BAB 29

1062 Words
“Apa dia akan seperti itu terus? Ck..membosankan,” gerutu Baron yang tak sabar untuk bertarung sungguh-sungguh dengan Ko Ji.   So Ji yang melihat kakaknya tengah sekarat hanya bisa menangis histeris. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk membantu Ko Ji yang terlihat tak bergeming itu. Mendengar suara keras yang jatuh ke area mereka, tentu saja para zombie tersebut menyerbu Ko Ji yang tak bergerak dari tempatnya. So Ji kian panic merlihat situasi tersebut.   “KAKAAKKK!”   Baron melompat melewati gerbang. Menunggu Ko Ji terbangun dari tempatnya. Meski tengah dikerumuni oleh zombie, dengan santai Baron menghadapi mereka semua satu persatu. Melihat Ko Ji yang tak kunjung bangun, Baron melemparkan satu zombie ke arah Ko Ji. Lalu dalam sekian detik, tubuh zombie tersebut telah terbelah menjadi dua.   So Ji melihat hal itu dari kejauhan. Dia sendiri pun tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ko Ji tengah duduk sambil menghunuskan pedangnya. Lalu tak lama, para zombie menerkamnya. Membentuk lingkaran yang sesiapa saja mungkin tidak akan bisa keluar dari sana.   Tapi secara mengejutkan, zombie-zombie tersebut terlempar tak tentu arah. Ko Ji yang tadinya tak berdaya kini tengah menghunuskan pedangnya pada salah satu zombie lalu ia dengan cepat berlari menghampiri Baron. Dengan tubuh yang kekar dan kuat, tentu saja dia dengan mudah menangkal serangan Ko Ji itu dengan satu tangannya. Tapi ternyata dorongan Ko Ji sembari mendorong zombie tersebut ke arah Baron cukup membuatnya kerepotan. Pertarungan dengan menggunakan otot itupun terjadi dengan sengit. Baron tak lagi menangkalnya dengan sebelah tangannya lagi, tapi kini dengan dua tangan bahkan tubuhnya. Karena terdesak, akhirnya Baron memutuskan untuk mengarahkan pukulan ke tubuh zombie dan menghancurkannya dengan mudah.   Ko Ji sendiri tak tinggal diam. Ia bergerak mendekat dengan pedangnya dan hal itu berhasil membuat tubuh Baron terhunus pedang. Semua orang yang melihat hal itu tercengang. Mereka tak percaya Ko Ji bisa menusuk tubuh Baron dengan mudah. Para warga mengira satu masalah telah terselesaikan, tapi ternyata Baron sama sekali tak tumbang ataupun terluka parah. Ia justru kembali mengarahkan pukulan keras dan cepatnya.   “Hanya segini kemampuanmu?” tantang Baron yang dengan mudahnya pula mengeluarkan samurai Ko Ji seolah tak terjadi apapun atau tak ada rasa sakit sedikitpun saat tertancap benda tajam tersebut.   “Kenapa kalian ingin sekali dianggap kuat? Apa tujuan kalian memang ada yang lain?”   Ko Ji kembali memberikan seangan cepat berupa tinju kuat ke arah kepala. Tapi tentu saja, Baron sudah mengantisipasi hal tersebut. Gerakan mereka juga mulai cepat. Hingga siapapun tidak bisa melihat perkelahian tersebut dengan baik.   Termasuk oleh So Ji yang tersadar dai keterpakuannya ssetelah mendengar salah seorang dari warga membicarakan sesuatu tentang Ko Ji.   “Jadi sebenarnya Ko Ji siapa?”   “Apa maksudmu?” mereka saling melmeparkan candaan seperti itu hingga suara dentuman keras kembali terdengar.   “Manusia biasa akan mati jika dicampakkan demikian tapi Ko Ji…dia kini malah seperti orang-orang jahat itu.”   “Yah..mereka kuat dan menyeramkan.”   Seberapa keras So Ji mengelaknya, kini semua orang bisa menilainya. Selama ini ternyata ia telah hidup bersama seorang pembohong. So Ji juga akhirnya menyadari, bahwa kakaknya selama ini adalah seorang makhluk yang tak biasa. Makhluk penghisap darah yang kuat dan mengerikan. Makhluk yang selama ini hanya dijadikan sebagai cerita urband belaka.   “Kakak,” panggil  So Ji lirih.   Tentu saja Ko Ji tidak mendengarkan itu karena ia kini tengah sibuk berkelahi sengit dengan musuhnya. Kecepatan Ko Ji bahkan bertambah dua kali lipat setelah ia mengumpulkan kekuatannya selama bertarung dengan Baron.   Tendangan keras di sisi kanan Baron menjadi awal jatuhnya Baron untuk pertama kali. Tendangan itu bahkan sukses membuatnya mencium tanah dengan kerasnya. Meski begitu, Baron masih sempat untuk mengelak dari tendangan Ko Ji berikutnya dengan berguling cepat sebelum akhirnya ia kembali terkena sepakan kaki Ko Ji yang berada tak jauh darinya.   Belum puas untuk menjatuhkan Baron, Ko Ji menyerang bagian wajah pria tambun itu berkali-kali. Meski Baron melindunginya dengan tanda silang yang ia buat dengan tangannya, nyatanya hal pertahanan itu dapat ringkih juga.   Wajah Baron akhirnya terhantam keras hingga membuatnya remuk tak berbentuk.   “Apa sekarang kau suka seranganku?” tanya Ko Ji sembari menyunggingkan senyum miringnya pada Baron yang sudah tak berdaya.   Sebagai penutup, Ko Ji mematahkan kepala dan leher Baron hingga berputar menjadi seratus delapan puluh derajat. Semuanya tercengang terkecuali Minerva yang puas menonton di kursinya. Irene sedikit menelan ludah melihat Ko Ji memenangkan pertarungan ini dengan mudah. Irene tak menyangka, Ko Ji bisa mengalahkan Baron dengan cepat.   “Haruskah kita –“   Irene baru saja menoleh untuk bertanya pada Minerva apa langkah selanjutnya yang akan mereka berdua lakukan, tiba-tiba Ko Ji sudah berdiri santai di hadapannya. Irene terkejut bukan main bagaimana hebatnya kekuatan teleportasi Ko Ji tersebut. Irene bahkan tak bisa merasakan kehadirannya. Irene menoleh dan langsung bersitatap dengan mata merah darah milik Ko Ji itu. Irene shock hingga ia lagi-lagi tak sempat melakukan apapun untuk mengelak. Sebuah tamparan keras mendarat di pipi gadis vampire itu hingga mengakibatkan ia terpelanting jauh. Belum puas membuat gadis itu malu juga sakit, Ko Ji kembali menghukum gadis tersebut dengan sayatan samurainya.   Kecepatan luar biasa dari Ko Ji itu cukup menyulitkan Irene untuk balas menyerang. Karena bagaimanapun serangannya dan arah pukulannya, Ko Ji seolah bisa membacanya lebih awal sebelum ia melakukannya. Hingga mau tak mau Irene terus merasakan pukulan keras terus menerus.   Tak puas dengan menyerang Irene tiba-tiba, Ko Ji juga mulai mengarah kepada Minerva. Tapi sebelum itu terjadi, Irene berusaha melindungi Minerva hingga ia terkena pukulan fatal di wajahnya. Minerva yang melihat hal tersebut justru tersenyum senang.   “Wah..kau memang diluar dugaan.”   “Sekarang apa maumu? Ingin mengalahkanku atau menangkapku?” tanya Ko Ji sembari bersiap dengan kuda-kudanya.   So Ji serta warga desa yang menyaksikan itu kembali tercengang melihat penampilan Ko Ji yang benar-benar sangat berbeda. Ko Ji yang terlihat ramah dibalik senyumnya yang irit, kini jauh lebih mencekam dengan senyum yang begitu menakutkan. Mata memerahnya seperti hendak menerkam apapun yang tak selaras dengannya. Gigi taringnya juga turut menambahkan ketakutan bagi yang tak percaya dengan perubahan sikap dan wajah dari Ko Ji yang pendiam namun baik hati. Siapa yang akan menyangka bahwa dia kini adalah makhluk penghisap darah yang lebih menakutkan dari zombie yang bergerak secara pasif.   “Kau memang sempurna seperti yang diramalkan. Apa kau mau menjadi dirimu sendiri dengan ikut bergabung dengan klan kami?”   Ko Ji berdecih, “Apa tawaran menariknya?”   “Dunia. Kita akan menguasai dunia ini seperti yang kita mau –“   .   .   bersambung    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD