chapter 1

350 Words
Didalam sebuah ruangan terdapat seorang gadis remaja terbaring seperti tak punya harapan hidup. Terdapat beberapa alat bantu untuk menunjang keselamatan dan kesembuhan remaja tersebut. "Dok anak saya kapan bangun dari komanya?"dokter hanya menatap pasien sungguh dia bingung apa yang seharusnya dia katakan kepada wanita paruh baya ini. "Ibu berdoa saja atas kesembuhan pasien kalau begitu saya permisi dulu, mari" melihat wanita paruh baya hanya menganggukkan kepala lantas dia pergi dari ruangan tersebut. "Sssstttt", wanita itu saat mendengar suara diatas brankar , lantas dia langsung menekan tombol merah yang berada disamping kanan brankar. "Sayang nak, apa yang sakit bilang sama ibu sayang", remaja itu hanya menatap tanpa membalas. kepalanya begitu sakit apakah saat dia tenggelam kepalanya terbentur. "Arana apa yang kamu rasakan?" Dokter yang ditatap arana menjadi salah tingkah merasa ada yang aneh lantas dokter tersebut menanyakan sesuatu yang membuat ibu arana terkejut . "Boleh saya tanya, apa kamu tau siapa nama lengkap anda nona?. Arana tak bergeming dia bingung siapa arana, dan siapa wanita ini. "Kayanarana Van" semua orang terkejut atas ucapan arana "Lalu siapa nama panggilan anda?". "Kayana, dan siapa wanita ini dok?". Tidak bisa dibendung lagi air mata wanita itu mengalir dengan deras. "Dia ibu anda nona, kalau begitu ada istirahat dan masa pemulihan ada dari pasca koma 7 hari, dan mari Bu kita bicara diruangan saya ada yang harus saya bicarakan kepada ada" . """ "maaf sebelumnya Bu, saya rasa ada sedikit masalah jaringan otak anak ibu, mungkin saja saat arana jatuh bagian kepala terbentur sangat keras, tapi jika dilihat dari lukanya tidak separah itu, maka dari itu dia mengingat namanya tapi tidak dengan sekitar dirinya, jika ini berlangsung lama saya sarankan untuk membawa arana ke psikolog, jika itu memang benar dugaan saya, saya masih belum yakin hilangnya ingatan anak ibu karena jatuh atau gangguan metal, maaf ibu jangan marah ini hanya dugaan sementara". ibu arana hanya mengangguk pasrah atas musibah yang menimpa anaknya. "kalau begitu saya permisi dok", ibu arana hanya menatap kosong lorong rumah sakit yang saat ini sedang sepi karena memang sekarang sudah sangat malam. dirinya lemah melihat putri kesayangannya terluka bahkan melupakan dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD