Bab 1 : Dia Masih Murni 1

1349 Words
# Pesta pernikahan terasa sangat panjang bagi Ariana maupun Damian. Mereka harus menyalami tamu yang datang satu per satu dan juga memasang senyum palsu sepanjang hari sungguh-sungguh menguras tenaga keduanya. Setelah pesta pernikahan selesai, Damian langsung membawa Ariana untuk berbulan madu dan keduanya melepas lelah di pesawat kelas bisnis. Bahkan terlalu lelah untuk berpura-pura dan melontarkan basa-basi tidak berguna, Ariana dan Damian memilih untuk sibuk dengan dunianya masing-masing tanpa saling mengganggu. Keduanya paham, drama dan kepura-puraan hari ini sudah berakhir, kini mereka membutuhkan waktu privasi mereka untuk bisa kembali menjadi diri mereka sendiri walau sejenak. Ariana memejamkan matanya. Bulu matanya yang lentik mengintip dari balik kelopak matanya yang terpejam. Diam-diam, Damian mengamati gadis yang sekarang telah resmi menjadi istrinya itu dan dalam hati ia setuju kalau penilaian ayahnya tidak pernah salah. Gadis ini memang benar-benar memenuhi kriteria untuk menjadi calon istri yang ideal. Berkali-kali ia menyuruh asistennya untuk mengecek latar belakang Ariana. Ia bahkan meminta bantuan dari beberapa sahabatnya yang memiliki koneksi ke database kependudukan dan pemerintahan untuk mencari kelemahan dari gadis di depannya ini. Apapun itu. Entah dia pernah menggunakan narkoba atau mungkin pernah hamil di luar nikah, setiap kemungkinan yang bisa saja menjadi cacat tidak terduga dari gadis yang dinikahinya ini harus ia temukan lebih dulu sebelum media mengoreknya di masa depan. Hasilnya? Tidak ada satupun. Ariana adalah seorang pemain piano yang mahir dan termasuk ke dalam salah satu siswa terbaik. Sayangnya ia menolak beasiswa musik yang seharusnya ia dapatkan dan memilih menekuni pelajaran bahasa serta mengajar sebagai dosen bahasa asing di Jepang. Ia pernah berpacaran dua kali, pertama saat duduk di kelas tiga SMA namun putus karena kekasihnya meninggal dalam kecelakaan pesawat dan yang kedua karena ia memutuskan untuk melanjutkan studi ke Jepang, dimana kemudian ia tinggal selama beberapa tahun dan menjadi dosen disana. Setelah itu, tidak ada siapapun yang dekat dengannya dan tampaknya ia benar-benar fokus serta menikmati apa yang dilakukannya. Damian menyipitkan matanya menatap Ariana. Kelebihan lain yang Ariana miliki? Apalagi kalau bukan cantik. Wajahnya nyaris menyerupai tokoh animasi tiga dimensi dalam buku-buku bergambar yang sering dibaca Damian saat ia duduk di bangku SMP. Mungkin ini adalah gen yang diturunkan dari ibu kandung Ariana yang merupakan artis terkenal pada masanya. Ia tetap cantik meski menggunakan make-up tebal seperti saat pesta pernikahan tadi tapi juga tetap menarik tanpa make up sama sekali seperti sekarang. Damian menurunkan pandangannya untuk mengamati fitur tubuh istrinya. Tidak buruk. Bagus malah. Dia memiliki tubuh yang tidak kalah indah dengan supermodel dunia. Akan sangat sempurna kalau dia juga bisa menggairahkan di atas tempat tidur. Sesaat ide kotor itu muncul di otak Damian, dan ia kemudian menertawai dirinya sendiri. Mana mungkin gadis yang bahkan hanya berpacaran dua kali selama hidupnya bisa mengerti dengan benar arti dari menggairahkan di atas tempat tidur? Bukankah itu terlalu berlebihan? Damian membuang napas kesal. Sayang sekali dengan wajah dan tubuh seperti itu jika hanya bisa seperti boneka mati di atas tempat tidur, apa gunanya? Dia bukan tipe yang sabar mengajari seorang wanita perawan bagaimana caranya memuaskan hasrat seorang pria. Lagipula, apa yang dirinya harapkan? Membayangkan bagaimana istrinya hanya bisa berbaring pasrah dan meraung kesakitan di malam pertama mereka sudah membuat hasrat Damian mendadak turun hingga ke batas terendah. Ia bahkan mungkin akan membiarkan istrinya bercerai darinya dalam keadaan perawan. Lamunan Damian berakhir dengan dirinya yang kelelahan sendiri karena pikirannya. Perlahan ia berpaling dari Ariana dan memejamkan mata, masih ada waktu cukup baginya untuk beristirahat sebelum pesawat mendarat di perhentian pertama mereka. Nantinya mereka akan naik jet pribadi yang sengaja ia sewa untuk membawa mereka ke Saint Lucia. Saat Damian memejamkan mata, Ariana perlahan membuka matanya dan menatap dingin ke arah Damian yang kini tertidur. Sorot matanya tidak lagi ramah, bahkan tidak ada sedikitpun kelembutan yang tersisa dari cara ia menatap pria yang kini telah resmi menjadi suaminya itu. Ia tentu saja menyadari tatapan m***m Damian yang seakan menguliti setiap inchi tubuhnya dalam diam semenjak pesta pernikahan mereka masih berlangsung. Ariana tidaklah sepolos kelihatannya hingga ia tidak menyadari, pria seperti apa Damian yang kini telah resmi menjadi suaminya itu. Kalau seandainya ia bisa memilih, tentu saja ia tidak akan pernah mau menjadi boneka ayahnya dan menikah dengan Damian, sebanyak apapun harta yang dimiliki Damian. Ayahnya mengancamnya agar ia mau menikah dengan Damian dan karena itulah kini ia terjebak dalam pernikahan dengan pria sebrengsek Damian. Ariana menggengam erat liontin yang tergantung di lehernya. Ini adalah liontin milik ibunya. Meski ia tahu liontin ini tidak akan bisa menyelamatkannya dari Damian, jika memang tiba waktunya pria itu ingin agar ia melakukan kewajibannya sebagai seorang istri, bagaimana caranya ia menolaknya? Ia hanya bisa berharap, dengan kepribadian Damian yang selalu dikelilingi wanita cantik dan berpengalaman, pria itu tidak akan pernah tertarik kepada wanita polos dan lugu seperti dirinya yang belum pernah disentuh pria. Ia butuh untuk melalui dua tahun ini dengan aman dan damai sebelum akhirnya ia dan Damian bisa bercerai lalu dirinya akan bisa terbebas dari dua pria b******k ini. Yang satu berstatus sebagai ayahnya dan satu lagi berstatus sebagai suaminya. Dengan statusnya sebagai janda Damian nantinya, ia bisa mengklaim kepemilikkan untuk harta peninggalan kakeknya dan dengan demikian, baru ia bisa menjalankan rencananya. Ariana menarik napas panjang. Perlahan ia memejamkan matanya lagi. Pria b******k di sampingnya ini memilih rute bulan madu ke Saint Lucia. Itu adalah perjalanan yang sangat melelahkan dan sia-sia untuk pernikahan yang hanya akan berumur dua tahun. Apapun rencana Damian di tempat itu nantinya, dirinya akan berusaha untuk bertahan. Semua demi rencana berbeda yang sudah sejak lama ia siapkan. Rencana untuk kebebasannya. # Perjalanan menuju Saint Lucia, membuat Ariana maupun Damian kelelahan dalam arti yang sesungguhnya. Damian bahkan menghabiskan waktu dua hari full untuk beristirahat dan membiarkan istri yang baru ia nikahi melakukan apapun yang di inginkan oleh wanita itu. Ia hanya bangun untuk mandi dan makan kemudian kembali tidur. Ia bahkan tidak tahu dimana wanita itu tidur dimalam hari karena ia tidak pernah menemukan Ariana disampingnya setiap kali ia terjaga. Beberapa kali ia mendengar Ariana menggunakan kamar mandi, namun setiap kali wanita itu keluar dari kamar mandi, ia sudah berpakaian lengkap, sama seperti ketika ia masuk kedalamnya. Hari ini, Damian merasa kalau staminanya sudah kembali pulih seperti sediakala, jadi ia bangun dan membuka laptopnya untuk sekedar mengecek laporan yang dikirimkan oleh asisten dan juga sekretarisnya. Belum beberapa lama ia mengecek email yang masuk ke dalam foldernya, telinganya menangkap suara air dari arah kolam renang, tanda kalau ada orang yang menggunakan kolam renang di tempat itu. Pengurus tempat ini hanya datang beberapa hari sekali kalau tidak diminta dan ini belum waktunya orang itu datang, begitupun tukang bersih-bersih hanya datang di jam delapan pagi dua hari sekali dan kemarin tukang bersih-bersihnya sudah datang. Damian sadar, satu-satunya orang yang mungkin menggunakan kolam renang di saat-saat seperti ini hanyalah Ariana, istri bonekanya. Tapi langkah kakinya tidak mau berhenti untuk melangkah ke arah jendela kaca yang mengarah langsung ke kolam renang di bawahnya. Dan disanalah Damian melihat pemandangan yang mau tidak mau membuat nalurinya sebagai laki-laki normal bergetar. Ariana hanya mengenakan baju renang two pieces yang membuat sebagian besar tubuhnya terekspos. Sebagaimana seharusnya para gadis dari kalangan atas, kulit Ariana terawat dan sangat halus, bersinar di bawah terpaan sinar matahari yang jatuh menimpa air kolam renang. Rambut panjangnya yang tergerai menari-nari mengikuti riak air seakan menyatu dengan gerakan lincahnya di dalam air. Damian terpaku dan tetap berdiri dalam diam mengamati istrinya. Ariana menyelam beberapa kali dan kemudian keluar dari dalam air sambil tertawa bahagia. Ekspresi wajahnya tidak lagi datar dan sorot matanya tampak lebih hidup dibandingkan apa yang selama ini selalu ia tampilkan di hadapan semua orang. Kali ini Damian sadar, wanita yang sudah ia nikahi ini, tidaklah semembosankan kesan yang susah payah ia tunjukkan selama ini. Wajah datarnya, sikap lembutnya yang penurut, dan ketenangan luar biasa yang ia miliki dalam setiap kondisi selama ini apakah itu memang benar-benar karakternya yang sesungguhnya? Ataukah itu hanya topeng yang sengaja ia perlihatkan untuk membuatnya kehilangan minat? Kalau benar, berarti istrinya ini benar-benar telah meremehkannya. Sebuah senyuman penuh makna terukir di wajah Damian, tepat disaat Ariana akhirnya menyadari kehadiran Damian. Mereka bertatapan dan Ariana memilih untuk keluar dari air kemudian meraih handuk untuk menutupi tubuhnya. Bersambung......
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD