2. Wanita Simpanan

1287 Words
Madie masih terduduk dan merenungi nasib keluarganya. Dia begitu takut dengan semua kenyataan yang harus dia hadapi. Itu bukanlah sebuah hal yang bagus. Itu adalah hal terburuk yang pernah dia alami. Dibesarkan dikeluarga kaya raya, mempunyai perusahaan besar, semua kebutuhannya tersedia, dia selalu dilayani, mempunyai keluarga yang harmonis, dan saling mendukung satu sama lain. Kini semuanya tidak lagi sempurna. Keluarganya telah hancur karena orang ketiga. Ayah yang selama ini dia sayangi dan dia jadikan sebagai tipe suami idaman telah menghancurkannya. Dia menjadi kian membencinya dengan sangat.  Madie sadar bahwa uang dan cinta yang kedua orang tuanya miliki tidaklah cukup dalam sebuah hubungan. Dia tidak mengerti apa lagi yang dibutuhkan selain kedua hal tersebut. Karena itu, dia memutuskan untuk tidak ingin menikah. Untuk apa menikah jika pada akhirnya dia harus merasakan hal yang sama dengan ibunya.   Madie tersentak saat mendengar teriakan Ibunya disusul dengan suara barang yang pecah. Madie terlalu takut untuk menemui Ibunya yang sudah terganggu kejiwaannya itu. Dia memegangi lehernya, dia teringat dengan cengkeraman Ibunya tadi. Dia bergidik ngeri dan memeluk dirinya sendiri. Dia menutup telinga dengan kedua tangannya.   Kemudian dia mendengar suara Kakeknya berteriak. Dia pun segera keluar kamar dan melihat apa yang sedang terjadi.   “Elaine! Apa yang kamu lakukan?” ucap Eddy, kakeknya. Eddy meraih tangan Elaine yang terus menjambak rambutnya sendiri. Memegangnya dengan erat hingga dia tidak lagi bisa memegang rambutnya sendiri. Dia melihat Eddy dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Tatapan itu penuh dengan kebencian, kesakitan, dan dendam yang membara. “Elaine hentikan!” ucap Eddy dengan lantang. Sedetik kemudian Elaine terduduk. Dia menangis dengan sangat keras. Teriakannya begitu pilu dan terdengar begitu kesakitan. “Ayah, dia berselingkuh.” Elaine mengucapkannya dengan lirih. Dia masih menangis, tapi sudah mulai bisa menenangkan diri. “Kamu tidak perlu memikirkannya! Urus dirimu sendiri, jangan berperilaku seperti orang miskin!” Eddy mengucapkannya dengan menatap mata Elaine. “Apa yang tidak kamu miliki? Kamu memiliki semuanya! Biarkan saja dia melakukan apa yang dia inginkan. Dia mungkin hanya bersenang-senang. Tidak akan lama wanita itu pasti akan dia tinggalkan.” Eddy memegang bahu Elaine dan menepuknya beberapa kali.   Elaine tersenyum mendengarnya. Tidak! Tidak seperti itu caranya! Dia mempunyai rencana sendiri. Membiarkannya bersenang-senang dengan wanita lain? Itu tidak ada dalam rencana yang Elaine buat. Dia baru menyadari Ayahnya hanya peduli dengan perusahaannya. Tentu saja dia mengatakan hal seperti itu. Perusahaannya menjadi kian berkembang saat Antoni yang memimpinnya. Dia tidak mungkin dengan ceroboh membuat keputusan yang merugikan peerusahaan. Tapi ini adalah hidup Elaine. Harga dirinya dipertaruhkan. Jika dia tidak bisa membuat perhitungan dengan wanita simpanan suaminya. Maka dia bukanlah Elaine Brown.  Eddy menyadari keberadaan Madie. Dia berjalan ke arahnya dan memeluknya dengan erat. “Madie, kamu tidak apa-apa?” kakeknya memeriksa tubuhnya. Dia terkejut melihat bekas merah dan bahkan sedikit membiru di lehernya. Madie menepis tangan Eddy dengan pelan. “Aku baik-baik saja kakek,” jawabnya. Dia mencoba tersenyum walaupun itu sangat sulit untuk dia lakukan.   “Ibumu yang melakukannya?” Eddy memastikan pada Madie apa bekas tersebut perbuatan dari Ibunya yang sudah mulai tidak waras itu. Madie menggeleng pelan, “Aku baik-baik saja kakek. Ini tidak sakit, aku akan mengompresnya dan itu akan segera sembuh.” Madie mencoba membuat kakeknya tenang. Tapi nyatanya, dia tidak berhasil. Kakeknya marah dan menampar wajah Ibunya. Madie berlari dan memeluk Elaine. “Cukup Kakek, Ibu sedang tidak dalam kondisi baik. Aku baik-baik saja.” perkataan Madie terdengar sedikit meeninggi. “Dengar! Jika kamu menyakiti Madie lagi, maka aku tidak akan segan melukaimu. Walupun kamu adalah anakku sendiri! Dan kamu Madie jangan mendekatinya dalam kondisi ini. Dia akan berbahaya untukmu!” setelah mengucapkan itu Eddy pun pergi. Meninggalkan Ibu dan anak itu saling berpelukan. Elaine seakan tersadar. Dia memeriksa tubuh Madie. “Sayang, apa yang sudah Ibu lakukan padamu? Ini, ini tidak mungkin. Tidak mungkin aku melakukan hal seperti itu padamu.” Elaine memegangi leher Madie. Madie masih merasa takut akan dicekik lagi. Dia mundur dengan cepat. Kemudian Elaine pun berjalan pergi. Dia menggumamkan sesuatu. “Tidak. Itu bukan aku yang melakukannya. Bukan aku. Aku tidak mungkin menyakitinya.” Madie masih sangat syok dengan semua yang dia alami. Dia mengusap wajahnya beberapa kali. Kemudian dia mengambil ponselnya. Dia menghubungi seseorang. “Cari tahu, siapa yang menjadi simpanan Ayahku. Dimana mereka tinggal, dan semua hal yang menyangkut mereka. Aku ingin informasi itu cepat!” kemudian dia menutup panggilan itu dan segera bergegas pergi dari rumah. Sebelumnya dia menyempatkan menemui pelayan pribadi Ibunya. “Tolong jaga Ibu, aku akan pergi. Jangan biarkan dia menyakiti dirinya sendiri. Jika hal itu sampai terjadi. Maka, kamu dipecat!” setelah mengucapkan itu. Madie segera keluar dari rumah. Mengendarai mobilnya dengan sangat kencang. *** Sementara di tempat lain. Sebuah mobil hitam masuk ke dalam halaman rumah yang cukup mewah. Rumah itu tidak terlalu besar. Tapi dari bentuk bangunannya bisa dipastikan itu adalah bangunan yang sangat mewah. Segala ornamen dan hiasannya adalah barang-barang yang mahal. Rumah itu tidak jauh berbeda dengan rumah keluarga Brown. Antoni turun dari mobil. Dia disambut dengan hangat oleh seorang wanita yang cantik. Dia bahkan mempunyai kecantikan yang setara dengan Elaine. Antoni memang mempunyai mata yang hebat. Dia bisa memilih wanita cantik dengan kecantikan yang hampir serupa. Dia adalah Eliza. Wanita yang sudah bertahun-tahun hidup dengan Antoni. Wanita yang dinikahi Antoni secara diam-diam. Ada seorang anak laki-laki yang berlari dan menunjukkan hasil kerajinannya pada Antoni. Dia pun tersenyum dan mengecup kening anak laki-laki tersebut. Mereka bertiga pun masuk ke dalam rumah. “Apa yang terjadi? Ini bukanlah hari dimana kamu biasanya berkunjung.” Eliza bertanya dengan raut wajah yang cemas. Karena dia takut, jika Elaine mengetahui hubungan mereka. Maka tamatlah riwayatnya m enjadi seorang wanita yang kaya. Antoni mengehela napasnya pelan, “Lucas, masuk ke kamar dan selesaikan pekerjaan rumahmu. Ayah ingin berbicara dengan Ibu.” Antoni berbicara dengan lembut padanya. lucas pun mengangguk dan langsung pergi ke kamarnya. Dia adalah anak yang penurut, pintar dan tidak merepotkan. Eliza mengajak Antoni untuk masuk ke dalam kamar mereka. Agar pembicaraan mereka tidak didengar oleeh siapa pun. Dia menutup pintu dan segera menguncinya. “Ada apa?” dia mengulangi pertayaannya. “Dia sudah mengetahui semuanya. Dia mempunyai banyak bukti untuk menuntut peerceraian.” Antoni meremas jemarinya. “Apa? Bagaimana bisa? Lalu bagaimana aku dan lucas? Tidak! Aku tidak bisa kehilangan semua ini! Antoni, jangan bercerai dengannya!” Eliza tampak sangat cemas. Dia bisa menjadi miskin dalam sekejap. Dia tidak bisa lagi melakukan perawatan tubuh dan wajah. Dia tidak lagi bisa berbelanja dengan sesuka hati. Dia tidak bisa melihat Lucas bersekolah di tempat yang bergengsi. Dia tidak bisa menerima semua itu. Memikirkannya saja sudah membuatnya merasa pusing. “Tenanglah. Aku masih belum mendapatkan kabar dari Eddy. Jika dia tidak mengucapkan apapun padaku. Itu berarti kita aman.” Dia mengucapkannya dengan tenang. Karena dia menyadari bahwa Eddy tidak akan membiarkan mereka bercerai dengan mudah. Karena perusahaan membutuhkan dirinya. “Kamu yakin? Kakek tua itu tidak melakukan apapun padamu? Di perusahaan? Bagaimana dengan perusahaan? Apa dia memberhentikanmu?” Eliza benar-benar cemas. Dia tidak ingin kembali menajdi miskin dan hidup susah. “Tenanglah!” Antoni membentaknya. Dia sudah cukup pusing dengan kelakukan Elaine di rumahnya. Dia tidak ingin semakin frustasi dengan mendengar ocehan Eliza. Mendengar bentakan itu. Eliza pun terdiam. Dia tidak lagi bersuara. Dia hannya memainkan jemarinya sendiri. Dia memikirkan banyak hal. Kepalanya mulai terasa berat. Merka berdua hanya saling diam di sana. Mereka larut dalam pikiran masing-masing. Memikirkan bagaimana nasib mereka setelah semua ini terbongkar. Kehidupan yang sebelumnya terasa nyaman. Bisa saja dengan sekejap akan berubah menjadi ancaman. Karena mereka tahu, Elaine tidak mungkin akan diam saja dengan kenyataan yang ada. Elaine adalah seorang wanita yang akan melakukan apapun agar tujuannya tercapai. Apa lagi sekarang dia sedang dalam kondisi yang tidak stabil. Apapun bisa terjadi. Dan mereka sedang bersiap untuk menghadapi hal tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD