Cherry - 15

4284 Words
Aku tahu kedengarannya memang mustahil dan sia-sia, tapi Cuma itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas dari belenggu kutukan ini. Jika aku tidak memilih cara itu, maka harus memakai cara mana lagi? Dari yang kupikirkan, tidak ada lagi cara yang bisa mematahkan kutukannya selain itu, karena milyaran cara lain akan sangat mudah diatasi oleh mereka, para iblis sakti. Namun, meskipun aku sudah mendapatkan cara tersebut di dalam pikiranku, bukan berarti aku mampu dan berani untuk melakukan dan mewujudkannya, sebab ada rasa takut dan gelisha di dalam diriku dalam mempraktekkannya. Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang kupikirkan sekarang. Aku hanya merasa kalau resikonya akan sangat besar. Satu-satunya cara yang bagus, dengan satu-satunya resikonya yang besar. Sangat seimbang sekali dalam dualismenya. Aku benar-benar kebingungan sekarang, bahkan aku tidak lagi mempedulikan sosok Lucifer yang ada di hadapanku, aku terlalu terlarut dalam pikiranku untuk menyiapkan rencana menaklukan situasi mengerikan yang akan kuhadapi. Lagipula, jika dipikir-pikir, apa yang bisa kulakukan dengan cara itu? Bagaimana kalau Roselied bisa mengatasinya dengan mudah? Maksudku, dia bisa mengetahui kalau aku sedang mengelabuinya agar dia bisa berada di pihakku. Aku bahkan tidak ingin memikirkan hukuman apa yang akan menantiku, saking mengerikannya. Aku benar-benar lemah. Namun, sekali lagi, hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas. Tidak ada cara lain lagi. Karena itulah, aku langsung bergegas melancarkan aksiku sebelum mereka menyadarinya. Aku sedikit berdehem sejenak kemudian meminta izin pada Lucifer untuk pergi ke toilet, dan aku ingin diantarkan oleh Roselied. Ya, begitulah, terkesan konyol bukan? Rencana awalku sangat-sangat-sangat bodoh. Bagaimana kalau Lucifer mengetahuinya? Itu sangat berbahaya. Sungguh. Untungnya, Lucifer sama sekali tidak menaruh kecurigaan karena dia dengan entengnya mengizinkanku pergi ke toilet dengan diantar oleh Roselied, tapi dia berpesan untuk tidak lama-lama, sebab dia ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Aku hanya menganggukkan kepala, sekedar basa-basi mengiyakan perkataannya sebelum akhirnya aku menarik kencang lengan Roselied untuk segera pergi mengantarkanku ke toilet. Sesampainya di toilet, aku langsung mendorong badan Roselied dan berbisik dengan wajah yang sangat tegang, aku membisikkan bahwa aku tidak ingin menjadi istri dari Lucifer dan meminta tolong padanya untuk membebaskanku dari kutukan itu. Aku benar-benar memohon pada Roselied untuk menolong dan melindungiku jika Lucifer marah dan menyakitiku. Sayangnya, Roselied hanya menjawab bahwa itu tidak mungkin, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya. Dengan nada yang rendah, Roselied menekankan bahwa dia tidak bisa membantuku. Roselied menyatakan bahwa dia tidak cukup berani untuk menentang atau memberontak pada Lucifer, sebab tuannya itu sangat kuat dan menyeramkan. Dia bisa terkena hukuman yang sangat besar jika ia punya niatan untuk mengkhianati Lucifer. Dan aku hanya meringis, menggigit bibir bawahku dengan keras. Aku benar-benar sedih. Sudah kuduga, Roselied pasti akan menjawab hal-hal seperti itu. Rasanya aku ingin sekali mati, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Aku pun meneteskan air mataku, dengan deras. Isakan tangisku yang sendu, sampai membuat seluruh tubuhku bergetar. Roselied hanya memandangiku dengan hening, sampai suatu ketika, dia tiba-tiba berubah pikiran. Aku tahu kedengarannya memang mustahil dan sia-sia, tapi Cuma itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas dari belenggu kutukan ini. Jika aku tidak memilih cara itu, maka harus memakai cara mana lagi? Dari yang kupikirkan, tidak ada lagi cara yang bisa mematahkan kutukannya selain itu, karena milyaran cara lain akan sangat mudah diatasi oleh mereka, para iblis sakti. Namun, meskipun aku sudah mendapatkan cara tersebut di dalam pikiranku, bukan berarti aku mampu dan berani untuk melakukan dan mewujudkannya, sebab ada rasa takut dan gelisha di dalam diriku dalam mempraktekkannya. Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang kupikirkan sekarang. Aku hanya merasa kalau resikonya akan sangat besar. Satu-satunya cara yang bagus, dengan satu-satunya resikonya yang besar. Sangat seimbang sekali dalam dualismenya. Aku benar-benar kebingungan sekarang, bahkan aku tidak lagi mempedulikan sosok Lucifer yang ada di hadapanku, aku terlalu terlarut dalam pikiranku untuk menyiapkan rencana menaklukan situasi mengerikan yang akan kuhadapi. Lagipula, jika dipikir-pikir, apa yang bisa kulakukan dengan cara itu? Bagaimana kalau Roselied bisa mengatasinya dengan mudah? Maksudku, dia bisa mengetahui kalau aku sedang mengelabuinya agar dia bisa berada di pihakku. Aku bahkan tidak ingin memikirkan hukuman apa yang akan menantiku, saking mengerikannya. Aku benar-benar lemah. Namun, sekali lagi, hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas. Tidak ada cara lain lagi. Karena itulah, aku langsung bergegas melancarkan aksiku sebelum mereka menyadarinya. Aku sedikit berdehem sejenak kemudian meminta izin pada Lucifer untuk pergi ke toilet, dan aku ingin diantarkan oleh Roselied. Ya, begitulah, terkesan konyol bukan? Rencana awalku sangat-sangat-sangat bodoh. Bagaimana kalau Lucifer mengetahuinya? Itu sangat berbahaya. Sungguh. Untungnya, Lucifer sama sekali tidak menaruh kecurigaan karena dia dengan entengnya mengizinkanku pergi ke toilet dengan diantar oleh Roselied, tapi dia berpesan untuk tidak lama-lama, sebab dia ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Aku hanya menganggukkan kepala, sekedar basa-basi mengiyakan perkataannya sebelum akhirnya aku menarik kencang lengan Roselied untuk segera pergi mengantarkanku ke toilet. Sesampainya di toilet, aku langsung mendorong badan Roselied dan berbisik dengan wajah yang sangat tegang, aku membisikkan bahwa aku tidak ingin menjadi istri dari Lucifer dan meminta tolong padanya untuk membebaskanku dari kutukan itu. Aku benar-benar memohon pada Roselied untuk menolong dan melindungiku jika Lucifer marah dan menyakitiku. Sayangnya, Roselied hanya menjawab bahwa itu tidak mungkin, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya. Dengan nada yang rendah, Roselied menekankan bahwa dia tidak bisa membantuku. Roselied menyatakan bahwa dia tidak cukup berani untuk menentang atau memberontak pada Lucifer, sebab tuannya itu sangat kuat dan menyeramkan. Dia bisa terkena hukuman yang sangat besar jika ia punya niatan untuk mengkhianati Lucifer. Dan aku hanya meringis, menggigit bibir bawahku dengan keras. Aku benar-benar sedih. Sudah kuduga, Roselied pasti akan menjawab hal-hal seperti itu. Rasanya aku ingin sekali mati, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Aku pun meneteskan air mataku, dengan deras. Isakan tangisku yang sendu, sampai membuat seluruh tubuhku bergetar. Roselied hanya memandangiku dengan hening, sampai suatu ketika, dia tiba-tiba berubah pikiran. Aku tahu kedengarannya memang mustahil dan sia-sia, tapi Cuma itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas dari belenggu kutukan ini. Jika aku tidak memilih cara itu, maka harus memakai cara mana lagi? Dari yang kupikirkan, tidak ada lagi cara yang bisa mematahkan kutukannya selain itu, karena milyaran cara lain akan sangat mudah diatasi oleh mereka, para iblis sakti. Namun, meskipun aku sudah mendapatkan cara tersebut di dalam pikiranku, bukan berarti aku mampu dan berani untuk melakukan dan mewujudkannya, sebab ada rasa takut dan gelisha di dalam diriku dalam mempraktekkannya. Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang kupikirkan sekarang. Aku hanya merasa kalau resikonya akan sangat besar. Satu-satunya cara yang bagus, dengan satu-satunya resikonya yang besar. Sangat seimbang sekali dalam dualismenya. Aku benar-benar kebingungan sekarang, bahkan aku tidak lagi mempedulikan sosok Lucifer yang ada di hadapanku, aku terlalu terlarut dalam pikiranku untuk menyiapkan rencana menaklukan situasi mengerikan yang akan kuhadapi. Lagipula, jika dipikir-pikir, apa yang bisa kulakukan dengan cara itu? Bagaimana kalau Roselied bisa mengatasinya dengan mudah? Maksudku, dia bisa mengetahui kalau aku sedang mengelabuinya agar dia bisa berada di pihakku. Aku bahkan tidak ingin memikirkan hukuman apa yang akan menantiku, saking mengerikannya. Aku benar-benar lemah. Namun, sekali lagi, hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas. Tidak ada cara lain lagi. Karena itulah, aku langsung bergegas melancarkan aksiku sebelum mereka menyadarinya. Aku sedikit berdehem sejenak kemudian meminta izin pada Lucifer untuk pergi ke toilet, dan aku ingin diantarkan oleh Roselied. Ya, begitulah, terkesan konyol bukan? Rencana awalku sangat-sangat-sangat bodoh. Bagaimana kalau Lucifer mengetahuinya? Itu sangat berbahaya. Sungguh. Untungnya, Lucifer sama sekali tidak menaruh kecurigaan karena dia dengan entengnya mengizinkanku pergi ke toilet dengan diantar oleh Roselied, tapi dia berpesan untuk tidak lama-lama, sebab dia ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Aku hanya menganggukkan kepala, sekedar basa-basi mengiyakan perkataannya sebelum akhirnya aku menarik kencang lengan Roselied untuk segera pergi mengantarkanku ke toilet. Sesampainya di toilet, aku langsung mendorong badan Roselied dan berbisik dengan wajah yang sangat tegang, aku membisikkan bahwa aku tidak ingin menjadi istri dari Lucifer dan meminta tolong padanya untuk membebaskanku dari kutukan itu. Aku benar-benar memohon pada Roselied untuk menolong dan melindungiku jika Lucifer marah dan menyakitiku. Sayangnya, Roselied hanya menjawab bahwa itu tidak mungkin, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya. Dengan nada yang rendah, Roselied menekankan bahwa dia tidak bisa membantuku. Roselied menyatakan bahwa dia tidak cukup berani untuk menentang atau memberontak pada Lucifer, sebab tuannya itu sangat kuat dan menyeramkan. Dia bisa terkena hukuman yang sangat besar jika ia punya niatan untuk mengkhianati Lucifer. Dan aku hanya meringis, menggigit bibir bawahku dengan keras. Aku benar-benar sedih. Sudah kuduga, Roselied pasti akan menjawab hal-hal seperti itu. Rasanya aku ingin sekali mati, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Aku pun meneteskan air mataku, dengan deras. Isakan tangisku yang sendu, sampai membuat seluruh tubuhku bergetar. Roselied hanya memandangiku dengan hening, sampai suatu ketika, dia tiba-tiba berubah pikiran. Aku tahu kedengarannya memang mustahil dan sia-sia, tapi Cuma itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas dari belenggu kutukan ini. Jika aku tidak memilih cara itu, maka harus memakai cara mana lagi? Dari yang kupikirkan, tidak ada lagi cara yang bisa mematahkan kutukannya selain itu, karena milyaran cara lain akan sangat mudah diatasi oleh mereka, para iblis sakti. Namun, meskipun aku sudah mendapatkan cara tersebut di dalam pikiranku, bukan berarti aku mampu dan berani untuk melakukan dan mewujudkannya, sebab ada rasa takut dan gelisha di dalam diriku dalam mempraktekkannya. Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang kupikirkan sekarang. Aku hanya merasa kalau resikonya akan sangat besar. Satu-satunya cara yang bagus, dengan satu-satunya resikonya yang besar. Sangat seimbang sekali dalam dualismenya. Aku benar-benar kebingungan sekarang, bahkan aku tidak lagi mempedulikan sosok Lucifer yang ada di hadapanku, aku terlalu terlarut dalam pikiranku untuk menyiapkan rencana menaklukan situasi mengerikan yang akan kuhadapi. Lagipula, jika dipikir-pikir, apa yang bisa kulakukan dengan cara itu? Bagaimana kalau Roselied bisa mengatasinya dengan mudah? Maksudku, dia bisa mengetahui kalau aku sedang mengelabuinya agar dia bisa berada di pihakku. Aku bahkan tidak ingin memikirkan hukuman apa yang akan menantiku, saking mengerikannya. Aku benar-benar lemah. Namun, sekali lagi, hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas. Tidak ada cara lain lagi. Karena itulah, aku langsung bergegas melancarkan aksiku sebelum mereka menyadarinya. Aku sedikit berdehem sejenak kemudian meminta izin pada Lucifer untuk pergi ke toilet, dan aku ingin diantarkan oleh Roselied. Ya, begitulah, terkesan konyol bukan? Rencana awalku sangat-sangat-sangat bodoh. Bagaimana kalau Lucifer mengetahuinya? Itu sangat berbahaya. Sungguh. Untungnya, Lucifer sama sekali tidak menaruh kecurigaan karena dia dengan entengnya mengizinkanku pergi ke toilet dengan diantar oleh Roselied, tapi dia berpesan untuk tidak lama-lama, sebab dia ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Aku hanya menganggukkan kepala, sekedar basa-basi mengiyakan perkataannya sebelum akhirnya aku menarik kencang lengan Roselied untuk segera pergi mengantarkanku ke toilet. Sesampainya di toilet, aku langsung mendorong badan Roselied dan berbisik dengan wajah yang sangat tegang, aku membisikkan bahwa aku tidak ingin menjadi istri dari Lucifer dan meminta tolong padanya untuk membebaskanku dari kutukan itu. Aku benar-benar memohon pada Roselied untuk menolong dan melindungiku jika Lucifer marah dan menyakitiku. Sayangnya, Roselied hanya menjawab bahwa itu tidak mungkin, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya. Dengan nada yang rendah, Roselied menekankan bahwa dia tidak bisa membantuku. Roselied menyatakan bahwa dia tidak cukup berani untuk menentang atau memberontak pada Lucifer, sebab tuannya itu sangat kuat dan menyeramkan. Dia bisa terkena hukuman yang sangat besar jika ia punya niatan untuk mengkhianati Lucifer. Dan aku hanya meringis, menggigit bibir bawahku dengan keras. Aku benar-benar sedih. Sudah kuduga, Roselied pasti akan menjawab hal-hal seperti itu. Rasanya aku ingin sekali mati, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Aku pun meneteskan air mataku, dengan deras. Isakan tangisku yang sendu, sampai membuat seluruh tubuhku bergetar. Roselied hanya memandangiku dengan hening, sampai suatu ketika, dia tiba-tiba berubah pikiran. Aku tahu kedengarannya memang mustahil dan sia-sia, tapi Cuma itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas dari belenggu kutukan ini. Jika aku tidak memilih cara itu, maka harus memakai cara mana lagi? Dari yang kupikirkan, tidak ada lagi cara yang bisa mematahkan kutukannya selain itu, karena milyaran cara lain akan sangat mudah diatasi oleh mereka, para iblis sakti. Namun, meskipun aku sudah mendapatkan cara tersebut di dalam pikiranku, bukan berarti aku mampu dan berani untuk melakukan dan mewujudkannya, sebab ada rasa takut dan gelisha di dalam diriku dalam mempraktekkannya. Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang kupikirkan sekarang. Aku hanya merasa kalau resikonya akan sangat besar. Satu-satunya cara yang bagus, dengan satu-satunya resikonya yang besar. Sangat seimbang sekali dalam dualismenya. Aku benar-benar kebingungan sekarang, bahkan aku tidak lagi mempedulikan sosok Lucifer yang ada di hadapanku, aku terlalu terlarut dalam pikiranku untuk menyiapkan rencana menaklukan situasi mengerikan yang akan kuhadapi. Lagipula, jika dipikir-pikir, apa yang bisa kulakukan dengan cara itu? Bagaimana kalau Roselied bisa mengatasinya dengan mudah? Maksudku, dia bisa mengetahui kalau aku sedang mengelabuinya agar dia bisa berada di pihakku. Aku bahkan tidak ingin memikirkan hukuman apa yang akan menantiku, saking mengerikannya. Aku benar-benar lemah. Namun, sekali lagi, hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas. Tidak ada cara lain lagi. Karena itulah, aku langsung bergegas melancarkan aksiku sebelum mereka menyadarinya. Aku sedikit berdehem sejenak kemudian meminta izin pada Lucifer untuk pergi ke toilet, dan aku ingin diantarkan oleh Roselied. Ya, begitulah, terkesan konyol bukan? Rencana awalku sangat-sangat-sangat bodoh. Bagaimana kalau Lucifer mengetahuinya? Itu sangat berbahaya. Sungguh. Untungnya, Lucifer sama sekali tidak menaruh kecurigaan karena dia dengan entengnya mengizinkanku pergi ke toilet dengan diantar oleh Roselied, tapi dia berpesan untuk tidak lama-lama, sebab dia ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Aku hanya menganggukkan kepala, sekedar basa-basi mengiyakan perkataannya sebelum akhirnya aku menarik kencang lengan Roselied untuk segera pergi mengantarkanku ke toilet. Sesampainya di toilet, aku langsung mendorong badan Roselied dan berbisik dengan wajah yang sangat tegang, aku membisikkan bahwa aku tidak ingin menjadi istri dari Lucifer dan meminta tolong padanya untuk membebaskanku dari kutukan itu. Aku benar-benar memohon pada Roselied untuk menolong dan melindungiku jika Lucifer marah dan menyakitiku. Sayangnya, Roselied hanya menjawab bahwa itu tidak mungkin, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya. Dengan nada yang rendah, Roselied menekankan bahwa dia tidak bisa membantuku. Roselied menyatakan bahwa dia tidak cukup berani untuk menentang atau memberontak pada Lucifer, sebab tuannya itu sangat kuat dan menyeramkan. Dia bisa terkena hukuman yang sangat besar jika ia punya niatan untuk mengkhianati Lucifer. Dan aku hanya meringis, menggigit bibir bawahku dengan keras. Aku benar-benar sedih. Sudah kuduga, Roselied pasti akan menjawab hal-hal seperti itu. Rasanya aku ingin sekali mati, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Aku pun meneteskan air mataku, dengan deras. Isakan tangisku yang sendu, sampai membuat seluruh tubuhku bergetar. Roselied hanya memandangiku dengan hening, sampai suatu ketika, dia tiba-tiba berubah pikiran. Aku tahu kedengarannya memang mustahil dan sia-sia, tapi Cuma itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas dari belenggu kutukan ini. Jika aku tidak memilih cara itu, maka harus memakai cara mana lagi? Dari yang kupikirkan, tidak ada lagi cara yang bisa mematahkan kutukannya selain itu, karena milyaran cara lain akan sangat mudah diatasi oleh mereka, para iblis sakti. Namun, meskipun aku sudah mendapatkan cara tersebut di dalam pikiranku, bukan berarti aku mampu dan berani untuk melakukan dan mewujudkannya, sebab ada rasa takut dan gelisha di dalam diriku dalam mempraktekkannya. Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang kupikirkan sekarang. Aku hanya merasa kalau resikonya akan sangat besar. Satu-satunya cara yang bagus, dengan satu-satunya resikonya yang besar. Sangat seimbang sekali dalam dualismenya. Aku benar-benar kebingungan sekarang, bahkan aku tidak lagi mempedulikan sosok Lucifer yang ada di hadapanku, aku terlalu terlarut dalam pikiranku untuk menyiapkan rencana menaklukan situasi mengerikan yang akan kuhadapi. Lagipula, jika dipikir-pikir, apa yang bisa kulakukan dengan cara itu? Bagaimana kalau Roselied bisa mengatasinya dengan mudah? Maksudku, dia bisa mengetahui kalau aku sedang mengelabuinya agar dia bisa berada di pihakku. Aku bahkan tidak ingin memikirkan hukuman apa yang akan menantiku, saking mengerikannya. Aku benar-benar lemah. Namun, sekali lagi, hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas. Tidak ada cara lain lagi. Karena itulah, aku langsung bergegas melancarkan aksiku sebelum mereka menyadarinya. Aku sedikit berdehem sejenak kemudian meminta izin pada Lucifer untuk pergi ke toilet, dan aku ingin diantarkan oleh Roselied. Ya, begitulah, terkesan konyol bukan? Rencana awalku sangat-sangat-sangat bodoh. Bagaimana kalau Lucifer mengetahuinya? Itu sangat berbahaya. Sungguh. Untungnya, Lucifer sama sekali tidak menaruh kecurigaan karena dia dengan entengnya mengizinkanku pergi ke toilet dengan diantar oleh Roselied, tapi dia berpesan untuk tidak lama-lama, sebab dia ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Aku hanya menganggukkan kepala, sekedar basa-basi mengiyakan perkataannya sebelum akhirnya aku menarik kencang lengan Roselied untuk segera pergi mengantarkanku ke toilet. Sesampainya di toilet, aku langsung mendorong badan Roselied dan berbisik dengan wajah yang sangat tegang, aku membisikkan bahwa aku tidak ingin menjadi istri dari Lucifer dan meminta tolong padanya untuk membebaskanku dari kutukan itu. Aku benar-benar memohon pada Roselied untuk menolong dan melindungiku jika Lucifer marah dan menyakitiku. Sayangnya, Roselied hanya menjawab bahwa itu tidak mungkin, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya. Dengan nada yang rendah, Roselied menekankan bahwa dia tidak bisa membantuku. Roselied menyatakan bahwa dia tidak cukup berani untuk menentang atau memberontak pada Lucifer, sebab tuannya itu sangat kuat dan menyeramkan. Dia bisa terkena hukuman yang sangat besar jika ia punya niatan untuk mengkhianati Lucifer. Dan aku hanya meringis, menggigit bibir bawahku dengan keras. Aku benar-benar sedih. Sudah kuduga, Roselied pasti akan menjawab hal-hal seperti itu. Rasanya aku ingin sekali mati, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Aku pun meneteskan air mataku, dengan deras. Isakan tangisku yang sendu, sampai membuat seluruh tubuhku bergetar. Roselied hanya memandangiku dengan hening, sampai suatu ketika, dia tiba-tiba berubah pikiran. Aku tahu kedengarannya memang mustahil dan sia-sia, tapi Cuma itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas dari belenggu kutukan ini. Jika aku tidak memilih cara itu, maka harus memakai cara mana lagi? Dari yang kupikirkan, tidak ada lagi cara yang bisa mematahkan kutukannya selain itu, karena milyaran cara lain akan sangat mudah diatasi oleh mereka, para iblis sakti. Namun, meskipun aku sudah mendapatkan cara tersebut di dalam pikiranku, bukan berarti aku mampu dan berani untuk melakukan dan mewujudkannya, sebab ada rasa takut dan gelisha di dalam diriku dalam mempraktekkannya. Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang kupikirkan sekarang. Aku hanya merasa kalau resikonya akan sangat besar. Satu-satunya cara yang bagus, dengan satu-satunya resikonya yang besar. Sangat seimbang sekali dalam dualismenya. Aku benar-benar kebingungan sekarang, bahkan aku tidak lagi mempedulikan sosok Lucifer yang ada di hadapanku, aku terlalu terlarut dalam pikiranku untuk menyiapkan rencana menaklukan situasi mengerikan yang akan kuhadapi. Lagipula, jika dipikir-pikir, apa yang bisa kulakukan dengan cara itu? Bagaimana kalau Roselied bisa mengatasinya dengan mudah? Maksudku, dia bisa mengetahui kalau aku sedang mengelabuinya agar dia bisa berada di pihakku. Aku bahkan tidak ingin memikirkan hukuman apa yang akan menantiku, saking mengerikannya. Aku benar-benar lemah. Namun, sekali lagi, hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas. Tidak ada cara lain lagi. Karena itulah, aku langsung bergegas melancarkan aksiku sebelum mereka menyadarinya. Aku sedikit berdehem sejenak kemudian meminta izin pada Lucifer untuk pergi ke toilet, dan aku ingin diantarkan oleh Roselied. Ya, begitulah, terkesan konyol bukan? Rencana awalku sangat-sangat-sangat bodoh. Bagaimana kalau Lucifer mengetahuinya? Itu sangat berbahaya. Sungguh. Untungnya, Lucifer sama sekali tidak menaruh kecurigaan karena dia dengan entengnya mengizinkanku pergi ke toilet dengan diantar oleh Roselied, tapi dia berpesan untuk tidak lama-lama, sebab dia ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Aku hanya menganggukkan kepala, sekedar basa-basi mengiyakan perkataannya sebelum akhirnya aku menarik kencang lengan Roselied untuk segera pergi mengantarkanku ke toilet. Sesampainya di toilet, aku langsung mendorong badan Roselied dan berbisik dengan wajah yang sangat tegang, aku membisikkan bahwa aku tidak ingin menjadi istri dari Lucifer dan meminta tolong padanya untuk membebaskanku dari kutukan itu. Aku benar-benar memohon pada Roselied untuk menolong dan melindungiku jika Lucifer marah dan menyakitiku. Sayangnya, Roselied hanya menjawab bahwa itu tidak mungkin, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya. Dengan nada yang rendah, Roselied menekankan bahwa dia tidak bisa membantuku. Roselied menyatakan bahwa dia tidak cukup berani untuk menentang atau memberontak pada Lucifer, sebab tuannya itu sangat kuat dan menyeramkan. Dia bisa terkena hukuman yang sangat besar jika ia punya niatan untuk mengkhianati Lucifer. Dan aku hanya meringis, menggigit bibir bawahku dengan keras. Aku benar-benar sedih. Sudah kuduga, Roselied pasti akan menjawab hal-hal seperti itu. Rasanya aku ingin sekali mati, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Aku pun meneteskan air mataku, dengan deras. Isakan tangisku yang sendu, sampai membuat seluruh tubuhku bergetar. Roselied hanya memandangiku dengan hening, sampai suatu ketika, dia tiba-tiba berubah pikiran. Aku tahu kedengarannya memang mustahil dan sia-sia, tapi Cuma itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas dari belenggu kutukan ini. Jika aku tidak memilih cara itu, maka harus memakai cara mana lagi? Dari yang kupikirkan, tidak ada lagi cara yang bisa mematahkan kutukannya selain itu, karena milyaran cara lain akan sangat mudah diatasi oleh mereka, para iblis sakti. Namun, meskipun aku sudah mendapatkan cara tersebut di dalam pikiranku, bukan berarti aku mampu dan berani untuk melakukan dan mewujudkannya, sebab ada rasa takut dan gelisha di dalam diriku dalam mempraktekkannya. Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang kupikirkan sekarang. Aku hanya merasa kalau resikonya akan sangat besar. Satu-satunya cara yang bagus, dengan satu-satunya resikonya yang besar. Sangat seimbang sekali dalam dualismenya. Aku benar-benar kebingungan sekarang, bahkan aku tidak lagi mempedulikan sosok Lucifer yang ada di hadapanku, aku terlalu terlarut dalam pikiranku untuk menyiapkan rencana menaklukan situasi mengerikan yang akan kuhadapi. Lagipula, jika dipikir-pikir, apa yang bisa kulakukan dengan cara itu? Bagaimana kalau Roselied bisa mengatasinya dengan mudah? Maksudku, dia bisa mengetahui kalau aku sedang mengelabuinya agar dia bisa berada di pihakku. Aku bahkan tidak ingin memikirkan hukuman apa yang akan menantiku, saking mengerikannya. Aku benar-benar lemah. Namun, sekali lagi, hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas. Tidak ada cara lain lagi. Karena itulah, aku langsung bergegas melancarkan aksiku sebelum mereka menyadarinya. Aku sedikit berdehem sejenak kemudian meminta izin pada Lucifer untuk pergi ke toilet, dan aku ingin diantarkan oleh Roselied. Ya, begitulah, terkesan konyol bukan? Rencana awalku sangat-sangat-sangat bodoh. Bagaimana kalau Lucifer mengetahuinya? Itu sangat berbahaya. Sungguh. Untungnya, Lucifer sama sekali tidak menaruh kecurigaan karena dia dengan entengnya mengizinkanku pergi ke toilet dengan diantar oleh Roselied, tapi dia berpesan untuk tidak lama-lama, sebab dia ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Aku hanya menganggukkan kepala, sekedar basa-basi mengiyakan perkataannya sebelum akhirnya aku menarik kencang lengan Roselied untuk segera pergi mengantarkanku ke toilet. Sesampainya di toilet, aku langsung mendorong badan Roselied dan berbisik dengan wajah yang sangat tegang, aku membisikkan bahwa aku tidak ingin menjadi istri dari Lucifer dan meminta tolong padanya untuk membebaskanku dari kutukan itu. Aku benar-benar memohon pada Roselied untuk menolong dan melindungiku jika Lucifer marah dan menyakitiku. Sayangnya, Roselied hanya menjawab bahwa itu tidak mungkin, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya. Dengan nada yang rendah, Roselied menekankan bahwa dia tidak bisa membantuku. Roselied menyatakan bahwa dia tidak cukup berani untuk menentang atau memberontak pada Lucifer, sebab tuannya itu sangat kuat dan menyeramkan. Dia bisa terkena hukuman yang sangat besar jika ia punya niatan untuk mengkhianati Lucifer. Dan aku hanya meringis, menggigit bibir bawahku dengan keras. Aku benar-benar sedih. Sudah kuduga, Roselied pasti akan menjawab hal-hal seperti itu. Rasanya aku ingin sekali mati, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Aku pun meneteskan air mataku, dengan deras. Isakan tangisku yang sendu, sampai membuat seluruh tubuhku bergetar. Roselied hanya memandangiku dengan hening, sampai suatu ketika, dia tiba-tiba berubah pikiran. Aku tahu kedengarannya memang mustahil dan sia-sia, tapi Cuma itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas dari belenggu kutukan ini. Jika aku tidak memilih cara itu, maka harus memakai cara mana lagi? Dari yang kupikirkan, tidak ada lagi cara yang bisa mematahkan kutukannya selain itu, karena milyaran cara lain akan sangat mudah diatasi oleh mereka, para iblis sakti. Namun, meskipun aku sudah mendapatkan cara tersebut di dalam pikiranku, bukan berarti aku mampu dan berani untuk melakukan dan mewujudkannya, sebab ada rasa takut dan gelisha di dalam diriku dalam mempraktekkannya. Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang kupikirkan sekarang. Aku hanya merasa kalau resikonya akan sangat besar. Satu-satunya cara yang bagus, dengan satu-satunya resikonya yang besar. Sangat seimbang sekali dalam dualismenya. Aku benar-benar kebingungan sekarang, bahkan aku tidak lagi mempedulikan sosok Lucifer yang ada di hadapanku, aku terlalu terlarut dalam pikiranku untuk menyiapkan rencana menaklukan situasi mengerikan yang akan kuhadapi. Lagipula, jika dipikir-pikir, apa yang bisa kulakukan dengan cara itu? Bagaimana kalau Roselied bisa mengatasinya dengan mudah? Maksudku, dia bisa mengetahui kalau aku sedang mengelabuinya agar dia bisa berada di pihakku. Aku bahkan tidak ingin memikirkan hukuman apa yang akan menantiku, saking mengerikannya. Aku benar-benar lemah. Namun, sekali lagi, hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa terbebas. Tidak ada cara lain lagi. Karena itulah, aku langsung bergegas melancarkan aksiku sebelum mereka menyadarinya. Aku sedikit berdehem sejenak kemudian meminta izin pada Lucifer untuk pergi ke toilet, dan aku ingin diantarkan oleh Roselied. Ya, begitulah, terkesan konyol bukan? Rencana awalku sangat-sangat-sangat bodoh. Bagaimana kalau Lucifer mengetahuinya? Itu sangat berbahaya. Sungguh. Untungnya, Lucifer sama sekali tidak menaruh kecurigaan karena dia dengan entengnya mengizinkanku pergi ke toilet dengan diantar oleh Roselied, tapi dia berpesan untuk tidak lama-lama, sebab dia ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Aku hanya menganggukkan kepala, sekedar basa-basi mengiyakan perkataannya sebelum akhirnya aku menarik kencang lengan Roselied untuk segera pergi mengantarkanku ke toilet. Sesampainya di toilet, aku langsung mendorong badan Roselied dan berbisik dengan wajah yang sangat tegang, aku membisikkan bahwa aku tidak ingin menjadi istri dari Lucifer dan meminta tolong padanya untuk membebaskanku dari kutukan itu. Aku benar-benar memohon pada Roselied untuk menolong dan melindungiku jika Lucifer marah dan menyakitiku. Sayangnya, Roselied hanya menjawab bahwa itu tidak mungkin, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya. Dengan nada yang rendah, Roselied menekankan bahwa dia tidak bisa membantuku. Roselied menyatakan bahwa dia tidak cukup berani untuk menentang atau memberontak pada Lucifer, sebab tuannya itu sangat kuat dan menyeramkan. Dia bisa terkena hukuman yang sangat besar jika ia punya niatan untuk mengkhianati Lucifer. Dan aku hanya meringis, menggigit bibir bawahku dengan keras. Aku benar-benar sedih. Sudah kuduga, Roselied pasti akan menjawab hal-hal seperti itu. Rasanya aku ingin sekali mati, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Aku pun meneteskan air mataku, dengan deras. Isakan tangisku yang sendu, sampai membuat seluruh tubuhku bergetar. Roselied hanya memandangiku dengan hening, sampai suatu ketika, dia tiba-tiba berubah pikiran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD