Hari ini Bintang sibuk belanja perlengkapan untuk kuliahnya besok. Yap, besok Bintang resmi menjadi mahasiswi di Universitas Seoul jurusan Bahasa Korea melalui jalur beasiswa. Tapi, langkahnya terhenti begitu melihat disebelahnya ada seseorang yang ia kenal sedang duduk bercanda, bahkan saling menyuap makanan.
Bintang menatap orang itu dengan tatapan tajam. Han, kekasihnya, yang tau ada Bintang langsung bangkit berdiri dengan wajah terkejut.
Han ketahuan selingkuh.
"Aku bisa jelasin," katanya dengan wajah panik.
Bintang melirik perempuan yang ikut berdiri seraya menyentuh tangan Han. Perempuan itu, temannya sendiri. Mereka berteman sejak kelas 1 SMA dan satu-satunya orang yang bisa Bintang percaya setelah Han adalah dia, Sakura.
Bintang hanya berdecak seraya memutar bola matanya malas. Hatinya sakit, tapi ia tidak boleh menangis dan kelihatan lemah di depan mereka berdua kan?
"Kita udahin aja," ucap Bintang dengan tatapan tajam lalu ia berlalu pergi.
"Bintang!!"
Bintang segera keluar dari kafe. Ia menatap langit yang mendadak mendung. Padahal ramalan cuaca mengatakan kalau hari ini tidak turun hujan.
"Ah, sial." Bintang berjalan menelusuri jalan yang sudah sedikit basah karna gerimis.
Air matanya mengalir begitu saja. Hatinya sesak, mengetahui kekasihnya yang sudah bersama dengannya selama 4 tahun bermain dibelakangnya. Bintang berhenti melangkah saat hujan mendadak semakin deras. Ia menatap langit seraya menghapus air matanya.
Saat ia ingin kembali melangkah, highheels yang ia kenakan talinya putus.
Bintang menghela nafasa berat, bahkan air matanya kembali mengalir, "ah, kenapa gini sih?"
Orang-orang yang melewatinya, menatapnya dengan tatapan aneh. Tidak ada yang mau menolong. Sedangkan bajunya sudah hampir basah kuyub. Bintang menangis seraya mengambil highheels-nya. Ia memilih tidak mengenakan heels-nya lagi dan berjalan dengan kaki yang kosong tanpa sepatu.
Tapi langkahnya kembali terhenti saat ia melihat kafe yang cukup menarik perhatian di depannya. Bintang menatap jam tangannya yang menunjukan jam 11 malam, lalu matanya kembali teralih ke-kafe yang sepertinya sebentar lagi tutup. Karna mengetahui kafe-nya mau tutup, ia buru-buru masuk kedalam.
Laki-laki yang sedang berdiri di kasir menatapnya dalam diam sampai akhirnya Bintang berjalan mendekat.
"Maaf tapi sebentar lagi kafe kami akan tutup," kata lelaki itu.
Bintang menatap nametag lelaki itu, Matthew Kim. Lalu ia menatap Matthew seraya tersenyum kecil, "aku pesan Americano untuk dibawa pulang."
Matthew menatap jam dinding sebentar, karena masih ada waktu sedikit dan ia belum merapihkan apapun, ia mengangguk dan melayani Bintang sebagai pengunjung terakhir, "baik."
Setelah melihat saldonya, Bintang segera membayar. Sedangkan Matthew langsung melayani pesanan Bintang. Bintang tidak duduk, ia memilih berdiri menunggu di depan kasir.
Ia menatap handphone-nya yang terus bergetar. Menampilkan nomor telepon Han, mantan kekasihnya. Bintang hanya tertawa samar lalu memutuskan untuk menonaktifkan handphone-nya. Ia menangis lagi. Padahal ia tidak ingin menangis ditempat umum, tapi hatinya tidak lagi bisa menahan rasa sakitnya.
"Ini pesanan anda."
Bintang mengangguk. Matanya mendadak buram karna air matanya. Bukannya mengambil dengan benar, Bintang malah menjatuhkan kopinya.
"Ah, maaf," ucap Bintang yang terlihat kebingungan.
Untuk kesekian kalinya ia menghela nafas berat dan terus menangis. Ia kesal, semuanya tidak berjalan lancar sesuai rencananya hari ini. Ia memberikan naskah kepada penerbit tapi penerbit menolaknya karna naskah yang Bintang tulis masih kurang memuaskan. Ia mencoba menghibur diri dengan cara membeli persiapan untuk kuliah besok, tapi ia malah bertemu dengan pacarnya yang selingkuh dengan temannya sendiri.
Matthew hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia segera mengambil kain pel dan merapihkan tumpahan kopinya. Matthew terlihat tenang dan tidak marah padanya. Ini karena Matthew ingin cepat pulang kerumah. Bintang hanya bisa melihat seraya menahan tangisannya. Ia bingung bagaimana harus membantu Matthew.
Menyadari Bintang yang tidak kunjung pergi, Matthew menatapnya, "maaf, aku gak bisa buat kopinya lagi, karna kami sudah tutup."
"Ah, ba—baik, sekali lagi maaf." Bintang langsung berlalu pergi.
Matthew hanya menatap kepergian Bintang yang menerobos hujan begitu saja. Ia juga bingung dan ingin bertanya kenapa ia menangis. Matthew hanya takut kalau ada seseorang yang mengganggunya atau ia membutuhkan bantuan seseorang. Tapi seperti biasanya. Karena Matthew anak yang dingin, ia hanya bertanya-tanya didalam kepalanya tanpa bertindak langsung.
"Harusnya gue pinjemin payung juga ya?" katanya yang merasa tidak enak. Tapi ia memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi. Ia harus segera pulang karna besok ada upacara penyambutan mahasiswa baru di kampusnya.
-
Bintang membuka matanya karena sinar matahari yang menyapa wajahnya melalui jendela. Ia menatap jam di handphone-nya lalu matanya membulat karena ia terlambat.
"Ah!" Dengan cepat ia bersiap-siap. Tapi saat ia ingin bersiap, seseorang yang sudah berpakaian rapih berdiri terkejut di depannya.
"Udah bangun akhirnya," katanya dengan senyum tipis.
Ya, Bintang tinggal di kos dekat dengan kampusnya. Yah, walaupun masih harus naik satu bus lagi, tapi perjalanan menuju ke kampusnya menjadi lebih dekat dibanding dari rumah tempat ia tinggal. Dan ditempat kos-nya ini, ia harus tinggal dengan satu orang lainnya.
"Eoh, gue harus buru-buru kita kenalannya nanti aja ya, bye!" Bintang langsung masuk kamar mandi sedangkan teman sekamarnya hanya tertawa lalu segera berlalu pergi ke kampus. Ini kali pertama Bintang bertemu dengan teman sekamarnya. Sejak dua hari yang lalu Bintang tinggal disini, temannya belum datang. Hanya barang-barangnya saja yang ada disini.
Hari ini Bintang akan menggerai rambutnya karena semalam ia sudah keramas. Dengan terburu-buru ia memakai bajunya dan segera meninggalkan kamar kos-nya. Selagi Bintang berlari menuju halte bus, mari kita lihat biodata Bintang.
Bintang Tarasha, ia lahir di Korea. Umur 19 tahun kelahiran 2000, 02 desember. Zodiak-nya Sagittarius dan Shio-nya Naga. MBTI-nya adalah INTJ. Kalau kalian tidak tau apa mbti itu, itu semacam bentuk kepribadian seseorang.
Bintang anak perempuan kedua di keluarganya. Kakak laki-laki pertamanya, Jiso sudah menikah dan menyisakan Bintang seorang di keluarganya. Bintang merupakan anak angkat dari Ayahnya, Kim dan Ibunya Jennie. Ia diangkat dari panti asuhan karna waktu itu Jiso menginginkan seorang adik.
Bintang sedikit diasingkan saat diangkat oleh orangtua barunya. Orangtua barunya sangat menginginkan anak yang cukup pintar dan handal dalam berbagai hal seperti Jiso. Karena keluarganya berada digolongan yang berada dan lingkungan teman-teman kedua orangtua Bintang senang persaingan, mereka jadi saling mengadu kepintaran anak-anak mereka.
Setiap setahun sekali pertemuan, mereka selalu memamerkan kemampuan anak-anak mereka. Bahkan dilingkaran keluarganya juga begitu. Tapi Bintang bukan tipikal anak yang seperti itu. Maka dari itu, orangtuanya terkadang senang memarahinya atau bahkan memukulnya kalau ia tidak menjadi apa yang kedua orangtuanya inginkan.
Bintang tumbuh menjadi anak yang kesulitan untuk mempercayai dirinya. Ia semakin tertutup, sulit membuka diri, dan terkadang ia sering terkena panic attack jika ia tidak bisa mengerjakan sesuatu yang harusnya ia kerjakan. Ia hanya terbiasa dengan Han dan Sakura. Hanya mereka yang bisa ia percaya. Tapi entah kenapa mereka malah tega merusak kepercayaannya.
"Ah! Tunggu sebentar!" teriak Bintang saat ia melihat bus arah tujuan ke kampusnya yang ingin melaju.
Ia berlari sekuat tenaga agar tidak tertinggal. Tiba-tiba saja, ada lelaki disebelahnya yang juga berlari lebih cepat darinya. Bintang hanya menatap lelaki yang tidak asing dimatanya itu dalam diam. Tidak mau berfikir panjang, ia terus berlari, yang penting ia naik dulu ke bus.
Berhasil tidak ditinggal, Bintang menarik nafas lega. Ia segera duduk dan bersandar pada punggung kursi. Lelaki yang ikut berlari tadi duduk di depannya. Bintang bisa melihat punggungnya yang lebar dari belakang, lalu matanya membulat ketika mengingat siapa dia.
"Matthew," gumam Bintang yang langsung membuat Matthew menoleh, "eh?"
Matthew hanya diam, menunggu apa yang akan Bintang katakan.
"Gue bintang, yang numpahin kopi semalem," kata Bintang mengingatkan kejadian memalukan semalam.
"Oh," jawab Mattew singkat lalu ia kembali menghadap kedepan.
Hah? Cuek banget.
"Maaf soal semalem—"
"Pemberhentian selanjutnya Universitas Seoul, pemberhentian selanjutnya Universitas Seoul." Suara pemberitahuan bus terdengar.
Dengan segera Matthew menekan tombol merah di dekatnya agar bus berhenti di halte selanjutnya. Bintang juga bersiap untuk turun. Ternyata mereka satu universitas.
Saat bus berhenti di halte, Bintang dan Matthew segera turun. Ia ingin meminta maaf pada Matthew dengan mentraktirnya makan di kantin, tapi Matthew sudah pergi lebih dulu.
"Susah diajak ngobrol kayaknya, ya?" Keluh Bintang pada diri sendiri. Ia tidak ambil pusing, ia bisa datang ke kafe itu lagi, nanti.
Saat Bintang ingin berjalan, seseorang menarik tangannya. Matanya langsung membulat begitu pacarnya berdiri dihadapannya, “Han?"
Han tidak menjawab. Ia tetap menarik Bintang pergi ke taman Universitas untuk menjelaskan apa yang sudah terjadi kemarin. Masih ada 20 menit lagi sebelum acara dimulai. Mereka berhenti di dekat danau. Angin musim panas yang kencang, cukup membuat suasananya menjadi sedikit lebih sejuk.
"Apa lagi?" tanya Bintang yang tidak ingin menatap mata Han.
Ia tau, kalau ia menatap matanya maka ia akan kalah. Ia akan memaafkan kesalahan Han begitu saja dan terjebak dalam dunia Han lagi. Ia tidak ingin begitu, ia harus menguatkan pendiriannya untuk tidak kembali. Lagipula ini keputusan yang tepat menurutnya.
"Maaf," ucap Han dengan wajah bersalahnya. Dia selalu begitu jika bertengkar.
Bintang menghela nafas lalu menatap Han tajam, ia harus terlihat tegas dan berani, "maaf gak bikin hati aku sembuh kaya sedia kala, Han."
"Terus aku harus gimana supaya kamu maafin aku?"
"Gak ada yang harus kamu lakuin, karena kita udah selesai," jawab Bintang.
Han menyentuh kedua tangan Bintang, "gak, Bi, aku gak bisa tanpa kamu."
Bintang hanya tertawa sinis. Omongan klasik Han membuatnya ingin muntah sekarang.
"Kasih aku kesempatan sekali ini aja ya? Waktu kamu pulang sekolah dianter Haechan aku gak marah," kata Han yang langsung membuat mata Bintang sedikit membulat. Haechan adalah teman sekelasnya dulu.
Bintang hanya tertawa, "waktu itu aku lagi sakit, ya? Itu bukan selingkuh."
"Tapi tetep aja aku kan punya perasaan,"
"Hah? Aku sakit dan terpaksa harus Haechan yang anter karna kamu tanding basket."
"Aku juga kan pacar kamu, aku juga punya perasaan. Kamu bisa aja nunggu aku dulu di UKS biar aku yang anter kamu," kata Han yang masih tidak ingin kalah.
Bintang hanya menghela nafas. Setelah masalah besar kemarin ia jadi tau sifat asli Han adalah cowok yang manipulatif. Bagus Han menunjukan sifatnya sekarang. Bintang jadi mudah melupakannya atau bahkan tidak mau mengenalnya lagi.
Padahal masalah Bintang yang diantar teman sekelasnya itu sudah cukup lama, tepatnya saat ia masih SMA. Tapi entah kenapa, Han malah mengungkitnya. Terlihat jelas sekali kalau ia tidak mau ada diposisi yang salah. Ia membuat bintang seolah-olah orang yang menghancurkan hubungan ini. Padahal nyatanya Han yang menghancurkannya.
Simple saja. Lelaki terkadang tidak ingat, sudah berapa banyak kesalahan yang ia buat. Tapi kalau perempuan yang baru saja membuat sekali kesalahan, akan ia ingat seumur hidup. Seolah dengan satu kesalahan itu, akan membuat si perempuan menyesal seumur hidup, padahal tidak sama sekali.
Begitulah ciri-ciri lelaki yang memiliki sifat manipulatif.
"Aku gak mau ngomong kalo kamu cuma bahas masalah lama yang udah selesai. Aku juga gak mau buang-buang waktu disini, karena sebentar lagi acara dimulai." Bintang segera berbalik dan berlalu pergi. Tapi tangannya kembali ditarik oleh Han.
"Maafin aku, aku gak sengaja ngelakuinnya," ucap Han.
Alis Bintang naik satu, "kalo aku maafin kamu sekarang, kedepannya kejadian kaya gini lagi, kamu bakal bilang gak sengaja lagi lakuinnya?"
"Enggak, Bi, aku gak akan ulangin lagi. Aku gak bisa hidup tanpa kamu."
"Lepas." tegas Bintang yang berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Han. Tapi Han tidak melepaskannya.
"Lepasin, Han! Tangan gue sakit!"
Tiba-tiba saja ada tiga orang laki-laki datang. Mereka melihat Han yang menyakiti Bintang, jadi salah satu dari mereka bergegas untuk memisahkan.
"Bisa lepasin?" kata salah satu cowok dengan rambut yang sedikit berantakan. Memakai anting seperti Idol dan pakaiannya sedikit berantakan.
"Lo siapa?" tanya Han dengan wajah yang sok berani. Padahal Bintang tau kalau ia sedang ketakutan.
"Gue Lucas, anak Bahasa Korea. Bisa lepasin dia?" tegasnya sekali lagi.
Han menatap Bintang sebentar lalu ia melepaskan tangannya dan berlalu pergi dengan kesal. Bintang menatap pergelangan tangannya yang memerah seraya meringis.
"Lo gak apa-apa?" tanya Lucas. Dua temannya yang berdiri dibelakangnya ikut menatap Bintang.
Pipi Bintang merah karna ia ingin menahan tangisnya. Ia malu sekali dengan kejadian barusan, jadi ia memilih mengangguk sebagai jawaban.
"Lo mahasiswi baru jurusan Bahasa Korea juga kan?" tanya salah satu temannya.
Bintang mengangkat wajahnya, "iya, kok bisa tau?"
"Ah, bener berarti. Gue Lion dan ini Bagas. Kalo yang di depan lo, udah tau kan? Dia Lucas. Kita dari jurusan Bahasa Korea juga," ucap Lion dengan bangga.
"Lo bisa tau gue darimana?" tanya Bintang sekali lagi.
"Dia suka stalk cewek cantik digrup," jawab Lucas dengan tawanya.
Bintang hanya mengangguk canggung, "oh, begitu."
"Lo bareng kita aja supaya gak diganggu. Belum dapet temen kan?"
Bintang menggeleng sebagai jawaban.
"Okay, let's go!" seru Bagas yang langsung merangkul Bintang untuk pergi keperkumpulan kelas.
Duh, gue gak tau ini pilihan baik atau enggak bertemen sama cowok tapi yaudah gue jalanin aja. Batin Bintang yang mengeluh.
Ia hanya pasrah bagaimana kehidupan kampusnya akan berlangsung kedepannya.