Cherry - 05

2078 Words
Kini, aku terlibat konflik kecil dengan rekan-rekan seangkatanku yang lain, mereka semua menentang keputusanku yang hendak membawa Sewil melanjutkan ujian ke babak selanjutnya, karena menurut mereka itu sangat bodoh dan tidak baik. Ditambah lagi, Sewil mempunyai sikap yang sangat menyebalkan dan menjengkelkan, meski gadis itu saat ini sedang tidak sadarkan diri, tapi ingatan semua orang terhadap sifat buruknya masih membekas sangat jelas sehingga tidak aneh jika mereka semua tidak memiliki keinginan untuk membantu Sewil yang sedang dalam kondisi lemah. Ya, aku tahu persis Sewil adalah gadis yang memiliki kepribadian yang sangat buruk, bahkan aku juga salah satu orang yang sebelumnya dijadikan bahan ejekan olehnya, tapi tetap saja tidak tega rasanya jika aku harus meninggalkan Sewil yang sedang tidak sadarkan diri di lorong sepi begini sendirian. Sungguh, aku heran pada rekan-rekanku yang lain, padahal meskipun Sewil punya sikap yang buruk dan terkesan jahat, tapi bukankah dia sempat melindungi mereka semua dari gelombang air dengan membawa dan memasukan mereka ke dalam zona perlindungan miliknya, dan penyebab Sewil tidak sadarkan diri adalah karena dia terlalu memaksakan diri untuk melindungi banyak orang sekaligus. Seharusnya dengan alasan itu saja sudah cukup untuk memaafkan kesalahan-kesalahan Sewil yang pernah ia perbuat, tapi mengapa mereka semua seperti tidak begitu mempedulikan kondisi gadis itu. Aku benar-benar kebingungan pada mereka, terutama pada Herry Fargio yang menurutku dialah orang yang sangat menghormati Sewil. Mengherankan sekali melihat Herry Fargio-lah yang menjadi orang pertama menentang keputusanku untuk membawa Sewil, jika itu adalah Veronica atau Ted, mungkin aku tidak terlalu heran, tapi kalau pria berambut kuning panjang yang memakai topi pesulap itu, kesannya sangat mengherankan. “Ya, aku tahu, tapi maaf, Veronica,” Itulah jawabanku saat mendengar segala bentakan dan amukan Veronica padaku yang memaksaku untuk melanjutkan ujian tanpa membawa Sewil. “Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian di sini.” Mungkin karena sudah sangat kesal dan muak, Veronica hanya memalingkan badannya dan berjalan memunggungiku, tidak merespon apa-apa lagi setelahnya. Anabelle, Mars, Wingky, Hallow, dan Herry juga demikian, mereka mengikuti Veronica berjalan ke depan sana, untuk kembali melanjutkan ujian ini dengan meninggalkanku bersama Sewil. Sementara Ted hanya terdiam melihatku sebelum akhirnya ikut bergabung bersama mereka semua. “Kau terlalu naif, Cherry.” Ucap Ted dengan nada yang pelan, tapi terdengar jelas oleh telingaku. Aku hanya tersenyum lirih melihat mereka semua melangkah pergi meninggalkanku dengan Sewil, mungkin memang beginilah seharusnya, aku yakin mereka semua bisa melewati berbagai rintangan di depan sana, tapi aku juga akan menyusul mereka, setelah Sewil bangun dari pingsannya. Beberapa menit kemudian, Sewil menunjukkan tanda-tanda akan bangun, dua lengannya mulai sedikit bergerak dan kelopak-kelopak matanya mengerjap-erjap secara pelan, disitu aku sangat gembira. “Sewil? Sewil? Kau akan bangun, ya? Syukurlah!” pekikku saat memperhatikan gerak-gerik tubuh Sewil yang semakin tampak jelas. “Eh?” Sewil hanya kebingungan saat melihat wujud diriku yang duduk di dekatnya yang sedang berbaring lemas, mukanya kelihat sangat kaget. “A-Apa yang terjadi padaku!? Dimana yang lainnya!? K-Kenapa babi sepertimu harus ada di sampingku!?” Lucu sekali melihat Sewil terkejut-kejut begitu mengamati keadaan, aku hanya terkikik-kikik renyah memandang reaksi gadis berambut merah delima itu. “Jangan-jangan---APAKAH AKU PINGSAN!?” Aku hanya menganggukan kepala sebagai respon dari pertanyaan Sewil. “K-Kenapa bisa!? Mana mungkin! Aku tidak pernah pingsan seumur hidupku! Apa yang terjadi! Kenapa aku bisa pingsan seperti ini! Memalukan!” “Tenanglah, Sewil. Tenang,” Aku mencoba menenangkan amarah Sewil yang mulai menggelora di matanya, sungguh dia itu memang perempuan yang sangat pemarah, aku tidak tahu bagaimana dia di lingkungan rumahnya, tetapi mungkin banyak orang yang tidak menyukai sikapnya yang seperti itu. Sewil tidak bisa menahan kekesalannya sedikit saja. “Tentu saja aku tidak bisa tenang di situasi yang begini, bodoh!” umpat Sewil padaku dengan memelototiku sebelum akhirnya dia membangunkan diri dan berdiri tegak melihat sekeliling. “Apa ini? Airnya membeku? Air sebesar ini membeku!? Jangan bilang ini perbuatan dari perempuan itu! Aku lupa namanya, tapi dia punya rambut perak dikepang!” “Anabelle Ramirez, itulah namanya, Sewil.” “Ya! Dia! Dia, kan!? Yang melakukan ini semua!? Tapi gila sekali kalau ternyata dia bisa membekukan air sebesar dan sepanjang ini! Aku pikir dia belum bisa seprofesional ini! Sial! Aku jadi merasa terendahkan!” “Sewil, kau harus tenang sedikit, kau baru saja siuman, jangan terlalu banyak bergerak dan marah-marah, itu bisa membuatmu—” “Dan sekarang jelaskan padaku! Kenapa hanya kita yang ada di lorong ini!?” Sewil langsung memotong ucapanku dan menoleh pada mukaku dengan tatapan mata yang tajam. “Di mana mereka semua sekarang!?” Aku menarik napas secara perlahan dan mulai menjawab pertanyaan itu dengan nada yang lembut. “Mereka sudah pergi,” kataku dengan senyuman berseri. “Melanjutkan ujian ini ke babak berikutnya.” “HAAAAAAAAAAAAAAH!?” Disitulah Sewil langsung histeris. “MENGAPA KAU TIDAK IKUT DENGAN MEREKA SAJA!? APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN DISINI, DASAR BABI BODOH!” “Aku di sini karena mereka berniat meninggalkanmu yang sedang tak sadarkan di sini sendirian, aku tidak mau dan tidak tega, jadi aku memutuskan untuk menemani sampai kau bangun.” Jelasku dengan sedikit cemas pada respon Sewil. “Pemikiran bodoh macam apa itu!? Untuk apa kau melakukannya!? Apa gunanya!? Kau ini benar-benar---JANGAN SALAH PAHAM YA! HANYA KARENA AKU PERNAH MELINDUNGI KALIAN, BUKAN BERARTI AKU TELAH BERUBAH JADI ORANG YANG BAIK! AKU MASIH SEWIL YANG JAHAT! JADI SEHARUSNYA KAU TIDAK PERLU MEMBUANG WAKTUMU DI SINI MENEMANIKU! KAU INI BODOH SEKALI, DASAR BABI CHERRY!” Sudah kuduga jadinya akan seperti ini, tapi tidak masalah, lagi pula aku sudah memprediksi hal ini sebelumnya. Keputusanku akan tetap bulat meskipun aku tahu Sewil juga menentangnya. Aku mengikuti gerak hati nuraniku, dan berani menanggung apapun resikonya. Jadi kurasa, keputusanku bukanlah keputusan yang bodoh, tapi ini adalah hal yang normal bagiku. “Maaf, aku membuatmu marah seperti ini, aku hanya tidak ingin membiarkanmu ditinggal sendirian di sini. Alasanku Cuma itu. Sederhana sekali, bukan? Hehe.” Entah kenapa, pipi-pipi Sewil jadi memerah, mungkin dia jadi merasa berhutang budi padaku. “Sudahlah! Lupakan soal kebodohanmu! Lebih baik sekarang kita susul mereka! Aku tidak ingin gagal di ujian ini! Aku ingin menjadi bagian dari Squad Penyihir Blue Sky!” Sewil langsung melangkahkan kaki dengan penuh penekanan, seolah-olah dia sangat kesal pada diriku, tapi setelah aku berjalan di sampingnya, dia tiba-tiba saja berkata dengan suara yang sangat pelan, hampir seperti berbisik, “T-Terima kasih, karena telah menemaniku.” Disitulah aku benar-benar bahagia, ternyata Sewil tidak sepenuhnya marah pada keputusanku. Sepuluh menit kami berjalan, aku dan Sewil terkejut karena kami telah berada di lokasi paling ujung dari lorong redup ini, dan yang ada di hadapan kami saat ini adalah sebuah pintu besi berwarna abu yang sangat kusam, samar-samar aku mendengar teriakan-teriakan dan jeritan-jeritan yang melengking di dalam pintu tersebut. Aku dan Sewil saling memandang, merasa risau dengan apa yang sedang terjadi di dalam sini. “Cherry, kau mendengarnya juga, kan?” tanya Sewil padaku dengan suara yang gemetaran. Aku menganggukkan kepalanya dengan kaku. “Itu bukan suara mereka, kan?” Sewil kembali bertanya padaku dengan nada yang semakin tak beraturan. Kali ini aku tidak bisa menjawabnya, karena aku tidak tahu dengan pasti mengenai hal tersebut, tapi aku berharap itu bukan suara rekan-rekanku yang lain. Setidaknya itulah harapanku, sampai akhirnya aku dan Sewil memberanikan diri untuk berjalan mendekati pintu besi yang kusam itu dan membukanya secara perlahan. Sayangnya, aku dihadapi dengan realita yang pahit, karena hal pertama yang kami berdua lihat di dalam pintu besi itu adalah ruangan sempit yang langit-langitnya sangat tinggi dan gelap, aku tidak tahu ada apa di atap ruangan ini, tapi yang membuat kami terkejut adalah tubuh teman-temanku, yang bergelimpangan dan berbaring di lantai yang dingin dengan badan yang penuh luka goresan dan darah yang terciprat ke mana-mana. Sungguh, aku bisa melihat mereka semua dalam keadaan yang sangat mengenaskan, Veronica yang dua tanduk di kepalanya patah, Ted yang telinga kirinya hilang, Anabelle yang rambut peraknya jadi memerah karena darah yang keluar dari luka di kepalanya, Mars yang perut berototnya robek oleh cakaran-cakaran dan gigitan-gigitan yang misterius, Wingky yang pergelangan kaki kananyya nyaris patah, Hallow yang lehernya menganga, dan Herry yang meringkuk ketakutan di pojok ruangan sendirian, kelihatannya cuma dia yang tidak banyak luka. “APA-APAAN INI!? APA YANG TERJADI DI SINI!” Sewil langsung berteriak kencang dan berlari ke tengah ruangan, dan baru saja dia sampai di sana, bayangan hitam kecil yang terbang melesat ke arahnya langsung menggigit mata kiri Sewil dengan sangat brutal sampai akhirnya gadis itu menjerit-jerit kesakitan dan akhirnya terbaring di lantai dengan rasa nyeri di bagian yang tergigit. Aku tidak tahu apa yang barusan terjadi, karena aku gerak bayangan hitam kecil itu sangat cepat dan gesit, hingga aku tidak tahu siapa yang telah menggigit Sewil sebegitu brutalnya. Dengan ini, korban bertambah dengan Sewil, dan mengambil pelajaran dari hal itu, aku jadi tidak langsung ceroboh masuk dan berjalan ke tengah ruangan tersebut. Aku hanya memantau dan melihat-lihat sebenarnya ulah siapa ini semua bisa terjadi. Ketika kudongakkan kepalaku ke atas, aku tidak bisa melihat apapun selain kegelapan di atas sana, soalnya langit-langit ruangan ini sangat tinggi, tapi aku yakin pelaku dari peristiwa ini, yang kumaksud adalah bayangan hitam kecil tadi, berasal dari sana. “Ah!” Aku langsung teringat pada kemampuan sihir Herry Fargio. “Herry! Herry Fargio! Apa kau bisa mendengarku!?” Aku langsung berteriak dan memanggil-manggil pria malang itu yang  sedang meringkuk gemetar ketakutan di pojok ruangan ini. “HERRY!” Mendengar namanya dipanggil-panggil olehku, Herry sedikit menolehkan kepalanya padaku, tapi sedetik kemudian, dia kembali memalingkan pandangannya dan mulai meringkuk ketakutan lagi. Sepertinya Herry terkena guncangan mental yang besar karena kejadian mengerikan ini. Aku jadi cemas harus bagaimana untuk melewati rintangan yang sedang kuhadapi ini. “Jangan bilang kalau ini adalah babak ke dua untuk kami. Jika itu benar, kesulitannya jadi semakin bertambah. Aku tidak percaya Kapten Nino bisa merancang hal mengerikan seperti ini untuk ujian para penyihir barunya, karena mau diliihat bagaimana pun, bukankah ini terlalu berlebihan!” Aku mencoba dan berusaha untuk tetap tenang, aku sadar situasinya jadi semakin buruk dan mencekam, tapi aku yakin sekali, pasti ada suatu cara untukku bisa menolong teman-temanku dan mengatasi bayangan hitam yang ganas itu, aku benar-benar harus berpikir kritis mulai sekarang. Sebelumnya aku sempat berpikir ingin meminta bantuan dari Herry yang memiliki kemampuan sihir penyembuhan dan pemulihan segala luka dan rasa sakit, tapi melihat mental pria itu yang sedang kacau, akan sangat sulit untuk meminta bantuan darinya. Aku juga tidak ingin terlalu lama membiarkan teman-temanku kesakitan di ruangan ini. Ayolah! Berpikirlah, Cherry! Aku yakin aku pasti bisa melalui babak ke dua ini dengan baik. Ah! Aku ingat! Aku langsung keluar sebentar dari ruangan itu dan sedikit menutup pintunya kembali, dan voila! Aku menemukan sesuatu di palang pintunya, sebuah kunci mungil yang karatan. Aku tidak tahu ini untuk apa, tapi alasan mengapa aku bisa menemukan kunci ini yaitu saat aku dan Sewil hendak membuka pintu, dan mataku secara refleks terkena kilauan sinar dari sesuatu di atas palang pintu, tapi belum tahu itu apa. Ternyata sebuah kunci, kira-kira ini gunanya untuk apa, ya? Apakah untuk membuka sebuah ruangan lain atau hal lain? Ah, aku tidak mengerti, tapi bairlah aku terus menggenggam kunci itu kuat-kuat di tangan kananku, karena kunci ini pasti sangat penting untuk kemajuan dari babak ke 2 ini. Baru saja berpikir demikian, aku melihat sesuatu yang mengganjal barusan, tepatnya di samping tembok di ujung lorong ini. Aku langsung mendekatinya dan menyentuhnya, hanya sebuah tembok biasa kurasa. Ah! Tunggu! Kalau dilihat-lihat, itu bukan tembok biasa! Setelah tanganku menyentuh permukaan tembok itu, lalu sengaja kutekan sedikit menggunakan jari telunjukku, dan woah! Tembok yang kusentuh itu perlahan-lahan menonjolkan sebuah kotak putih dan di muka kotak itu ada lubang kuncinya! Aku yakin kunci yang kupegang terhubung dengan kotak misterius ini. Tanpa ba-bi-bu lagi, aku langsung memasukkan kunci mungil yang kupegang ke dalam lubang kunci yang terdapat di wajah kotak putih misterius tersebut dan ternyata benar! Mereka terhubung! Berhasil menghubungkan kunci dengan kotak yang menonjol di tembok, seketika aku mendengar suara tik! Di dalam ruangan, cepat-cepat aku melihat untuk memastikan apa yang terjadi di dalam ruangan dan ya ampun! Ternyata kotak itu adalah alat untuk menyalakan lampu di bagian langit-langit ruangan dengan akhirnya tertampaklah dengan jelas apa yang ada di atas sana sekarang. “B-Banyak sekali!” Aku memekik karena kaget. Aku tidak menyangka kalau ternyata bayangan hitam kecil yang melesat melukai Sewil dan teman-temanku yang lain, adalah ratusan kelelawar yang kini menggantung di atap ruangan, mereka semua kelihatan sedang tertidur, tapi jika ada manusia atau apapun yang masuk ke ruangan itu, pasti akan diserang oleh salah satu dari mereka atau kemungkinan paling buruknya adalah, diserbu berbarengan oleh kawanan kelelawar ganas itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD