Ajakan Bermalam

1469 Words
“Kenapa kau tidak memberitahuku jika sedang berada di Berlin? Kebiasaan!” seru seorang wanita, sembari memukul pelan lengan pria itu. Daren yang baru saja mendudukkan diri di sebuah sofa VIP yang ada di sebuah club malam tersebut tentu saja terkejut. Namun, ia tak terlihat kesal sedikit pun saat mengetahui jika yang memukulnya barusan adalah seorang wanita yang diketahui bernama Chloe. Chloe merupakan teman Daren yang memang memiliki profesi sebagai ‘wanita penghibur’ di club malam tersebut. Daren sempat menawarkan pekerjaan untuk Chloe, namun wanita itu menolak dengan alasan tidak mau memiliki hutang budi pada siapapun. Dan Daren hanya bisa menghargai keputusan wanita itu. Setidaknya, Daren sudah berusaha memberikan pekerjaan yang jauh lebih baik untuk temannya tersebut. “Astaga, Chloe! Aku pikir siapa.” “Jawab! Tidak perlu kaget begitu!” sahut Chloe, memaksa Daren untuk menjawabnya. “Sejak menginjakkan kaki di sini, aku benar-benar sibuk mengurus pekerjaan. Baru ada waktu malam ini sebelum besok aku harus kembali pulang ke New York.” Chloe memutar bola matanya malas. Alasan klasik menurutnya. “Ck! Alasanmu itu-itu terus perasaan setiap kali kemari tapi tidak menghubungiku,” sahut Chloe. Puan itu lantas menuangkan wine ke dalam gelas kosong yang belum dipakai sama sekali, dan menyerahkan gelas berisi minuman tersebut pada Daren. “Ayo minum! Aku tahu kau sedang haus,” Daren menerima tanpa ragu dan meminumnya hingga tandas. Suara tawa kecil dari mulut Chloe terdengar, namun sama sekali tak menarik perhatian seorang Daren Cyrill. Sebab di depan sana, ada pemandangan yang jauh lebih menarik perhatian Daren. Chloe yang sadar dengan keterdiaman Daren sontak mengikuti kemana arah pandangan mata pria itu, dan seketika Chloe paham. Wanita itu lekas berdehem kuat guna menarik atensi Daren. “Kenapa? Kau tertarik dengan wanita itu?” Daren dan Chloe sempat bertatapan sebentar, lalu pandangan keduanya langsung tertuju pada seorang wanita yang tengah menari menikmati musik di atas lantai dansa tersebut. Daren benar-benar tak bisa mengalihkan pandangannya dari wanita cantik itu. Rambutnya yang panjang terlihat sedikit berantakan akibat tubuhnya yang terus bergerak mengikuti alunan musik. Terlihat asyik dan sangat menikmati, walaupun tak terlihat bersama pasangan. Atau mungkin, pasangannya sedang duduk saat ini? Who knows? “Cantik,” puji Chloe. Lalu ia menoleh ke arah Daren. “Kau tertarik dengannya?” Daren menoleh dan menyahut, “kau kenal dengannya?” Chloe menggeleng, dan itu membuat Daren mendengus malas. “Tapi aku bisa membuatmu berkenalan dengannya,” “Ck! Yang benar saja? Mana mungkin kau bisa membuatnya berkenalan denganku?” “Astaga Daren, kau meragukan aku? Aku bisa membuatnya berkenalan denganmu. Jika kau setuju, aku akan mendekatinya sekarang.” “Tidak usah, lagi pula dia pasti datang kemari dengan pasangannya. Jadi—” “Dari awal dia datang sendirian,” sela Chloe dengan santai. Chloe memang sudah menotice wanita cantik itu sejak awal kedatangannya. Dan Chloe sangat-sangat yakin dengan ingatannya sendiri, bahwa wanita cantik itu datang ke club malam tersebut sendirian. “Tahu dari mana kau jika dia datang sendirian?” “Aku belum mendapatkan pelanggan sejak tadi. Jadi wajar jika aku mengetahui wanita itu datang sendirian, karena memang aku terus memperhatikan pintu masuk. Sekalinya dapat, tapi malah tertarik dengan wanita lain.” Daren terkekeh pelan. Ia tahu siapa yang dimaksud oleh Chloe barusan. Tentu saja dirinya. Sebab setiap kali datang ke club malam tersebut, Daren akan selalu ditemani oleh Chloe. Dan Daren akan membayar temannya itu tanpa melakukan apapun. Hanya sekedar menjadi teman minum dan mengobrol. “Aku akan tetap memberikanmu tip!” “Double tip jika aku bisa membawa wanita cantik itu kemari, bagaimana? Deal?” Daren tampak berpikir, sembari menatap wanita cantik itu yang kelihatan semakin seksi saja di depan sana. Sebuah tepukan pada pundaknya membuat Daren menoleh dan menyetujui ucapan Chloe sebelumnya. “Bagaimana? Deal?” tanya ulang Chloe. “Deal!” +++ Chloe benar-benar melakukan apa saja demi uang. Oleh karena itu, ia mendekati seorang wanita yang sebelumnya sudah membuat Daren Cyrill tertarik, demi double tip yang akan ia dapatkan jika berhasil membuat Daren dengan wanita cantik itu berkenalan. Jujur saja, Chloe juga baru melihat wanita cantik itu datang ke club malam tersebut. Sebab setiap malam berada di club tersebut membuatnya sering bertatap muka dengan para pengunjung. Dan wajah wanita cantik itu memang sangat asing di matanya. Chloe tebak, wanita itu bukan asli warga lokal di kota tersebut. “Kau sendirian?” Wanita cantik itu sedikit terkejut, saat tiba-tiba saja seseorang tak dikenal mendekati dan bertanya. Wanita itu bahkan sudah jika pasti orang tersebut mengajaknya berbasa-basi. “Astaga, apa aku membuatmu kaget?” tanya Chloe, memastikan apakah wanita cantik itu benar-benar terkejut dengan kedatangannya. “Ya, sedikit.” “Maaf untuk itu,” Wanita cantik itu mengangguk dan tersenyum, lalu kembali mulai menggerakkan tubuhnya untuk menari. Namun Chloe lagi-lagi menganggu. “Kau belum jawab pertanyaanku, kau sendirian datang kemari?” Chloe kembali bertanya dengan sedikit mencondongkan kepalanya ke arah wanita itu. Wanita tersebut terlihat ragu untuk menjawab. Oleh karena itu, Chloe langsung menunjuk ke arah Daren yang tengah duduk di sofa. Chloe tak mau terlalu lama begini dalam menjalankan misinya. “Temanku ingin berkenalan denganmu. Makanya aku ingin memastikan jika kau—” “Ya, aku sendirian.” sela wanita itu. Chloe tentu saja langsung tersenyum. Ia lantas mengajak wanita cantik itu untuk pergi menemui Daren. Dari jauh saja, Chloe sudah dapat melihat raut wajah Daren yang terkejut. Ia yakin sekali jika Daren pasti tidak percaya karena ia berhasil membawa wanita cantik itu ke hadapannya sekarang. “Ini dia wanita cantiknya. Jangan lupa double tipnya untukku, kawan! Have fun!” seru Chloe. Ia lantas menyentuh pundak wanita cantik itu, lalu kemudian berbisik, “aku tinggal!” Suara deheman dari Daren membuat wanita cantik itu lekas menoleh. Matanya menyipit saat menyadari bahwa Daren tengah menepuk-nepuk pelan space kosong di sampingnya. Wanita cantik itu tentu saja paham dan langsung menempatkan diri di sisi Daren. "Kau menatapku sampai tak berkedip sama sekali sejak tadi. Bahkan sampai sekarang,” ujar wanita itu. "Mungkin karena kau terlalu seksi?" "Oh begitukah Tuan—" "Daren." "Nama yang bagus!" puji wanita tersebut. “Kau asli orang sini?” “Memangnya aku terlihat seperti warga lokal sini?” balik tanya Daren, dan wanita cantik itu hanya mengedikkan kedua bahunya tanda jika ia tak tahu harus menjawab apa. Daren lantas tersenyum tipis dan kembali melanjutkan, “Aku dari New York,” Wanita tersebut sontak membelalakkan kedua matanya terkejut. “Kenapa? Kau dari New York juga?” tanya Daren penasaran. Wanita itu lantas mengangguk mengiyakan dengan cepat. “Kau memangnya tidak tahu siapa aku?” Daren sontak menaikkan sebelah alisnya. “Maksudnya? Kau bahkan belum mengenalkan diri sama sekali. Bagaimana caranya aku bisa mengetahui siapa dirimu, cantik?” “Benar-benar tidak tahu siapa aku?” tanya wanita itu kembali seolah memastikan. Namun, karena Daren menunjukkan reaksi tidak tahu, maka wanita itu lekas menggeleng. “Lupakan,” Daren menatap lekat wanita yang ada di sampingnya itu. Dia berusaha keras untuk mengendalikan diri agar tak hilang kendali. Bagaimana pun juga, ini adalah awal perkenalan mereka. Tapi mengapa Daren sampai berpikir hal yang tak senonoh secara mendadak begini? "Siapa namamu?” tanya Daren. “Kau belum memberitahuku sejak tadi," "Hazel." Ya, wanita itu adalah Hazel. Siapa lagi jika bukan Hazel Oswald? Model cantik yang sedang naik daun itu tentu terkejut saat mengetahui bahwa Daren berasal dari New York, sama dengan sepertinya. Wajar jika Hazel sampai bertanya apakah pria itu mengenalnya atau tidak. Sebab Hazel benar-benar tidak mau jika sampai harus berurusan dengan orang yang mengenalnya. "Pantas," sahut Daren dan salah satu alis wanita tersebut terangkat. Daren tertawa saat wanita cantik itu nampak bingung dengan ucapannya barusan. "Matamu indah. Seindah namamu, Hazel." "Kau orang yang ke 1.001 yang mengatakan hal itu padaku, Tuan Daren." "Oh benarkah? Aku merasa terhormat kalau begitu." Hazel mendecih pelan begitu mendengarnya. Bahkan reflek mengatai pria tampan itu gilaa... Si pria Cyrill sontak kembali tertawa saat dirinya dibilang gila oleh wanita ini. Jujur saja, baru wanita ini yang berani mengatainya gila. Membuat Daren semakin tertantang pada wanita cantik nan seksi ini. "Kau tak bermain dengan wanita tadi?" tanya Hazel tiba-tiba. "Tidak,” jawab Daren secepat kilat. “Kau ingin bermain denganku?" "Menggantikannya? Aku tidak mau." Daren meneguk minumannya kembali saat wanita itu terang-terangan menolaknya dengan mengatakan tidak mau. Sementara itu, Hazel diam-diam melirik sembari menggigit bibirnya kuat saat Daren sedang meneguk minumannya. Jakunnya naik turun membuat desiran aneh mengalir di dalam darahnya. "Gerah sekali di sini," ujar Hazel tiba-tiba. Daren menoleh sambil mengerutkan dahinya. Gerah? Bahkan Daren tak merasakan gerah sama sekali. Panas pun tidak. AC di dalam club malah terasa dingin di kulitnya. Tapi saat Hazel kembali berucap barulah Daren tahu apa maksudnya. "Kau ingin bermalam denganku?" tanyanya dan Daren menyeringai. “Sepertinya aku membutuhkan teman malam ini,” “Tentu. Mau bermalam di hotel mana?” “Mana saja, asal ranjangnya yang kokoh!” jawab Hazel, lalu mengedipkan salah satu matanya dengan genit.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD