Cherry - 02

1772 Words
Keesokan harinya, setelah mengalami fase depresi yang cukup berat, Cherry kembali berangkat ke sekolah dengan hati yang hampa, dia masih memikirkan soal kemarin, tapi dia berusaha untuk tidak mengingatnya lagi, setidaknya untuk saat ini saja, karena hari ini adalah hari pelaksanaan orientasi siswa baru, ia harus bersiap-siap untuk menampilkan sesuatu agar ekskul pemandu sorak mendapatkan anggota dari para siswa baru. Karena tidak ada yang mau membantunya, akhirnya Cherry terpaksa harus melakukan segala persiapannya sendirian, ya benar, sendirian. Kedengarannya memang sangat menyedihkan, tapi Cherry mencoba untuk menyemangati dirinya dengan terus memutarkan musik yang riang saat dirinya sedang latihan di ruang ekskul.  Cherry tidak bisa membiarkan perasaan negatifnya mengambil alih, oleh karena itu dia bertekad untuk terus semangat agar dirinya dapat menampilkan sesuatu yang menarik dari ekskul pemandu sorak, dan untuk sekarang, dia masih tengah menari beberapa gerakan baru dari internet. Selain itu, Cherry juga memesan kostum mungil yang imut untuk hari tampilnya kelak. Sungguh, hanya pemandu sorak, satu-satunya ekskul yang tampak begitu hening saat berada di momen gladi resik seperti ini. Dan ketika waktu menunjukkan pukul 7 pagi, disitulah Cherry dapat mendengar suara-suara riuh dari siswa baru yang berdatangan ke ruang aula pertunjukkan ekskul.  Cherry menarik napasnya dalam-dalam, karena itu benar-benar membuatnya sangat gugup. Bayangkan saja, dia akan tampil sendirian di depan ratusan siswa baru yang masih polos dan menggemaskan. Selain itu, dia juga harus bisa mendapatkan perhatian penuh dari mereka agar setidaknya, beberapa dari mereka tertarik untuk bergabung ke pemandu sorak dan bisa meramaikan ruang ekskul ini suatu hari nanti. Bagi Cherry, itu adalah tanggung jawab yang sangat besar, tapi juga cukup seru dan menantang. Tidak seperti ekskul-ekskul lain yang kini tengah bersiap-siap bersama para anggotanya dengan ramai, Cherry hanya sendirian melakukan segala hal di ruang ekskul pemandu sorak. "Aku pasti bisa! Aku pasti bisa melakukannya!" Cherry terus menyemangati dirinya, agar mendorong perasaan positif pada dirinya. Sebetulnya, Cherry ingin sekali menangis dan menjerit sekarang, tapi dia tidak bisa melakukannya hari ini. Namun, kian detik emosi negatif itu terus menggerogotinya dan terasa seperti sedang mencekik lehernya, untungnya Cherry masih bisa mengontrol itu dan menetralkan emosinya. "Baiklah, sekarang aku siap!" Setelah dirasa semuanya telah selesai, Cherry segera keluar dari ruang ekskul dan berjalan dengan kostum imutnya menuju ruang aula, di mana banyak siswa baru berkumpul di sana sambil duduk, menonton berbagai penampilan dari seluruh ekskul di SMA Oragon. Ketika Cherry sudah sampai di belakang panggung, tepatnya di ruang periasan, ia segera mencari meja rias yang kosong dan langsung menduduki, lalu mulai merias wajahnya semenarik mungkin. Ketika dirinya sedang sibuk merias, salah satu anggota dari ekskul pramuka duduk di sampingnya dan meliriknya dengan tajam, Cherry bisa melihatnya dari cermin kalau gadis asing itu terus-terusan menatap sinis padanya.  Karena tidak nyaman diperlakukan seperti itu, Cherry balas meliriknya dengan tajam dan berkata, "Apa maumu? Kenapa kau menatapku dengan pandangan seperti itu?" "Oh, maaf," ucap gadis berambut merah itu yang mengenakan seragam pramuka. "Aku tidak bermaksud mengganggumu. Aku hanya penasaran saja pada suatu hal." Gadis itu mulai menunjukkan senyuman tipisnya, tertampak jelas dari ekspresinya bahwa saat ini dia sedang meremehkan Cherry.  "Suatu hal apa yang kau maksud, hah?" "Sebenarnya apa rahasiamu sampai punya rasa percaya diri yang begitu besar meski kau hanya akan tampil sendirian untuk ekskul pemandu sorakmu?" Disitu Cherry terdiam sementara senyuman gadis itu jadi semakin lebar. Cherry tahu pasti akan terjadi hal semacam ini jika dia masuk ke ruangan yang berisi banyak anggota dari ekskul lain, pasti selalu saja ada anggota dari ekskul lain yang menggodanya atau bahkan meremehkannya, tapi sungguh, dia tidak pernah menyangka akan mengalaminya secepat ini, padahal dia sedang sibuk merias wajah. "Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, bolehkah aku mengetahui siapa namamu?" "Oh dengan senang hati," ucap gadis itu dengan tersenyum ramah pada Cherry. "Aku Elarina, salah satu anggota dari ekskul Pramuka, dan aku sangat bangga bisa bergabung di ekskul yang paling dihormati di SMA Oragon." "Wow," Cherry melotot mendengar penjelasan dari Elarina mengenai ekskul pramuka. "Mendengarmu berkata begitu, membuatku jadi ingin bergabung juga ke dalam ekskul pramuka." Elarina tertawa mendengar itu. "Oh, jangan khawatir, ekskul kami menerima siapapun yang ingin bergabung, bahkan pada anggota dari ekskul paling buruk sekalipun." Cherry langsung menggebrak meja dan berdiri di hadapan Elarina. "Apa kau tahu, kode etik dari seorang anggota pramuka, Elarina?" Elarina ikut berdiri berhadapan dengan Cherry dan mendekatkan wajahnya ke gadis berambut merah muda pendek itu. "Tentu saja aku tahu, kau pikir aku siapa, hah?" "Tapi kurasa, kau masih tidak layak menganggap dirimu sendiri sebagai anggota dari pramuka, karena salah satu kode etik pramuka adalah menghormati dan menghargai orang lain, terlepas apapun latar belakang dari orang tersebut, dan dari perilakumu barusan, aku sama sekali tidak melihat itu darimu." "Kalau begitu, aku minta maaf sebesar-besarnya jika perilakuku telah melanggar kode etik dari anggota pramuka, tapi semua itu tidak mengubah fakta bahwa--" "ELARINA!" Tiba-tiba suara seseorang yang memanggil Elarina memotong perkataan gadis itu yang hendak melontarkan kalimat hinaan lain pada Cherry, saat dilihat, ternyata itu adalah ketua pramuka yang masuk. "Sedang apa kau di sini!? Kami mencarimu ke mana-mana! Tidakkah kau lihat semuanya sedang sibuk!? Jika aku punya waktu untuk mengganggu orang lain, lebih baik kau gunakan waktumu itu untuk membantu persiapan!" "B-Baik, Ketua!" Elarina langsung gugup dan berlari keluar ruang rias, meninggalkan Cherry dengan Sang Ketua Pramuka di sana.  "Cherry, sungguh, aku minta maaf." ucap lelaki itu pada Cherry dengan membungkukkan badannya. "Tidak perlu dipikirkan," kata Cherry dengan tersenyum. Keesokan harinya, setelah mengalami fase depresi yang cukup berat, Cherry kembali berangkat ke sekolah dengan hati yang hampa, dia masih memikirkan soal kemarin, tapi dia berusaha untuk tidak mengingatnya lagi, setidaknya untuk saat ini saja, karena hari ini adalah hari pelaksanaan orientasi siswa baru, ia harus bersiap-siap untuk menampilkan sesuatu agar ekskul pemandu sorak mendapatkan anggota dari para siswa baru. Karena tidak ada yang mau membantunya, akhirnya Cherry terpaksa harus melakukan segala persiapannya sendirian, ya benar, sendirian. Kedengarannya memang sangat menyedihkan, tapi Cherry mencoba untuk menyemangati dirinya dengan terus memutarkan musik yang riang saat dirinya sedang latihan di ruang ekskul.  Cherry tidak bisa membiarkan perasaan negatifnya mengambil alih, oleh karena itu dia bertekad untuk terus semangat agar dirinya dapat menampilkan sesuatu yang menarik dari ekskul pemandu sorak, dan untuk sekarang, dia masih tengah menari beberapa gerakan baru dari internet. Selain itu, Cherry juga memesan kostum mungil yang imut untuk hari tampilnya kelak. Sungguh, hanya pemandu sorak, satu-satunya ekskul yang tampak begitu hening saat berada di momen gladi resik seperti ini. Dan ketika waktu menunjukkan pukul 7 pagi, disitulah Cherry dapat mendengar suara-suara riuh dari siswa baru yang berdatangan ke ruang aula pertunjukkan ekskul.  Cherry menarik napasnya dalam-dalam, karena itu benar-benar membuatnya sangat gugup. Bayangkan saja, dia akan tampil sendirian di depan ratusan siswa baru yang masih polos dan menggemaskan. Selain itu, dia juga harus bisa mendapatkan perhatian penuh dari mereka agar setidaknya, beberapa dari mereka tertarik untuk bergabung ke pemandu sorak dan bisa meramaikan ruang ekskul ini suatu hari nanti. Bagi Cherry, itu adalah tanggung jawab yang sangat besar, tapi juga cukup seru dan menantang. Tidak seperti ekskul-ekskul lain yang kini tengah bersiap-siap bersama para anggotanya dengan ramai, Cherry hanya sendirian melakukan segala hal di ruang ekskul pemandu sorak. "Aku pasti bisa! Aku pasti bisa melakukannya!" Cherry terus menyemangati dirinya, agar mendorong perasaan positif pada dirinya. Sebetulnya, Cherry ingin sekali menangis dan menjerit sekarang, tapi dia tidak bisa melakukannya hari ini. Namun, kian detik emosi negatif itu terus menggerogotinya dan terasa seperti sedang mencekik lehernya, untungnya Cherry masih bisa mengontrol itu dan menetralkan emosinya. "Baiklah, sekarang aku siap!" Setelah dirasa semuanya telah selesai, Cherry segera keluar dari ruang ekskul dan berjalan dengan kostum imutnya menuju ruang aula, di mana banyak siswa baru berkumpul di sana sambil duduk, menonton berbagai penampilan dari seluruh ekskul di SMA Oragon. Ketika Cherry sudah sampai di belakang panggung, tepatnya di ruang periasan, ia segera mencari meja rias yang kosong dan langsung menduduki, lalu mulai merias wajahnya semenarik mungkin. Ketika dirinya sedang sibuk merias, salah satu anggota dari ekskul pramuka duduk di sampingnya dan meliriknya dengan tajam, Cherry bisa melihatnya dari cermin kalau gadis asing itu terus-terusan menatap sinis padanya.  Karena tidak nyaman diperlakukan seperti itu, Cherry balas meliriknya dengan tajam dan berkata, "Apa maumu? Kenapa kau menatapku dengan pandangan seperti itu?" "Oh, maaf," ucap gadis berambut merah itu yang mengenakan seragam pramuka. "Aku tidak bermaksud mengganggumu. Aku hanya penasaran saja pada suatu hal." Gadis itu mulai menunjukkan senyuman tipisnya, tertampak jelas dari ekspresinya bahwa saat ini dia sedang meremehkan Cherry.  "Suatu hal apa yang kau maksud, hah?" "Sebenarnya apa rahasiamu sampai punya rasa percaya diri yang begitu besar meski kau hanya akan tampil sendirian untuk ekskul pemandu sorakmu?" Disitu Cherry terdiam sementara senyuman gadis itu jadi semakin lebar. Cherry tahu pasti akan terjadi hal semacam ini jika dia masuk ke ruangan yang berisi banyak anggota dari ekskul lain, pasti selalu saja ada anggota dari ekskul lain yang menggodanya atau bahkan meremehkannya, tapi sungguh, dia tidak pernah menyangka akan mengalaminya secepat ini, padahal dia sedang sibuk merias wajah. "Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, bolehkah aku mengetahui siapa namamu?" "Oh dengan senang hati," ucap gadis itu dengan tersenyum ramah pada Cherry. "Aku Elarina, salah satu anggota dari ekskul Pramuka, dan aku sangat bangga bisa bergabung di ekskul yang paling dihormati di SMA Oragon." "Wow," Cherry melotot mendengar penjelasan dari Elarina mengenai ekskul pramuka. "Mendengarmu berkata begitu, membuatku jadi ingin bergabung juga ke dalam ekskul pramuka." Elarina tertawa mendengar itu. "Oh, jangan khawatir, ekskul kami menerima siapapun yang ingin bergabung, bahkan pada anggota dari ekskul paling buruk sekalipun." Cherry langsung menggebrak meja dan berdiri di hadapan Elarina. "Apa kau tahu, kode etik dari seorang anggota pramuka, Elarina?" Elarina ikut berdiri berhadapan dengan Cherry dan mendekatkan wajahnya ke gadis berambut merah muda pendek itu. "Tentu saja aku tahu, kau pikir aku siapa, hah?" "Tapi kurasa, kau masih tidak layak menganggap dirimu sendiri sebagai anggota dari pramuka, karena salah satu kode etik pramuka adalah menghormati dan menghargai orang lain, terlepas apapun latar belakang dari orang tersebut, dan dari perilakumu barusan, aku sama sekali tidak melihat itu darimu." "Kalau begitu, aku minta maaf sebesar-besarnya jika perilakuku telah melanggar kode etik dari anggota pramuka, tapi semua itu tidak mengubah fakta bahwa--" "ELARINA!" Tiba-tiba suara seseorang yang memanggil Elarina memotong perkataan gadis itu yang hendak melontarkan kalimat hinaan lain pada Cherry, saat dilihat, ternyata itu adalah ketua pramuka yang masuk. "Sedang apa kau di sini!? Kami mencarimu ke mana-mana! Tidakkah kau lihat semuanya sedang sibuk!? Jika aku punya waktu untuk mengganggu orang lain, lebih baik kau gunakan waktumu itu untuk membantu persiapan!" "B-Baik, Ketua!" Elarina langsung gugup dan berlari keluar ruang rias, meninggalkan Cherry dengan Sang Ketua Pramuka di sana.  "Cherry, sungguh, aku minta maaf." ucap lelaki itu pada Cherry dengan membungkukkan badannya. "Tidak perlu dipikirkan," kata Cherry dengan tersenyum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD