- 4 -

2552 Words
   Rizky mengemudikan mobil sport-nya dengan kecepatan sedang. Tangannya menggenggam setir dengan santainya. Mulutnya ikut bernyanyi seiringan dengan radio yang berputar di mobilnya.    Ia tersenyum sendiri ketika mendengar sebait lagu. Pantasnya ini cocok untuk di nyanyikan di depan Karin. Meski terbilang sedikit sombong, tapi lucu juga. Hahh! Karin memang telah benar-benar menghipnotis Rizky.    "Janganlah pergi ohh baby baby mengapa? Apa yang kurang dari aku apa coba?" Rizky bernyanyi mengikuti lagu tersebut. "Kayaknya gue kurang gemuk deh, kurus banget ini." Rizky mengukur perutnya dengan tangannya. Badannya memang sangat kurus, di tambah lagi postur tubuh Rizky yang tinggi, semakin terlihat Rizky itu kurus.    Mobil Rizky terhenti di dekat sebuah gedung. Ia memparkirkan mobilnya di tempat yang sekiranya pantas untuk parkir. Rizky-pun mengeluarkan handphonenya, di tempelkannya handphone tersebut di telinganya, karena ia sedang menelpon.    "Ohh, oke di tukang bakso. Gue kesitu!" Rizky berbicara singkat dari obrolan tersebut.    Mata Rizky menangkap satu-satunya gerobak bakso yang terdapat disitu. Rizky pun lagsung menghampirinya. Kedua tangannya di masukan ke dalam celana lefis panjangnya, ia mengenakan kaos berwarna biru tua tanpa lengin, serta di balut jaket lefis berwarna abu telor asin, kepalanya di hiasi dengan topi bermodel ala sekarang.    "Hey, Gan? Ayok. Mobil lo rusak kan?" Tangan Rizky menyentuh pundak Regan yang duduk membelakanginya.    Regan menengok, mendapati "sang sepupu" telah menjemputnya. Klover pun ikut menengok, sama hal-nya dengan Karin. Biasanya Karin sama sekali enggak mau tau tentang urusan orang lain, tapi kali ini Karin selalu pengen tau tentang Regan.    "Ciee Rizky, nyariin Karin yaa?" Kiran tersenyum jail pada Rizky. Sepertinya ia baru sadar jika disitu ada Karin, tepatnya kini berada di hadapannya.    Rizky langsung tersenyum gak jelas ketika mendapati Karin sedang duduk di hadapannya. "Kita jodoh kali yaa.. Gue gak tau loh, lo ada disini. Gue cuma mau jemput sepupu gue." mata Rizky tak melepaskan pandangannya dari sosok Karin. Di matanya Karin benar-benar seperti seorang bidadari yang begitu cantik.    "Jodoh gigilu!" sentak Karin jutek. Karin langsung cemberut ketika melihat Rizky ada di hadapannya. Tapi? Tadi Rizky bilang mau jemput sepupunya? Berarti! Regan sepupu Rizky? Batin Karin berteriak heboh ketika baru sadar Regan dan Rizky sepupuan. Tapi kok gak mirip, Regan perfect banget, Rizky cungkring banget. Karin kembali berkomentar dalam hatinya.    "Ehh, Ky! Lo anter Karin aja, Regan masih mau jalan-jalan bareng kita. Karin tinggal bareng Kiran, lo tau kan apartemen Kiran?" Arbis memberi ususlan pada Rizky. Sepertinya ini rencananya untuk menolong Rizky yang naksir berat sama Karin.    "Iya bener banget tuh, yaudah Karin sonon cepetan!" Sayna langsung mendorong Karin untu berdiri. Karin mendelik, menatap Sayna dan Arbis kesal.    "Kalian!" sentak Karin kesal.    "Ohh yaudah! Ayok, Rin. Gue anter." tangan Rizky langsung menggapai pergelangan tangan Karin. Menariknya untuk ikut bersamanya.    "Gak usah sok akrab!" Karin menarik tangannya kembali, mukanya masih jutek, namun Karin pun mengikuti Rizky.    Masih di meja tukang bakso, Klover tertawa puas melihat hasil mereka. Akhirnya Rizky bisa pulang sama Karin. Regan malah bingung kenapa tiba-tiba ia di libatkan? *** Cinta... Cinta adalah kamu Kamu adalah Cinta Dan aku? Aku Cinta Kamu :*    Sayna menatap secarik kertas berwarna biru dengan bertuliskan kata-kata tersebut. Sayna memicngkan matanya, tulisannya singkat, agak gak jelas. Mungkin kah ulah orang iseng? Sayna kembali melihat kearah teras depan rumahnya itu, terdapat setangkai bunga mawar berwarna merah yang begitu harum merekah.    Sayna menghirup aroma mawar tersebut. Ia tersenyum sejenak. Lalu kembali terbingung. Siapa yang mengirimkan semua ini? Apa iya orang iseng segitunya, ampe ngirim bunga segala lagi?    "Tau ahh, lumayan dapet bunga pagi-pagi." Sayna memasukan setangkai mawar itu pada tas sekolahnya, serta secarik kertas di taruh pada saku bajunya.    Sayna kembali berjalan menuju gerbang rumahnya, menunggu jemputan datang. Setiap hari Sayna memang punya jemputan, kadang Arbis, kadang Ilham, siapa aja yang rela. Abis Sayna males bawa mobil, temen-temennya juga bawa semua, nebeng aja, lumayan irit bensin. Kalo Kiran udah pasti gak mau di suruh jemput Sayna. Kerajinan! Kayak ratu aja minta di jemput! Komentar Kiran saat Sayna pernah minta di jemput. ***    Di dalam kelasnya Kiran terlihat sedang senyam-senyum sendiri. Tangannya menggenggam sebuah smart phone yang belum lama di belinya itu. Headset tercantol di telinganya, beginilah caranya telponan.    Arbis dan Ilham sibuk ngeladenin Rizky yang minta bantuan mereka buat deketin Karin. Ide-ide konyol buat ngerjain Rizky pun terlintas di kepala mereka. Namun Rizky hanya menurutinya, yang penting ia bisa dekat dengan Karin.    "Masalah deketin mah gampang, yang penting lo traktir kita dulu." mata Ilham menatap Rizky serius, namun hatinya tertawa geli melihat wajah serius Rizky yang lucu itu.    "Emang mau minta traktir apa? Kan jadiannya juga belom." tanya Rizky bingung.    "Gak usah traktir makanan. Gue mau es kelapa depan sekolahan aja, deal gak?" punggung Arbis yang bersandar di tembok itu memainkan matanya pada Rizky.    "Oke! Deal!" Rizky mengangguk yakin.    "Iya, Kak. Hm, yaudah ayok. Jam berapa? Emang Kakak mau banget yaa jalan sama gue?" di bangku yang berada di depan Arbis, Karin berceloteh dengan teleponnya itu. Kabel headsetnya itu terkadang di lilit-lilitkan, tak hentinya Karin tersenyum gak jelas layaknya orang gila. ***    "Selalu kayak gini!" Karin mendengus sebal ketika melihat isi bangku kantin yang penuh. Mau tak mau ia harus duduk bareng Klover lagi. Statusnya yang menjadi murid kelas unggulan, membuatnya keluar istirahat lebih di perlambat dari yang lainnya.    Karin duduk di bangku kantin bersama Klover yang sibuk pada makan. Semuanya menoleh pada Karin yang baru datang. Ilham dan Arbis tersenyum dengan riang ketika Karin datang. Mereka saling berpandangan jail.    "Asikk, es kelapa dateng." bisik Arbis pada Ilham. Ilham hanya tersenyum geli membalasnya.    "Ran, beliin gue makan dong. Laper nih. Duit guekan sama elo!" Karin mendelik pada Kiran. Kiran menoleh sekilas, melirik saku seragamnya.    "Ceban ajatuh!" Kiran mengeluarkan uang sepuluh ribuan dari sakunya. Lalu melanjutkan makannya.    "Dia batu lo!" Karin melirik sinis pada Kiran.    "Syutt.." Ilham menyenggol lengan Sayna yang berada di sebelahnya. Lalu matanya menunjuk pada Rizky yang berjalan menghampirinya. Seolah mengerti, Sayna pun ikut memberi kode pada Kiran yang berada di sebelahnya.    "Sekarang?" Kiran bertanya pada Ilham. Ilham mengangguk.    "Karin, kita duluan yaa. Biasa, Klover banyak urusan." Sayna pamitan mewakili semuanya.    "Gaya lo! Baguslah.." Karin menyautinya dengan jutek.    Rizky berdiri sejenak di dekat meja yang berada Karin. Klover pun belum pergi dari sana, mereka baru bersiap untuk pergi. Rizky bingung melihat Klover yang hendak pergi.    "Loh? Kok pada pergi?" wajah imut Rizky menatap bingung pada Klover. Karin yang mendengar suara itupun langsung mendongkakan kepalanya.    Wajahnya langsung lesu ketika melihat Rizky telah berdiri disitu. Hatinya sudah berasa tak enak. Pasti akan terjadi sesuatu. Pasti rencana mereka! Batin Karin menerka-nerka, tentang kehadiran Rizky, dan kepergian Klover.    "Ehm, kebeneran Rizky dateng. Temenin kakak gue tuh. Kasian sendirian.." Kiran menyuruh Rizky dengan semangatnya. Rizky hanya mengikuti saja.    "Tuhkan bener! s****n nih anak!" Batin Karin langsung berontak kesal.    Wajah imut Rizky langsung tersenyum menatap Karin yang terlihat kusut abis. Wajah dinginnya makin dingin. Namun Rizky tak peduli, justru itu membuat Karin tambah cantik menurutnya.    "Lo gak makan, Rin?" Rizky mulai basa basi, memulai obrolan pada Karin.    "Belom pesen." jawab Karin singkat.    "Yaudah sekalian sama gue yaa? Gue traktir deh.." Rizky tersenyum begitu manis, memperlihatkan gigi berbehelnya itu. Namun dimata Karin sama sekali tak terkesan manis.    Ahh kebeneran! Batin Karin terlonjak girang. Meskipun harus makan bareng Rizky, tak apalah. Keadaan kantong Karin kan sedang menipis. Lumayan. *** Aku tak mengerti Sejak kapan perasaan ini muncul Sejak kapan hal aneh ini datang Hatiku selalu bahagia tatkala melihatmu tersenyum Jantung ini berdetak begitu kencang setiap di dekatmu Perasaan aneh mulai menggerayapiku Aku tau inilah cinta Cinta aku, Kamu! Sayna Putri Afika!    Sayna tertegun, ketika ia membuka isi tasnya, lagi-lagi Sayna menemukan secarik kertas itu. Namun kini bukan lagi dengan setangkai mawar, melainkan dengan sebuah coklat batangan. Sayna semakin bingung, karena kali ini ia merangkai kata-kata lebih indah. Mungkinkah ini mash orang iseng?    Sayna berusaha tetap tenang, tak berbicara apapun pada teman-temannya. Biarkan untuk saat ini hanya ia yang mengetahuinya. Dan ia akan mencari tau sendiri tentang semua ini. ***    Tokk.. Tokk..    Suara ketukan pintu terdengar di dalam apartemen Karin dan Kiran. Karin yang notebandnya cuek hanya membiarkannya saja. Karena pasti Kiran akan membukanya.    Kiran yang berada di ruang tamu langsung berjalan menghampiri pintu, lalu membukanya. Senyumnya langsung mengembang ketika melihat ketiga temannya sudah datang.    "Gue kira gak pada jadi." Kiran mulai masuk kembali ke apartemennya, di ikuti ketiga temannya.    "Siapa, Ran?" dari kamar Karin yang penasaran pun berteriak.    "Arbis Karisma, Rin!" Arbis menjawab dengan nada sedikit berteriak, mengikuti Karin.    "Muhamad Ilham Fauzie." Ilham pun mengikuti Arbis.    "Sayna Putri Afika." tak mau kalah dengan yang lainnya, Sayna pun menyebut namanya sendiri.    "Kirana Nasya Pramuditha." Kiran juga malah ikut-ikutan.    Di dalam kamarnya, Karin menepuk jidatnya, mendengar kelakuan genk meresahkan itu. Kalo begini ceritanya pasti bakal ada alamat jelek. Di tambah lagi hari ini malam sabtu, besok libur. Pasti mereka akan menginap disini. Huft, siap-siap pasang headset.    Di ruang tamu, Klover mulai beraksi. Mereka berceloteh semaunya, sambil mengemil makanan yang sudah di siapkan Kiran. Berbagai topik obrolan mereka bicarakan, sambil mata Ilham tertuju pada psp milik Kiran.    Namun pikiran Sayna tidak fokus, ia masih terus memikirkan tentang surat yang tadi pagi serta siang di dapatnya. Mungkinkah Sayna memiliki secret admirer? Ahh! Sayna benci ini. Dimana ia harus tebak-tebakan untuk mengetahui siapa orangnya. Mengapa ini menjadi seperti di sinetron yang pernah di tontonnya.    "Ehh bentar yaa.. Ka Dimas nelpon." Kiran melirik smartphone nya, lalu tersenyum. Kemudian duduk di sofa sambil mengangkat kakinya kesofa.    "Jeh, siapa lagi tuh Ka Dimas?" Arbis bertanya bingung saat nama lelaki yang tak di kenalnya di ucapkan Kiran.    "Biasa, paling php-an si Kiran. Eh, kalo yang RL-an di f*******: siapa tuh?" Sayna menjawab, sambil bertanya kembali.    "Itu Ari, anak STM depan." Kiran membekap handphone nya, lalu menjawab pertanyaan Sayna. Arbis terkekeh geli, melihat tingkah sahabatnya itu. Yang kebanyakan php-an, tapi gak punya pacar -_-    "Ari, Ka Dimas, Niko, Apri, Rizky, Deni, ya ampun! Siapa lagi tuh namanya? Semua cuma di php-in. Pacar lo yang mana, Ran?" Ilham memandang Kiran sinis, sambil menyebutkan semua cowok yang dekat dengan Kiran.    Kiran menoleh pada Ilham, huh telponan kalo ada mereka gak aman. Akhirnya Kiran mematikan teleponnya. Sepertinya malam ini khusus untuk Klover.    "Pacar gue? Choi Minho." Kiran tersenyum jail pada Ilham. "Dari pada elo, kebanyakan pacar bingung sendiri." Kiran membalas Ilham.    Ilham menghentikan aktifitasnya bermain psp, lalu menatap Kiran intens. "Seenggaknya gue punya pacar, daripada elo gak ada." Ilham balas mencibir.    "Kalo gue mau juga tinggal gue pacarin. Nah, kalo Sayna?" Kiran kini malah nyamber ke Sayna.    "Tapi gue ada gebetan, ada kabar tentang asmaranya lah. Kabar Bapak Arbis Karisma gimana tuh? Saya enggak pernah denger Bapak deket ama cewek, atau lagi naksir cewek gitu?" Sayna pun melemparkannya pada Arbis. Arbis yang tadinya gak ikut-ikutan kena juga.    Nahlo! Arbis bingung jawab apa? Gak ada yang bisa di tapik, emang faktanya begitu. Berarti Arbis kalah telak dong di ceng-an ini. "Oke, puas lo semua! Gue males ahh ngomongin gituan." Arbis menghela nafas berat. Arbis memang selalu menghindar jika bicara tentang masalah percintaannya ini. Arbis. Satu-satunya dari mereka yang tidak pernah terlibat skandal percintaan. Membicarakan tentang wanita yang di sukainya pun tak pernah.    "Haha, gue demen kalo kayak gini. Arbis kan kagak mau kalah, kalo ngomongin ginian dia kalah." Sayna melirik Arbis sambil tertawa. Arbis hanya membalasnya dengan senyuman sinis.    "Ehh besok lo pada mau kemana? Satnite bro.." Ilham mengalihkan pembicaraan, bertanya kepada ketiga temannya itu.    "Gue sih reunian SMP. Sama Regan kan, yeee ketemu Eza horee..." Sayna menjawab paling pertama dengan riangnya.    Diam-diam, dari kamarnya Karin mendengarkan ucapan Sayna. Hatinya tiba-tiba menjadi lebih tenang. Ternyata pembicaraan yang kemarin di dengarnya, acara satnite Sayna dan Regan, adalah reunian. Jadi, Sayna dan Regan teman SMP. Huft, rasanya hati Karin benar-benar plong. Berjuta pertanyaan yang rasanya kemarin ingin di lontarkan sudah terjawab semua. Kecurigaannya ternyata salah.    "Hadeuh, gue bingung nih. Jam 5, Dewi minta anter ke rumah sakit. Dan jam stengah 5 nya Rina ngajak jalan. Jam 7 Sinta ngajak nonton. Aish, kenapa jadi bentrok gini?" Ilham mulai curhat, berbicara tentang acaranya bersama ceweknya yang nge-gabrek itu.    "Ka Dimas sih ngajak jalan, tapi hari minggu. Kebanyakan cewek sih lo, sukurin mampus!" cibir Kiran.    "Asik, besok gue kesini yaa, Ran." Arbis tersenyum senang mendengar jawaban Kiran yang acaranya hari minggu.    "Ran, gue boleh nanya nggak?" Sayna menatap Kiran serius. Tampaknya ia akan bertanya tentang privasi Kiran.    "Apa?"    "Apa alesan lo nge-php ini cowok sebanyak itusih?" Sayna bertanya dengan hati-hatinya. Posisinya yang duduk di atas lantai, sedikit menenggak menatap Kiran yang duduk di sofa.    "Kepo lo! Itu mah hak orang, mau jadi php, playboy, itu hak asasi manusia boy!" Ilham yang sepertinya tersinggung dengan pertanyaan Sayna, malah menjawab. Padaha Kiran yang di tanyanya aja belom jawab.    "Demi apapun! Kuping gue masih bener kan? Sayna nanya Kiran, Ilham!" Arbis memperjelas maksud Sayna yang bertanya pada Kiran.    "Yee, gue kan cuma ngewakilin. Barangkali Kiran gamau jawab!"    "Mungkin emang udah saatnya gue terbuka sama kalian. Gue mau cerita nih.." Kiran menatap asal pandangannya. Pikirannya memutar pada kisah masalalu.    "Hoam, dongen sebelum tidur." Ilham memukul bantal yanh berada di sofa Kiran, lalu ia pun merebahkan tubuhnya di sofa.    "Ilham serius!" Sayna menyentak Ilham. Ilham hanya menurut lalu ikut memandang Kiran dengan penasaran.    "Jadi, waktu umur gue 7 tahun. Gue pernah suka sama cowok, dia lucu, baik, suka maen sama gue. Kalo gue di ledekin sama anak-anak, dia ngebelain gue, setiap gue nangis gara-gara jatoh dari sepeda, dia perhatian banget." Kiran menghela nafas sejenak, matanya menangkap kisah masalalunya itu. Semua kembali terekam dalam memori otaknya. "Karena waktu kecil gue sering nonton sinetron, ehh menurut gue ini cinta. Gue nganggep gue jatuh cinta sama dia, akhirnya gue ngelakuin hal yang kayak gue liat di sinetron. Gue nembak cowok itu. Tapi lo tau dia bilang apa?" Kiran bertanya pada teman-temannya. Sayna dan Arbis menggeleng.    "Dia bilang, dia udah punya pacar. Dia cuma nganggep gue temen." Kiran menghela nafas, mengakhiri kisahnya. Ia tersenyum miris mengenang kisahnya itu.    Sayna dan Arbis tampak serius menyaksikan kisah Kiran. Meski sebenarnya Arbis mau komen, masih bocah kok pada pacar-pacaran? Tapi karena menghargai Kiran yang sedang sedih karena mengupas masalalu kelamnya itu Arbis tak berkomentar apapun.    Di sofa panjang, Ilham tampak sudah terlelap. Matanya terpejam, ia telah masuk ke alam mimpinya. Berarti Ilham sama sekali tak menyimak cerita Kiran.    "Ilham kurang ngajar!" Kiran melemparkan pilus yang menjadi bahan cemilannya itu. Namun Ilham tak bergeming, ia tetap terlelap dalam tidurnya.    Karin berjalan keluar dari kamarnya, sambil menenteng sebuah gelas. Persediaan air putih di kamarnya habis, jadi terpaksa ia harus ke dapur untuk mengambil air minum.    Tokk.. Tokk..    Pintu apartemennya kembali ada yang mengetuk, semua pun langsung tertuju pada pintu. "Bukain, Rin!" suruh Kiran ketika Karin kebetulan melintas di depan pintu. Karin pun menurut, lalu membuka pintu tersebut.    Ceklekk.. Karin membuka pintu apartemennya, lalu ia melihat siapa yang mengetuk pintunya itu. Matanya langsung membola, tak percaya, melihat siapa yang datang itu. Lelaki yang berada di hadapan Karin hanya tersenyum dengan manisnya, namun wajah Karin masih shock melihat lelaki tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD