2

1210 Words
Banyak hal sederhana yang membuatku senang, sesederhana senyummu yang menghangatkan relung hatiku yang terasa mulai kedinginan sebelumnnya _ Braak! Valerie menggebrak meja dengan gemas, membuat ketiga temannya terlonjak kaget, dan parahnya Wanda malah tersedak minumannya sendiri. "ihhh Val, lo ga usah pakai ngegebrak meja gitu dong. Kaget tau"seru Naya yang langsung mengelus dadanya, sementara Mentari membantu Wanda yang mengelus punggung gadis itu karena tersedak Valerie hanya diam, kemudian secara perlahan senyum terbentuk di wajah gadis itu. Membuat ketiga sahabatnya ingin sekali melemparkan Valerie dari lantai atas kelas mereka "lo harus temuin pengirim memo ini Tar"Valerie tampak antusias memandang Mentari Jadi, kenapa Valerie itu heboh sendiri alasannya karena Mentari yang menunjukkan kepada ketiga sahabatnya itu tentang memo yang Mentari dapatkan pagi tadi. Dan Mentari tak tau bahwa respon paling berlebihan akan ditunjukan Valerie atas memo itu. "gue mau, tapi nanti kalau ternyata yang ngirim memonya cowok sejenis Anang, atau Dani. Gimana Val?"tanya Mentari geli sendiri Yang Mentari maksud cowok bernama Anang dan Dani itu adalah cowok paling freak dan menjengkelkan adalah cowok sejenis orang yang senengnya ngegombal dengan gombalan receh dan tampang paspasan. Sudah gitu sok kecakepan. Dan yang paling parah itu Anang, cowok satu itu suka sekali melakukan hal aneh untuk orang yang dia suka, minggu lalu Anang bahkan memasukkan coklat kedalam bangku Valerie, tapi coklat itu sudah digigit setengah. Kan gak modal banget. Naya bergidik ngeri jika membayangkan itu"iya Val, kan ngeri tuh" Valerie berdecak sebal"tapi kalau ternyata cowoknya ganteng gimana kan rugi?" "ah tau ah bingung?"Mentari mengacak rambutnya frustasi "lo pakai masker aja Tar, tungguin deh pengirim memonya di halte. Nah kalau dia jelek lo kabur aja. Kalau ganteng buka masker lo. Gimana?"ujar Valerie antusias Mendengar ide cemerlang yang berasal dari otak pas-pasan seperti Valerie membuat Mentari tersenyum sumringah "oke"balas Mentari antusias Namun senyum gadis itu dengan cepat sirna saat ia ingat Raja, ia kan menyukai Raja. Lalu bagaimana bisa Mentari melirik cowok lain "eh eh, tapi kan gue suka Raja"ujar Mentari sedih Valeria menggeplak punggung Mentari dengan cepat, merasa kesal karena temannya itu memikirkan Raja disaat seperti ini Naya memutar bola matanya malas"please deh Mentari, ga usah jadi cewek bodoh yang mengharapkan cowok yang belum tentu ngelirik lo sama sekali" "nanti sakit kalau cinta lo bertepuk sebelah tangan. Percaya sama gue"Sela Wanda cepat "ketika yang berpengalaman bersabda"ejek Naya tersenyum geli Wanda langsung melotot kearah Naya dengan sebal"Nay, please jangan mengungkit. Itu sakit"ujar Wanda mendramatisir Ketiganya terkekeh mendengar ungkapan jujur Wanda. Salah satu wanita yang cintanya pernah bertepuk sebelah tangan. _ Mentari memakai masker yang baru saja ia beli di kios depan sekolahnya. Gadis itu malah tampak seperti siswi yang sedang sakit saat ini, matanya tak pernah lepas dari sekeliling halte, ua bahkan sudah duduk disana dengan hati gelisah, bayangan-bayangan buruk jika nanti cowok yang mengirim memo itu adalah cowok aneh, jelek dan mungkin m***m membuat Mentari menggelengkan kepalanya dengan cepat, itu mengerikan. Rintik hujan yang mulai berubah menjadi hujan yang cukup deras, membuat Mentari melenguh kesal, bagaimana ia pulang sekarang. Sungguh ia menyesal telah dibodohi pesan memo itu. Pandangan Mentari terpaku pada sebuah motor yang berhenti didepan halte, dengan sosok yang wajahnya saja masih ditutupi helm full face, namun Mentari sangat mengenali motor itu Motor Raja? Oh my good. Betapa beruntungnya gue terjebak hujan sama si doi- Mentari membatin dengan jeritan yang ia tahan Ahh seandainya yang ngirim memo itu Raja-Mentari kembali membatin dengan sedih Raja menepuk-nepuk seragamnya yang sedikit basah, lalu menatap tepat pada manik mata Mentari yang sedari tadi menatapnya, Mentari segera mengalihkan pandangannya dengan gugup saat menatap mata Raja. Pria itu selalu membuat kerja pacu jantungnya berdetak berlebihan dan diluar batas. Raja masih berdiri dihadapan Mentari, menatap lurus kearah gadis itu tanpa sepatah katapun, Mata tajam yang sedari tadi memperhatikan Mentari itu membuat Mentari kembali mendongak menatap Raja dengan gugup "kenapa ngeliatin gitu?"tanya Mentari dibalik maskernya Raja masih diam mengatupkan bibirnya rapat, namun matanya terus menatap mata Mentari serius, suara gemerisik hujan, dan hawa dingin serta diamnya Raja membuat Mentari terpaku pada sosok Raja. "lo Mentari"ujar Raja membuat Mentari membulatkan matanya maksimal,bagaimana Raja mengetahui gadis yang ada dihadapannya adalah Mentari, masker masih menutupi sebagian wajah Mentari, lalu dari mananya Raja mengenali Mentari "lo tau?"tanya Mentari pelan Raja duduk disebelah gadis itu dengan jarak cukup dekat "tau dari mana?"tanya Mentari masih penasaran, gadis itu bahkan melepaskan maskernya dengan cepat lalu memandang Raja penasaran "mata lo"jawab Raja santai "mata gue?"tanya Mentari heran "hmm, ngapain disini?"tanya Raja balik menatap Mentari Mentari mendesah lelah, ia bahkan lupa tengah menunggu seseorang "nungguin orang, gatau orangnya beneran dateng atau ngerjain gue doang"balas Mentari jengkel "udah dateng kok" Mentari langsung memakai kembali maskernya cepat"mana?" Raja tersenyum tipis"didepan lo" Mentari melepaskan maskernya cepat"ga lucu"seru Mentari jengkel Mana mungkin orang aneh yang mengirim memo setiap sekali seminggu adalah Raja. Raja terlalu sempurna untuk menjadi pengirim memo bagi Mentari. Lagipula kenapa cewek macam Mentari yang harus mendapatkan memo dari Raja? Populer? Tidak, pintar? Tidak terlalu "yang nyelipin memo dinotebook lo juga gue" "bohong"balas Mentari cepat, meskipun ia agak terkejut kenapa Raja tau tentang memo yang diterima dinotebook nya "tapi, kalau lo serius itu bagus kok"ujar Mentari lagi tanpa malu Raja tersenyum dengan tipis"gue serius, nih"Raja menyerahkan telapak tangannya dan sebuah bolpoin pada Mentari "ngapain?" "nomor telpon" Mentari membulatkan matanya kaget, ini nyata, Raja meminta nomor ponselnya. Harus bagaimana Mentari? ia ingin jingkrak-jingkrak kesenangan sekarang, ibaratnya ya Mentari itu lagi ketiban durian runtuh "lo beneran yang ngirim memo?"tanya Mentari lagi, Raja mengangguk dengan mantap"beneran?"tanya Mentari lagi "iya memang gue"balas Raja cepat Mentari menahan teriakan dan sorak sorainya, ia tak percaya kenyataan ini. Rasanya seperti mimpi, mimpi yang bahkan tak pernah Mentari bayangkan. Mentari mengambil bolpoin dari tangan Raja lalu menulis nomor ponselnya dipergelangan tangan Raja, hujan sudah berhenti tanpa Mentari sadari, seperti harapan Mentari yang berhenti digantikan dengan kenyataan yang seindah pelangi. "nanti gue telpon"ujar Raja lalu berdiri dan menatap Mentari sekilas lalu pergi bersamaan dengan laju motor Raja yang mulai menjauh Mentari langsung melompat kegirangan dan berjoget asal-asalan seperti orang gila, karena sungguh bahagianya saat ini berlebihan "senangnyaaa!!"teriak Mentari lantang "gue ga mimpi kan? Ini nyata kan. Oh my god, betapa beruntungnya gue"seru Mentari bahagia Gadis itu merogoh ponselnya di saku seragamnya, mencari kontak Valerie disana dengan tak sabar, senyum Mentari bahkan tak mau sirna dari wajah manis gadis itu "VALLLL!"teriak Mentari histeris saat Valerie mengangkat ponselnya Sontak saja Valerie menjauhkan ponselnya dengan kuping yang terasa berdengung saat itu juga, rasanya seperti ada lebah yang mengepakkan sayapnya didalam kupingnya "eh titisan Mimi Peri, lo pengen gue mutilasi ya lama-lama"ketus Valerie menggosok kupingnya kesal Mentari tak menggubris ucapan Valerie "lo gak akan percaya ini Val, sumpah gini ya yang namanya rezeki anak soleh. Mantab jiwa Val"ujar Mentari ngawur "too the poin tolong"kesal Valerie "oke, denger baik-baik. Jangan sampe pingsan---" "Tar"tegur Valerie mulai jengkel "yang ngirim memo itu Raja Val. Raja!"histeris Mentari Valeria menggelengkan kepalanya malas, Valerie rasa Mentari harus di rukiah deh. Karena saking fanatiknya Mentari dengan Raja gadis itu sampai ngayal bahwa Rajalah yang mengirim memo dengan tulisan kaku dan tak penting itu. Tidak mungkin, impossible!. "hallo Val, hallo, hallo! "teriak Mentari, namun sambungan telpon telah terputus Mentari menatap tak percaya melihat layar ponselnya "ihh nih anak, ga percaya pasti. Besok gue buktiin lo awas"Mentari mulai bermonolog dengan ponselnya seperti orang gila. Tapi satu yang dapat Mentari pastikan saat ini.Ia sangat bahagia. Sangat, sangat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD