Dua

1378 Words
Kimberly berjalan mondar mandir dikamarnya, ia memikirkan bagaimana mengatakan pada papanya jika ia sudah menggunakan kekuatannya menolong seseorang, ia tak tega melihat kesakitan pria itu dan ia refleks menggunakan kekuatannya. Ia tak menyadari papanya sudah berada di ambang pintu dan melihatnya keheranan. "Kim.... Are you okay?" tanya papa Kimberly membuat Kimberly tersentak kaget. "Yeah... I'm okay pa. Papa sudah pulang?" "Iya, jam kerja Indonesia kan sampai jam 5 sore Kim. Kamu masak apa hari ini?" Karena sibuk memikirkan tentang apa yang ingin ia katakan pada papanya Kimberly malah belum memasak apa apa. "Oh my God, I'm sorry pa, I'm not cooking yet" "Bahasa Kim" "Iya iya pa, Kim belum masak. Kita makan di resto saja ya?" "Baiklah, papa mandi dulu lalu kita pergi" "Ok" Papa Kimberly meninggalkan Kimberly yang masih berfikir keras apakah ia harus mengatakan semuanya pada papanya, ia menggeleng  pelan, ia putuskan menyimpan apa yang terjadi tadi, ia tak ingin papanya khawatir. Kimberly kemudian bersiap untuk makan malam diluar bersama papanya, ia juga ingin tahu suasana malam di kota yang akan ia tempati selamanya ini. Tak menunggu waktu lama Kimberly dan pak Radit sudah berada dalam mobil dan menyusuri jalanan ibukota, pak Radit menunjukkan tempat tempat apa saja yang mereka lewati agar Kimberly mulai mengenal kota ini. Kimberly hanya mengangguk angguk saja saat pak Radit menyebutkan nama nama tempat dan apa yang biasa dilakukan disana. "You still remember all the places pa?" Pak Radit menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Kimberly, ia tahu sulit bagi Kimberly membiasakan diri berbahasa Indonesia namun ia maklum karena sejak kecil ia tak tinggal di negara ini, walau dirumah ia biasakan berbahasa Indonesia namun Kimberly berbahasa inggris diluar rumah jadi otomatis ia lebih sering menggunakan bahasa inggris. Pak Radit membelokkan mobilnya ke sebuah resto, dan mengajak Kimberly masuk dan mencari tempat duduk, kemudian memesan makanan, pak Radit memesan makanan Indonesia. Kimberly hanya bisa cemberut melihat makanan di depannya, nasi, dan kuah soto serta ayam goreng. "Makanan Indonesia pa?, tapi.... " "Jangan protes Kim, kamu harus membiasakan diri  okay?" "Ya... Ya... Ya...,  I know" Kimberly dan pak Radit mulai memakan makanannya, pak Radit juga bercerita banyak hal tentang Jakarta juga Indonesia. Kimberly segera menoleh ke belakang saat ia merasa ada seseorang yang mengawasinya. Ia melihat seorang pria seusia papanya seperti sedang mengawasinya, ada sedikit kekhawatiran dihatinya, ia takut jika pria itu adalah penyihir jahat yang sudah tahu keberadaannya, Kimberly hanya mengaduk aduk makanannya, hal itu tidak luput dari pandangan pak Radit. "Kenapa makanannya diaduk seperti itu Kim?, tidak enak?" Kimberly tidak menjawab pertanyaan papanya karena ia hanyut dalam fikirannya sendiri. "Kim..... Apa yang sedang kamu fikirkan?" tegur pak Radit. "Hah.... Nothing pa" jawab Kimberly tergagap. "Kim....., kamu bisa cerita sama papa jika kamu ada masalah" ucap pak Radit menggenggam tangan Kimberly. Kimberly tersenyum menatap papanya. "Iya pa, Kim pasti cerita, tapi saat ini Kim tidak ada masalah pa" "Baiklah... But promise me, you will tell me everything your problem" "I promise pa" jawab Kimberly. "Baiklah... Ayo kita lanjutkan makan." Keduanya kembali menikmati makanan  mereka, dan Kimberly merasa memang pria itu sedang mengawasi dirinya, namun karena tak ingin papanya khawatir Kimberly bersikap biasa saja walau ia juga khawatir. Ada sesuatu yang membuat Kimberly ingin melihat ke arah pintu masuk resto, ia melihat sepasang pria dan wanita masuk dalam resto, keduanya tampak mesra, Kimberly seperti mengenal pria itu namun ia lupa dimana, kebetulan sekali pasangan itu duduk di samping kanan meja yang ia tempati dengan papanya. Kimberly mengernyitkan dahinya mengingat dimana ia melihat pria itu, pria itu juga sesekali melihat ke arah Kimberly. Kimberly tersentak karena ingat jika pria itu adalah dokter yang ia tabrak di rumah sakit tempo hari. Untungnya ia dan papanya sudah selesai makan, ia mengajak papanya segera pulang. Sedangkan pria itu yang adalah dokter Reynand beberapa kali melihat kepergian Kimberly dengan papanya. "Reyn... Kamu mengenal gadis itu?" tanya gadis yang duduk di depannya. "Sepertinya aku pernah melihatnya" jawab Reynand. "Aku pesan makanan dulu ya" gadis Itu memanggil waiters untuk meminta daftar menu. "Ya Tuhan... Aku ingat,  kamu tunggu disini dulu" Reynand kemudian berdiri dan berlari keluar resto mencari keberadaan Kimberly. Ia edarkan pandangannya ke seluruh penjuru area parkir namun tak ia lihat sosok gadis yang membuat ia penasaran, gadis yang ia yakin ada hubungannya dengan kesembuhan tiba tiba pak Arsyad. Ia kembali masuk dengan wajah kecewa dan duduk di hadapan gadis yang bersamanya. "Ada apa sih sayang?, sepertinya penting sekali" "Enggak, aku pernah bertemu dengannya di rumah sakit dan aku ingin bertanya sesuatu padanya" "Oh..., aku sudah pesan steik dan salad. Nggak apa apa kan sayang?" "Steik?, salad?, kenapa kita nggak pesan makanan yang lebih berat sayang?, kamu sudah kurus Val, jangan diet terus" "Aku harus menjaga berat badan aku agar tetap ideal dong Reyn sayang, apa kamu nggak suka jika tubuh aku ideal?" "Suka... Namun aku lebih suka kamu jadi diri sendiri apa adanya, makan apa yang kamu inginkan" "Aku ingin tubuhku tetap seperti ini, tak berubah sampai kapanpun" "Tapi Val, suatu saat tubuh kamu akan berubah, saat kita menikah dan kamu hamil, melahirkan" "Menikah?" "Iya menikah, aku ingin kita bertunangan dan menikah" "Tapi aku belum siap menikah Reyn" "Kapan kamu siap?" "I don't know, I just not ready yet, dan aku nggak tahu kapan aku akan siap, maybe usia 35 keatas" jawab Valeria santai. Reynand menatap Valeria tak percaya, ia dan Valeria sudah berpacaran lebih dari  3 tahun dan itu sudah ia anggap cukup untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, namun jawaban Valeria membuatnya kecewa. "Apa kamu tidak mencintai aku Val, apakah begitu penting tampil sempurna dari pada menikah denganku?" "Tentu, its the most important" Reynand membuang nafasnya kasar, ia kemudian beranjak dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan Valeria. "Reyn.... Kita belum makan" teriak Valeria namun tak diindahkan oleh Reynand, Reynand terlanjur kecewa pada kekasihnya itu, ia bergegas memasuki mobilnya dan tancap gas meninggalkan resto dengan kesal, kenapa fikiran Valeria tetap tak berubah, selalu egois dan mementingkan dirinya tanpa memikirkan Reynand sebagai kekasih. Hari ini Reynand berencana melamar Valeria dengan makan malam romantis namun ucapan Valeria tadi membuatnya membatalkan niatnya itu, Reynand mengeluarkan kotak beludru berwarna biru yang berisi diamond ring dari saku jasnya, ia membuka dan menatap kilau berlian disana, ia menutupnya kembali dan memasukkannya kembali. Ia bingung harus menjawab apa jika mamanya bertanya tentang hal ini, usianya memang sudah matang dan siap berumah tangga namun Valeria belum siap, walau Reynand tidak tinggal bersama kedu orangtuanya namun mamanya sering datang ke apartemennya. Ia tak ingin memikirkan hal itu dulu sekarang. Oooo----oooO  Hari ini Kimberly sudah mulai masuk awal kuliahnya, ia menurut saat pak Radit mendaftarkan dirinya di jurusan filsafat, Ditangannya sudah memegang jadwal kuliah semester pertamanya, juga beberapa buku materi yang harus ia pelajari, ia sedang menuju kelas untuk kuliah pertamanya, ia memasuki sebuah ruangan yang cukup besar, sudah ada beberapa mahasiswa yang ada disana, ia mencari tempat duduk yang nyaman untuk menerima materi yaitu di bangku paling depan, para mahasiswa mulai berdatangan dan memenuhi ruangan, ruangan hampir penuh, Kimberly fokus membaca materi hari ini, suara bising ruangan tak terdengar berubah sunyi, Kimberly yakin dosen sudah datang. Ia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah meja dosen, jantungnya secara mencelos karena terkejut karena melihat wajah dosen itu.  Itu adalah pria yang sama yang mengawasinya di resto beberapa waktu lalu, ia bingung dan heran, tidak mungkin ini adalah suatu kebetulan. Kimberly kurang konsentrasi mengikuti mata kuliah hari ini karena fikirannya terbagi antara memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.  Kimberly segera bergegas keluar ruang kuliah sesaat setelah dosen itu mengakhiri materi, perasaannya tidak nyaman saat pria itu menatapnya.  Sebelum mulai kuliah, ia sudah beberapa kali menjelajahi Jakarta dengan angkutan umum sehingga ia mulai tahu tempat tempat disini, ia sudah mulai terbiasa di Jakarta, kali ini pun ia pulang menggunakan busway yang haltenya tidak jauh dari kampus dimana ia belajar. Papanya menawarkan untuk membelikan Kimberly mobil untuk mobilitasnya saat kuliah namun Kimberly menolak, ia lebih suka naik angkutan umum saja, ia juga ingin lebih tahu kehidupan perkotaan dengan baik angkutan umum.  ~~~ ~~~ Kimberly keluar dari lift apartemen, ia berjalan menyusuri lorong apartemen, matanya tak sengaja melihat sebuah pot tanaman, ada sesuatu yang menarik pandangannya.  Ia terkejut dengan apa yang ia temukan, ia mencari cari mungkin ada seseorang yang lups meletakkan benda itu disana namun tidak ada siapapun  disana, ia pun meletakkan benda itu dalam tasnya dan kembali berjalan menuju unit apartemennya. Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD