bab 1a

537 Words
                                                                                     Awal pertemuan "Apa yang kau inginkan?" Berawal dari Ken yang baru saja meninggalkan kantor, dan sialnya ban mobil miliknya kempes tepat di pertengahan jalan sebelum ia sampai ketempat tinggalnya. Bengkel mana yang masih buka pada jam satu malam? Dan ia dikagetkan dengan seorang wanita yang tampak ingin bunuh diri dipinggir jembatan. Dasarnya Ken memang cuek. Tapi entah kenapa melihat seorang yang ingin mengakhiri hidupnya tanpa berfikir masih banyak orang yang ingin hidup, Ken jadi emosi sendiri. "Bukan urusan Anda." Ujar wanita asing yang berada tepat dihadapan nya, dengan berdiri di pinggiran jembatan berniat untuk melompat. "Gak bakal menyesal setelah ini? Emang udah pasti masuk surga, terus hidup bahagia kalo bunuh diri?" Pancing Ken agar wanita itu mengurungkan niat jeleknya. Wajahnya terlihat acak-acakan, seperti sehabis menangis. Tapi Ken tak peduli, bahkan gadis itu menyeker tanpa sendal dikakinya. Ken tebak gadis ini orang miskin yang sudah tak punya tujuan hidup. "Apa pedulimu?!" Teriak gadis itu. "Saya hanya peduli dengan orang-orang yang masih menginginkan sebuah nyawa, dan kamu disini malah mau mengakhiri nyawamu." Ujar Ken tak menyangka. Gadis itu menunduk dengan tangisan nya yang pecah kembali. "Untuk apa aku hidup kalau tak ada yang menginginkanku. Dicampakkan dan dituduh yang tidak-tidak, apa kalau kamu jadi diriku masih ingin hidup?" Ujarnya. "Balas mereka bodoh. Jangan malah terlihat lemah dan kalah lalu mati mengenaskan!" Wanita itu mengerutkan keningnya tak mengerti akan ucapan dari Ken."Saya akan kasih kamu sebuah kesempatan hidup dan penawaran bekerja dengan saya." Ujar Ken. Wanita itu tampak linglung. Sepertinya habis mabuk, parahnya sekarang ia hendak terjatuh ke laut. Tapi sebelum itu terjadi, Ken sudah menarik wanita itu jatuh kedalam pelukannya. Bodoh, kenapa diriku bicara yang tidak-tidak sih? Batin Ken. Ken membawa gadis itu ke-apartemennya, menggantikan bajunya juga membasuh seluruh tubuhnya. Hanya bagian tertentu tanpa menyentuh bagian penting milik seorang wanita, toh dia juga sudah biasa meihat yang seperti ini. "Biarkan seperti ini. Kamu akan menyesal kalau tidak membayarnya! " ujar Ken kepada gadis dihadapannya yang masih terpejam. Oia, dia kan tidak punya uang. Batin ken berbicara lagi. "Kalau begitu, bayar dengan kerja yang benar." Guman Ken sendiri. Pagi harinya, wanita itu terbangun akibat cahaya mentari dari kaca besar menyeruak masuk kedalam kamar yang ditempatinya malam tadi dan sukses menganggu Indra penglihatannya."Pusing." Gumam wanita asing itu. Apa aku minum terlalu banyak tadi malam."Minum susunya lalu makan, setelah itu kita bicara diluar." Ujar Ken saat itu. "Nama?" Tanya Ken dengan singkat. "Lila." Jawab wanita yang baru saja mengakui namanya dengan sebutan Lila. "Pernah bekerja?" Tanya ken untuk kedua kalinya. Lila nampak berfikir lebih dulu. Setelah itu menggeleng."Kuliah udah luluskan? Ambil jurusan apa?" Tanya Ken lagi dengan bantuan insting nya. "Hm, manajemen bisnis." Jawab lila aneh. Ken mengangguk."Bagus, mulai besok kamu jadi sekertaris saya." Ujar Ken. "Kenapa harus begitu?" Tanya Lila. "Kamu harus membayar jasa saya Lila. Semua didunia ini tidak gratis, bisa dibilang aku memungutmu dijalananan dan berhasil menyelamatkanmu dari maut yan kamu ciptakan sendiri tadi malam." ".. lebih tepatnya, kau berhutang budi." Lila mengerjapkan matanya. Lalu mencubit keras pipinya sampai ia mengaduh, ini bukan mimpi. Diliriknya pakaian yang ia kenakan. Kapan Lila berganti baju? "Baju. Siapa yang menggantikan bajuku?" Tanya Lila heran. "Saya. Memangnya kenapa?" jawab Ken dengan cuek. Tidak berisi dan tepos apa yang patut dibanggakan? Ujar Ken dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD