Duduk Pringas - Pringis

1078 Words
Di sana berbulan - bulan lamanya. Hingga Asmara dinyatakan sembuh. Tak bisa diungkapkan dengan kata - kata betapa senang dan bersyukurnya merrkaDi sana berbulan - bulan lamanya. Hingga Asmara dinyatakan sembuh. Tak bisa diungkapkan dengan kata - kata betapa senang dan bersyukurnya mereka. Momen itu penuh dengan tangisan haru. Perjuangan mereka lagi - lagi membuahkan hasil yang setimpal. Perjuangan panjang mereka lagi - lagi tak sia - sia. Yang mereka harapkan adalah ... Asmara senantiasa sehat setelah ini. Tanpa ada kabar penyakitnya kembali.  Tiga kali mereka mengalami dan mendengar berita yang sama. Rasanya tak pernah terbiasa. Rasanya tetap selalu menyesakkan, menyakitkan. Mereka benar - benar tidak mau mengalaminya lagi. Tidak mau mendengar hal sama lagi. Mereka pulang hari ini. Napas berat nan sesak ketika berangkat dulu, kini berganti menjadi senyuman bahagia. Sama seperti dulu, Emma duduk di sebelah kanan, Rafi duduk di sebelah kiri, mengapit putra mereka Asmara. "Mara, emang kamu beneran nggak punya pacar? Kamu beneran jomblo?" Emma penasaran. Asmara benar - benar singel atau waktu itu ia hanya pura - pura, tidak mau mengaku saja. Rafi melirik ke kanan. "Cieee ... ada yang penasaran. Kenapa? Papi yakin sebenarnya Asmara punya pacar. Nggak hanya satu, tapi lima. Persis kayak Papi dulu." Rafi terkikik mengakhiri kata - katanya. "Ih ... Papi mah. Jelek amat doanya. Asmara nggak mungkin kayak Papi lah. Dia pasti lebih baik. Kalau pun punya pacar, ya satu aja. Diseriusin sekalian. Bukan ngerentengin, tiap gang ada pacar." "Papi nggak tiap gang, Mi. Tapi tiap juruan ada." "Ahelah sama aja kali, Pi."     "Mami kenapa sentimen amat sih. Itu kan cuman masa lalu. Yang penting sekarang kan cuman Mami satu - satunya di hati Papi."     Emma kembali tersipu - sipu. "Awas ya kalau sampai Papi nikah lagi. Mami nggak mau dimadu."     "Nggak mau dimadu, kalau digula mau apa enggak?"     "Aih ... dimadu aja ngga mau, apalagi gula!"     Asmara hanya jadi penonton dan menyimak pertikaian kedua orang tuanya yang lucu - lucu bikin gemes bis geregetan.     "Eh, tapi Mara ... jawab dong tadi pertanyaan Mami. Kamu beneran singel atau sebenarnya ada pacar tapi nggak mau ngaku?" Rafi ternyata juga penasaran. Karena sejak Asmara remaja sampai menjadi pemuda seperti sekarang, ia belum pernah melihat Asmara keluar dengan perempuan, atau mengajak pulang pacar.      Asmara hanya meringis. Ia bingung harus menjawab apa. Sebenarnya ia juga bingung kenapa sama sekali belum tertarik untuk menjalin hubungan dengan seseorang. Asmara juga pernah naksir salah satu temannya. Tapi ia hanya membiarkan rada sukanya. Tidak berniat mendekati dan menjadikan seseorang itu pasangannya.     "Nggak mungkin anak Papi yang ganteng ini beneran jomblo, kan?" Rafi bertanya sekali lagi.     Asmara pun meringis sekali lagi. "Ya gimana ya Pi ya. Aku emang jomblo sih. Terus gimana dong?"     Rafi nampak sedih. Begitu pula Emma.     "Masa sih sayang. Kamu kan ganteng. Pinter. Anteng. Mempesona. Pasti banyak yang mau sama kamu kan."     "Nggak tahu juga deh. Gimana ya. Soalnya tuh aku belum pernah tertarik ngelakuin hal - hal yang kayak gitu. Aku lebih mikirin fokus ke belajar sih."     "Yah, kok gitu sih sayang. Gini lho. Serius belajar itu bagus. Tapi sesekali kamu juga harus melakukan hal - hal yang anak lain lakukan. Bukan sekadar ngikutin tren atau apa, tapi untuk ngasih makan jiwa kamu. Supaya senantiasa terjaga dan fresh."     Asmara terkikik. "Alhamdulillah aku udah cukup seneng kok, Pi. Ngumpul sama temen, ngerjain tugas bareng, ngopi. Itu udah recharge jiwa dan raga banget."     "Ya bener sih. Tapi ... ya masa kamu nggak pengin pacaran gitu sayang. Sayang banget lho kegantengan kamu. Coba lebih peka ke sekitar. Pasti banyak cewek naksir kamu sebenarnya. Tapi kamu nya kurang peka. Tinggal pilih aja yang menurut kamu paling cantik, paling baik. Yang paling pantes jadi pacar kamu. Terus kenalin ke Mami Papi."     Asmara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia bingung. Biasanya orang tua melarang anaknya pacaran supaya fokus belajar. Nah ini, anaknya sudah fokus belajar, malah disuruh pacaran.     "Ya nanti deh kalau aku udah balik ke kampus. Misal ada yang kelihatan naksir aku, langsung aku tawarin jadi pacar."     "Yah, ya gak gitu juga Mara. Gini lho, kamu harus main smooth. Jadi cowok gentleman, ajak kenalan pelan - pelan, ajak main, gitu. Jangan langsung diajakin pacaran. Ya kaget dia pasti."     Rafi terus mengajarkan strategi menggaet pacar ala - nya pada Asmara. Emma sesekali mengoreksi saran Rafi yang terlalu khayal. Sementara Asmara hanya pasrah mendengar sambil pringas - pringis.     ~~~~~ Asmara Samara ~~~~~     Sampai rumah Rafi menggelar syukuran atas kesembuhan Asmara -- lagi. Ia merasa harus lebih banyak bersedekah supaya harta yang ia gunakan untuk memberi makan keluarga lebih berkah, sehingga anak dan istrinya pun akan senantiasa sehat.    Banyak kolega datang, keluarga besar, teman - teman Asmara. Semuanya.    Ia harap setelah ini benar - benar tidak akan terjadi apa pun lagi. Asmara benar - benar menjadi sehat.     ~~~~~ Asmara Samara ~~~~~     Selepas acara syukuran, di dalam kamar Asmara. Cowok itu terdiam menatap langit - langit kamar. Ia sebenarnya memikirkan ucapan Rafi dan Emma di pesawat tadi siang. Ia jadi bingung juga. Kenapa ia belum tertarik sama sekali untuk pacaran.     Apa ia tidak normal? Apa ia memiliki penyimpangan aneh?      Tapi ia rasa tak ada yang salah dengan dirinya. Ia pun pernah naksir seseorang -- camkan itu baik - baik.     Asmara terus fokus menuntut ilmu. Karena ia selalu kepikiran tentang kematian. Karena ia sakit. Karena ia takut meninggal duluan sebelum sempat meraih prestasi yang ia inginkan. Sebelum sempat membuat orang tuanya bangga.     Ya karena itu. Kini Asmara paham.     Sekarang ia sudah jauh lebih sehat tanpa sel kanker terdeteksi dalam tubuhnya. Tinggal auto imunnya saja yang tersisa. Namun masih bisa dikendalikan asal ia tidak bandel.     Atau mungkin .... Saat kembali ke kampus nanti. Ia aka menjalankan saran dari Rafi. Lebih peka pada sekitar. Mencari seseorang yang menaruh hati padanya. Kemudian mulai mendekatinya.     Begitu kah?     ~~~~~ Asmara Samara ~~~~~     Hai hai, Jadi selain cerita Asmara Samara aku juga punya banyak cerita lain di akunku ini.    Semuanya sudah lengkap, sudah tamat, bisa kamu baca sepuasnya     Mereka di antaranya:     1. LUA Lounge     2. Behind That Face (dulu judulnya Adik Suamiku / My Husband's Twin Brother)     3. Nami and the Gangsters (dulu judulnya Tahu Bulat Sayaaaaang Kang Cilok) ini sequel LUA Lounge    4. My Sick Partner    5. The Gone Twin (dulu judulnya NARES)    6. Tokyo Banana    7. Melahirkan Anak Setan     8. Youtuber Sekarat, Author Gila     9. Asmara Samara (on-going)     Sip, sekian pengumuman ini aku tulis     Aku ucapkan selamat membaca     Jangan lupa tekan tanda love warna ungu sampai berubah warna jadi putih    Cukup sekali aja tekannya ya (satu kali untuk satu judul cerita)         Makasih     Sincerely     Sheila     -- T B C --       
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD