentingan mereka masing-masing. Meski belum terjadi, tapi perbuatan hina seperti itu sama sekali tak manusiawi.   “Ada apa So Ji?”   Ko Ji melihat raut kegelisahan dari wajah adiknya itu. Dalam perjalanan mereka kembali ke markas musuh, So Ji terus diam tanpa sepatah katapun. Ko Ji menganggap bahwa mungkin adiknya itu lelah. Setelah selama seharian ini ia banyak menyaksikan hal-hal yang mengerikan. Dari terpisahnya ia dengan sahabatnya, lalu perjuangannya melewati para zombie hingga ia dengan sang kakak melawan para perompak yang berasal dari kaum mereka sendiri. Seolah waktu tidak memiliki hari esok. Semua terjadi begitu menguras emosi dan keringat. Dan So Ji sudah harus menyaksikannya. Tentu baginya, hari ini begitu berat.   “Tidak ada. Aku..Cuma mau pulang kak –“   Tangan Ko Ji yang berada di pundak gadis itu pun terangkat. Terdengar pula helaan napas Ko Ji yang berat. Seolah..apa yang akan ia tanggapi seberat helaan napasnya itu.   “Kita akan pulang. Tapi mungkin akan sulit.”   So Ji menoleh ke arah kakaknya dengan tatapan syahdu dan pilu. Dia juga menyadari hal itu – pulang ke rumah – akan menjadi hal yang sulit dan yang akan ia rindukan nanti.   “Maaf jika aku mendengarkan pembicaraan kalian berdua. Aku juga sudah sangat rindu dengan rumah. Apa suasana ini tidak akan berakhir dengan cepat?”   Semua yang ada di mobil tiba-tiba tertunduk. Mereka diam karena tak ada yang bisa memastikan ataupun menjawab pertanyaan itu. Sudah jelas virus ini kedatangannya sudah mengkhawatirkan. Melebihi bencana pandemic di masa lalu yang dialami oleh makhluk bumi. Virus ini menyebar dengan cepat  dan tak bisa teratasi. Semua orang yang berusaha mendekat akan langsung menjadi mangsa mereka. Sehingga yang terjadi hanyalah dengan cara melenyapkan mereka.   Pandemic yang terdahulu memang menyisakan banyak korban yang berjatuhan. Namun kali ini tentu saja berbeda. Selain manusia itu sendiri habis terserang virus, sesame manusia juga menjadi saling menyerang, membunuh dan saling memusnahkan satu sama lain. Baik yang baru terjangkiti maupun yang sudah benar-benar menjadi zombie seutuhnya.   Lalu bagaimana ini semua bisa teratasi? Tentu saja mencari obat penawarnya yang sialnya hanya bisa dilakukan oleh orang yang menyebarkan virus ini.   Ilmuan gila Dr. Cha digadang-gadang menjadi dalang dari kekacauan ini. Ia kini diburu seluruh dunia untuk mempertanggung jawabkan vaksin yang ia buat dan berakhir menjadi virus yang mengerikan. Siapa yang tak mengenal Dr. Cha? Keahliannya dalam menangani penyakit, sains, teknologi hingga membuat kota ini menjadi cepat modern daripada Negara lain, tak lepas dari tangan jenius Dr. Cha.   Awal karirnya ia mulai dengan membuat obat kecantikan dan perawatan. Siapa sangka, dalam waktu singkat ia dipercaya oleh seluruh wanita dunia untuk menciptakan produk anti anging yang mustajab. Produk kecantikannya kian popular saat itu hinga ia didapuk untuk menciptakan inovasi lainnya. Selalunya, Dr. Cha berhasil dalam setiap penemuannya. Termasuk vaksin yang ia buat untuk pendemi yang pernah melanda dunia beberapa tahun silam.   Dunia semakin mempercayainya untuk membuat obat dan vaksin. Namanya terus digaungkan dan tak henti Dr.Cha membuat segala inovasi. Tiba saatnya, ketika ia membuat vaksin yang menjadi perdebatan saat itu, yaitu vaksin yang dapat membuat manusia panjang umur.   Pesaingnya, tentu saja sempat tak memuluskan rencananya itu. Karena vaksin yang Dr. Cha buat digadang-gadang akan membuat kekacauan di dunia.   Dan benar saja. Hal itu terjadi pada hari ini, yaitu dua hari setelah vaksin tersebut diberikan gratis pada masyarakat yang menginginkannya. Entah apa yang terjadi dengannya, yang pasti vaksin tersebut terbukti gagal. Lalu, saat dunia mencarinya untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, Dr. Cha menghilang.   Banyak spekulasi muncul diberbagai media cetak dan daring, bahwa Dr. Cha memang berencana untuk melakukan hal ini. Ia ingin manusia benar-benar bergantung dengannya dan selalunya ingin dipuji oleh semua orang. Karena sikapnya itulah, banyak yang mengaitkan rencana Dr. Cha ini memang murni ia lakukan. Namun, ada juga yang menyangkal dan mengatakan bahwa Dr. Cha dijebak oleh seseorang atau mungkin ini ulah orang lain yang ingin menggagalkan vaksinnya tersebut hingga campurannya berubah menjadi menyerang manusia hingga menyebabkan manusia benar-benar hidup selamanya dengan menjadi mayat hidup.   Entah konspirasi mana yang benar. Dan kini polisi tengah melakukan siasat untuk menangkap Dr. Cha yang menghilang bak ditelan bumi. Mengingat segala rangkaian kejadian itu, bagaimana bisa keadaan yang sekarang bisa kembali normal jika obat penawarnya atau vaksinnya masih berada di lingkar kepala Dr. Cha yang kini menghilang? Tentu saja hal itu menjadi sesuatu yang mustahil untuk terjadi selama Dr. Cha belum tertangkap.   “Tidak ada yang tahu pasti. Yang terpenting sekarang adalah kalian harus bisa menjaga diri kalian sendiri dan saling melindungi satu sama lainnya. Aku yakin, kalian bisa sampai ke tempat yang aman di barak timur,” ucap Ko Ji datar sambil bersiap untuk melakukan penyelamatan orang-orang yang menjadi tawanan.   Setelah sebelumnya, mereka mengambil alih truk yang dijadikan untuk mengangkut para tawanan, kini mereka segera putar balik ke markas para perompak. Tetapi, sesampainya Ko Ji dan yang lainnya ke sana, alangkah terkejutnya mereka dengan tawanan yang bergelimpangan akibat ditembak oleh pemimpin perompak.   Ke enam orang yang berada di mobil, jelas menunjukkan keterkejutan atas apa yang mereka lihat. Ko Ji tak habis pikir. Mengapa mereka bisa semudah itu melenyapkan orang lain yang tak bersalah. Terkecuali jika mereka adalah zombie yang dapat membahayakan nyawa, namun manusia yang masih hidup mengapa mereka bunuh juga seperti para mayat hidup itu?   Perbuatan ini, jelas lebih biadap dari seekor binatang.   “Ke..kenapa?”   “Apa mereka tahu yang kita lakukan terhadap rekan mereka itu?” ucap So Ji sambil menahan tangis dan ketakutannya.   Tangan Ko Ji terus bergemetaran. Darahnya seperti mendidih dan sudah menggelegak tak tertahankan untuk segera dikeluarkan. Ia merasa marah serta kecewa. Semua itu muncul begitu saja tanpa ia rekayasa. Manusia-manusia tak berdosa itu mati sia-sia. Mereka dengan kejam menghabisinya tanpa selingan waktu sedikitpun. Bahkan saat Ko Ji nekat turun dari mobil sambil menggenggam sebatang linggis yang ia keluarkan dari mobil.   “Kakak! Kakak mau apa?” teriak So Ji yang ketakutan jika kakaknya pergi sendirian menghadapi perompak yang tersisa.   Melihat Ko Ji turun dari mobil sembari membawa senjata, pemimpin para perompak itu lantas tertawa senang sambil menodongkan pistolnya pada seorang bocah yang kini berada di tangannya.   “Kalian sudah kembali? Apa membawa truk untuk mengangkut mayat-mayat mereka ini?”   Pemimpin perompak itu langsung tak merasa bersalah. Ia terus tertawa bahkan katanya berlinang airmata meledek Ko Ji dan yang lainnya karena telah melakukan hal yang sia-sia. Ko Ji yang mendengar dan menyaksikan itu, semakin tak bisa menahan diri lagi untuk tak maju ke depan menghadapi mereka.   “Kakak! Jangan ke sana! Mereka –“   Ucapan So Ji itu bahkan diabaikan oleh Ko Ji. Dalam keadaan siap ia segera melangkah masuk ke dalam kegelapan. Mata merahnya muncul. Memancarkan aura kesedihan dan kemarahan. Iapun segera mengacungkan linggisnya, tanda ia siap untuk berhadapan.   “Biar..mati saja kalian semua!”   .   .   bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD