PROLOG

970 Words
    Kota New York, AS    Seorang wanita berpakaian cukup sexy dengan rambut yang ia sanggul menampakan leher jenjang putih dan mulus, tak sedikit yang menatap wanita itu penuh minat apalagi jika melihat tubuh proposional wanita itu. wanita cantik itu berdiri di samping bar tender menikmati suasana pesta dari kejauhan sambil menyesapkan segelas wine yang berada di tangan kanannya, Dia memakai dress berwarna biru yang melekat dengan pas ditubuhnya, sesekali dia tersenyum saat menyadari beberapa pasang mata memperhatikannya tanpa mengalihkan pandangan mereka, dia tersenyum bukan maksud untuk menggoda namun untuk menunjukan sikap santunnya saat berpapasan dengan orang lain, apalagi orang tuanya memiliki sebuah perusahaan yang membutuhkan banyak koneksi dan kenalan, dia harus selalu bersikap ramah pada siapapun demi kelancaran bisnis keluarganya itu, Selagi orang itu tidak bersikap berlebihan. "Maggie?" seorang gadis dengan rambut blonde menepuk bahunua gadis tadi. Dia menoleh, terdiam beberapa saat sebelum akhirnya bicara, "Hai, Michelle?" katanya memastikan. Gadis yang dipanggil Michelle itu mengangguk, "Sudah lama gak ketemu, makin cantik saja!" pujinya "Haha, kamu juga banyak berubah sekarang, ku dengar kamu akan segera menikah. Selamat ya!" balas Maggie.  "Begitulah, aku ingin menikah dengan dana tabungan kami,jadi acaranya mungkin masih sekitar 3 sampai 4 bulan lagi kira-kira. doakan saja semoga lancar." Maggie memangut-mangutkan kepalnya setuju dengan ucapan sahabat lamanya ini. Alunan musik DJ mulai dimainkan, pesta yang bernuansa Formal itu berubah menjadi nuansa club malam yang meriah. "Aku dengar kalau kamu baru saja keluar dari dunia modelling, kenapa?" Maggie mengangguk, dia menaruh gelasnya yang sudah kosong ke meja. Maggie menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sebenarnya dia juga bingung harus menjawab apa "Sebenarnya aku ingin mencari pengalaman baru, dan pekerjaan baru." Kata Maggie pada akhirnya walaupun dia sendiri Kurang yakin. Mendengar perkataan Maggie, mata Michelle berbinar-binar, sebuah ide terlintas di otaknya, "Benarkah begitu? kalau begitu apa kau mau bekerja di kantor yang sama seperti ku? aku ditugaskan untuk mencari sekertaris untuk boss ku, kalau aku belum menemukannya dalam 2 hari, maka aku akan di pecat, lalu setelah aku dipecat bagaimana dengan acara pernikahan ku? untunglah kau kebetulan sedang mencari pekerjaan, jadi kalau kau berniat untuk menerima tawaran dan membantu ku kau bisa segera hubungi aku!" Michelle terlihat sangat antusias saat mengatakannya, seperti sedang mendongeng. lalu dia merogoh sesuatu di tasnya, sebuah kartu nama. Maggie hanya diam menerima kartu nama tersebut, masih mencerna perkataan Michelle yang tidak memberi jeda setiap kata yang keluar dari mulutnya tadi. "Aku tidak bisa berlama-lama disini, Peter pasti sudah menungguku, ku tunggu kabar baik darimu." lalu gadis itu bergegas pergi dari area bar kearah dansa. Maggie terlihat membolak-balikan kartu tersebut, memperhatikan kartu itu dengan lekat dan cermat. Tertera disana sebuah nama perusahaan dan jabatan yang kini Michelle tempati. General Manager di S'ARO Company's, Maggie merasa familiar dengan nama itu, itu adalah nama perusahaan terbesar di Amerika saat ini, walaupun perusahaan itu sepertinya memiliki seorangan pesaing yang cukup kuat, Maggie dengar bahwa pesaing perusahaan itu dengan pemilik S'ARO company's sebenarnya bersaudara. Maggie jadi sedikit tertarik dengan pekerjaan yang ditawarkan oleh Michelle, sekertaris di perusahaan sebesar S'ARO Company's pasti memiliki gaji yang cukup besar selain itu menjadi sekertaris akan menambah pengalaman bekerjanya, ia fikir pekerjaan itu tidak terlalu sulit baginya. "Selamat malam tuan-tuan dan nyonya-nyonya yang terhormat, perkenalkan nama saya Jonathan, sebagai MC acara hari ini, mungkin sebagian dari kalian sudah mengenal saya." kata sang MC dengan nada bercanda membuat mereka semua tertawa, siapa yang tidak mengenal Jonathan? si pengusaha sukses yang hobinya bersantai dan malah lebih sering terlihat menjadi MC di sebuah pesta dari pada hadir di kantornya? mungkin menjadi MC adalah sebuah hobi baginya. Walaupun hobinya itu cukup aneh "Sekarang saya ingin mengajak kalian memainkan sebuah game, namun karena sangat banyak tamu yang berada disini, jadi saya akan memilih peserta disini secara acak!" jelas Jonathan. Walaupun dia tidak sungguh-sungguh memilih peserta secara acak. Hanya pewaris dari perusahaan besarlah yang akan ikut serta dalam permainan ini. "Permainan ini saya namakan 'Triple M' atau bisa kalian sebut Meet My Mate." entahlah, nama itu terlintas begitu saja di kepala Jonathan. "Kalian akan berdansa secara berpasang-pasangan lalu berganti pasangan dengan acak saat lagu berganti." "Apa kalian siap? langsung saja, saya panggilkan pesertanya, Sharoon, Katharine, Michelle, Arianna, Maggie, dan Avril, untuk prianya adalah Xavier, Peter, Dominic, Ansel, Aaron, dan Lukas."kata Jonathan sambil membaca secarik kertas daftar tamu yang ada di tangannya satu persatu. "Untuk yang saya sebutkan namanya mohon untuk segera naik ke latar! Dan mungkin saja kalian akan benar-benar menemukan belahan jiwa kalian." godanya. Mereka semua, orang-orang yang dipanggil namanya. langsung berkumpul dengan memakai topeng di wajah mereka, saat lagu sudah dimulai mereka mulai berdansa, sesekali mereka berbincang dan bergurau. Hal ini adalah trik untuk mendekatkan para pewaris nantinya demi kelancaran bisnis masing-masing. Begitupun Maggie, dia sangat menikmati dansanya kali ini. Namun saat di lagu terakhir seorang pria menyentuh, meremas dan mencium tubuh Maggie dengan lancangnya. Untung saja cahaya lampu disini minim sehingga kelakuan pria tadi tak terlihat oleh tamu lainnya, hanya saja Maggie yang merasa tidak nyaman sekarang ini, karena pria yang saat ini menjadi Mate dansanya sangat kurang ajar. "Katakan berapa?" tanya pria itu dengan suara bariton dan sedikit serak entah mengapa. "Apa maksud anda sir?" jawab Maggie Formal. "Tidak perlu sok suci, aku ingin kau menari diatas ranjangku sekarang juga!" perkataan selanjutnya yang keluar dari mulut pria itu dihadiahi tamparan panas yang mendarat dengan mulus dipipi pria itu, dan Maggie pergi begitu saja dengan wajah merah karna marah. Persetan dengan acara itu. Yang satu-satunya ingin dia lakukan adalah menenangkan pikirannya dirumah. "Jaga ucapan anda sir!!" Kata Maggie dengan tegas sebelumnya. Tanpa Maggie sadari, pria itu terus saja memperhatikan kepergian Maggie dengan penuh minat. Matanya tak lepas dari tubuh bagian belakang Maggie yang sangat memancing gairahnya. 'Aku akan mendapatkan mu bagaimana pun caranya, kau milikku dan jangan pernah berfikir bisa lepas dariku dengan mudah setelah kau menamparku, hanya dengan tamparanmu saja kau telah membangunkannya' batin pria itu menyeringai Para tamu lainnya yang menyaksikan itu dibuat bingung dengan sikap sepasang Mate dansa itu, suara tamparan yang Maggie berikan cukup keras untuk membuat mereka menjadi pusat perhatian. Mereka bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan kedua orang berlawan jenis itu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD