1.

1171 Words
Dasta memperhatikan sebuah mobil mewah yang berhenti tepat di depannya. Kaca mobil terbuka dan menampilkan wajah tampan seorang pria yang tersenyum ramah padanya. "Abang Shaka?" seru Dasta tak percaya. "Iya, ayo masuk ke dalam. Biar Abang antar pulang." ajak Shaka. "Enggak usah bang, biar Dasta naik angkutan umum saja." tolak Dasta merasa tak enak pada Abang sahabatnya ini. "Ehmm, jadi kamu menolak ajakan calon suamimu ini ya?" pancing Shaka yang dari nadanya terdengar sedikit tak suka dengan penolakan Dasta. Dasta menggeleng. "Kalau begitu, ayo masuk." ajak Shaka lagi masih dengan senyuman manisnya. Dasta mengangguk dan masuk ke dalam mobil tanpa menunggu perintah yang kedua kali dari Shaka. "Eh!"Dasta berjengit kaget ketika tanpa aba-aba Shaka memasangkan safety belt untuknya. Setelah selesai, Shaka tersenyum seraya mengacak pelan rambut halus milik Dasta. Menghidupkan mesin mobil dan mengendarainya dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan yang ada hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Keduanya tenggelam dalam pemikiran masing-masing. "Kamu, sungguh menerima perjodohan ini kan, Dasta?" ucap Shaka membuka obrolan. "Kalau Abang sendiri, bagaimana?" tanya balik Dasta. Shaka tersenyum. "tentu Abang menerimanya." "Kenapa?" satu kata pertanyaan yang meluncur keluar begitu saja dari mulut Dasta. "Jawabannya mudah saja. Karena cinta datang tanpa alasan, Dasta." Dasta terdiam. Ia mencerna begitu dalam kata demi kata yang Shaka ucapkan. "Apakah Abang Shaka mencintaiku?" Shaka kembali tersenyum, namun ia tetap bungkam tak menjawab pertanyaan kedua dari Dasta. Dasta jadi sedikit ragu akan hal itu, tapi sebisa mungkin ia bersikap tenang. Benarkah Abang dari sahabatnya ini menerima perjodohan ini karena rasa cinta? Atau hanya keterpaksaan belaka? Beberapa menit kemudian mobil Shaka berhenti di sebuah rumah sederhana. Shaka mematikan mesin mobilnya. "Terima kasih ya kak, sudah mau repot-repot mengantarkanku." ucap Dasta tulus. "Sama-sama," jawab Shaka singkat. Dasta melepaskan saefty belt-nya membuka pintu mobil bersiap keluar. Shaka menarik tangan Dasta, membalikkan tubuh wanita itu agar menghadapnya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Dasta. Cup. Dasta terbelalak dengan ciuman mendadak Shaka yang mendarat tepat di bibirnya. Awalnya hanya kecupan berupa sapuan ringan. Namun mampu mengalirkan perasaan aneh di diri Dasta, darahnya berdesir ketika bibir Shaka bergerak melumat bibirnya. Hanya sebentar, kemudian Shaka melepaskan cumbuannya di bibir Dasta. Dasta yang syok hanya mampu terdiam, pikirannya masih belum pulih sempurna efek dari ciuman Shaka. "Ciuman pertama kita," bisik Shaka di telinga Dasta yang seketika membuatnya bergidik merinding. "Turunlah, dan masuk ke dalam rumah terus langsung tidur. Oke." bagaikan hipnotis Dasta menganggukkan kepalanya dan mengikuti titah Shaka. Shaka melihat punggung Dasta yang sudah turun dari mobil dan kini melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Senyuman samar di wajah Shaka tampak begitu mengerikan. "Aku tidak sabar menantikan saat itu tiba." ucap batin Shaka penuh teka-teki. ****** Shaka membuka pintu rumahnya yang langsung di sambut riang oleh sang mama tercinta. Shaka mendengkus melihat senyuman di wajah bu Marwa. Bu Marwa mendekat ke arah putranya masih dengan senyuman yang terpatri di wajah cantiknya. "Bagaimana?" tanya bu Marwa. "Bagaimana apanya ma?" tanya Shaka bingung. "Dasta, apa kamu mengantarkannya pulang tadi?" Shaka mengangguk. "Apa reaksi gadis itu ketika melihatmu menjemputnya?" Shaka sama sekali tak berniat menjawab pertanyaan ibunya, lelaki itu lebih memilih melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Bu Marwa melihat punggung anaknya yang perlahan jauh. Meskipun kecewa dengan respon Shaka, tapi bu Marwa mencoba sabar. Shaka pasti hanya sedang lelah, makanya terlihat kusut begitu. Karena bu Marwa meyakini jika Shaka menyukai Dasta, gadis pilihan yang pilihkan sebagai calon istri untuk putranya. Dasta sendiri adalah sahabat Rasty, putri bungsunya. Yang sudah berteman lama sejak mereka masih duduk di bangku SMP. Saat itu untuk pertama kalinya Dasta mampir datang ke rumah Rasty dan langsung mengambil posisi tepat di hati bu Marwa. Sikap sopan dan santun Dasta membuat bu Marwa kepincut untuk menjadikannya sebagai mantu idaman. Dari situ bu Marwa sudah mengincar Dasta, dan harus menjadikan wanita itu istri untuk putranya, Shaka. "Bagaimanapun caranya, mereka harus bersatu!" tekad bu Marwa sangat yakin. ******* Dasta meraba bibirnya yang tadi di kecup oleh Shaka, tidak! Bukan hanya mengecup, tetapi lelaki itu bahkan melumat lembut bibirnya. Mengingat itu, d**a Dasta kembali berdesir hebat. Bayangan ciuman tadi seakan mengalirkan rasa aneh dalam diri Dasta. Pipi Dasta bahkan rasanya sangat panas apabila ia terus mengingat kejadian di mobil tadi. Jika Dasta bercermin, bisa di pastikan pipinya yang merona memerah bak kepiting rebus. "Apakah aku harus menceritakan hal ini pada Rasty?" gumam Dasta teringat akan sahabatnya yang kini tengah mengandung 5 bulan. Sepertinya ide bagus jika ia menceritakan yang terjadi di mobil tadi pada Rasty. Karena selama ini, mereka berdua selalu bercerita tentang apapun. Tak ada kebohongan ataupun rahasia di antara mereka, mau hal kecil atau besar sekalipun baik Dasta maupun Rasty akan mengatakannya. Dasta menghubungi nomor ponsel Rasty, cukup lama ia menunggu panggilannya di angkat. Namun sayang, Rasty tak kunjung mengangkat panggilan teleponnya. "Apakah mungkin dia sudah tidur?" gumam menebak-nebak. Dasta melihat jam di layar ponselnya yang menunjukkan pukul delapan malam. Aneh! Baru jam segini dan Rasty sudah tidur. Pikir Dasta ragu. Dasta membaringkan tubuhnya di kasur miliknya yang tak terlalu empuk dan tak terlalu besar itu. Lelah seharian bekerja membuat mata Dasta seperti di duduki gajah, terasa berat dan mengantuk. Akhirnya, Dasta yang sudah tak kuat lagi menahan kantuknya pun langsung tertidur. Melupakan makan malam dan mandi. ******** Shaka berdiri di bawah pancuran shower, membiarkan tubuh kekar telanjangnya basah oleh air yang mengalir deras tanpa niat ingin mandi. Lelaki itu tampak termenung dengan raut wajah kesal. Sesekali kedua tangannya tampak mengepal kuat, dan meninju pelan dinding tembok kamar mandi. Shaka berusaha menahan amarahnya, menormalkan dirinya sebaik mungkin. Setelah di rasa cukup, Shaka mematikan shower dan melilitkan handuk putih dari bawah pinggang sampai lututnya. Masuk ke dalam walk in closet dan mulai memilih sepasang setelan pakaian kerja beserta dalamannya. Selesai dengan itu, Shaka beralih ke arah dasi dan mulai mencari warna dasi yang cocok dengan jasnya. Shaka bercermin saat akan memakai dasinya, kemudian beralih ke laci penyimpanan khusus arloji mewahnya. Shaka mengambil salah satu arloji favoritnya. "Sempurna," ucapnya begitu puas dengan penampilannya. Shaka melangkah keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju ruang makan. Disana tampak keluarganya tengah berkumpul. Mama, papa, beserta adik dan adik iparnya tengah menikmati sarapan mereka. "Pagi semuanya," sapa Shaka tersenyum seperti biasanya. "Pagi." jawab ke empatnya serempak. Shaka menarik kursi si sebelah Rasty, Rasty menoleh dan tersenyum manis ke arah kakaknya itu. "Abang?" "Ya?" "Malam ini ajak Dasta ke rumah ya bang, aku merindukannya." pinta Rasty dengan mata berbinar. "Ide bagus, mama setuju." sahut bu Marwa menimpali keinginan Rasty. Shaka mengurungkan niatnya yang ingin sarapan, lelaki itu bangkit berdiri seraya merapikan pakaiannya. "Aku berangkat ke kantor, sampai nanti." pamit Shaka pada semua orang. Rasty tampak kecewa dengan Abangnya, Shaka sama sekali tak menjawab baik menyetujui ataupun menolak permintaannya. Bu Marwa yang mengerti dengan perubahan wajah Rasty pun langsung sigap memenangkannya. "Sudah jangan sedih, mama yakin pasti abangmu akan membawa Dasta ke rumah malam ini." "Sungguh ma?" bu Marwa mengangguk. "Nah, gini dong sayang. Ceria lagi, kamu tahu, ibu hamil gak boleh cemberut. Nanti baby-nya ikut cemberut, mau?" "Iiihhh, gak mau lah ma." elak Rasty membuat semua orang terkekeh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD