Yoghurt

1149 Words
"Sepatunya jangan lupa dibersihkan ya," ucap Natalie, mengingatkan anak-anak anggota tim junior usai sesi latihan selesai. Anak-anak didiknya pun membalas kalimat Natalie dengan sangat positif. Sebelum mereka masuk ke ruang ganti, mereka membersihkan bagian bawah sepatu mereka terlebih dahulu dari tanah-tanah lapangan. Kebetulan pagi tadi hujan turun dan membuat kondisi rumput lapangan sedikit becek. Jika mereka tidak membersihkan sepatu mereka terlebih dahulu, ruang ganti akan kotor berlumuran tanah. Tugas Natalie adalah mengingatkan anak-anak didiknya tentang tanggung jawab. Sederhana, tapi sangat penting untuk membentuk karakter calon pemain sepak bola. Natalie kenal dengan banyak pemain sepak bola yang memiliki attitude tidak bagus, ia pastinya sangat tidak suka dengan orang seperti itu, jadi ia berusaha sebisa mungkin mendidik anak-anak di tim junior agar nantinya tidak memiliki attitude yang jelek. Ketika sedang menemani anak-anak didiknya yang sedang antre untuk bergantian membersihkan sepatu di keran air, tiba-tiba telefonnya berdering tanda ada panggilan masuk. "Maaf lagi sibuk." kata Natalie, di telefon ketika melihat nama kontak panggilan itu. "Bohong." balas Ethan, di ujung sambungan telefon. "Beneran ini lagi sibuk banget." dusta Natalie. "Dari sini gak kelihatan sibuk ah," Mata Natalie langsung membelalak seperti ingin keluar dari tempatnya. Refleks, Natalie langsung membalikan badannya dan mendapati Ethan berada di luar pagar lapangan. "Lo ngapain di sini?" tanya Natalie, masih melalui telefon. Bukannya menjawab pertanyaan Natalie, Ethan malah memutus sambungan telefon dan berjalan mendekat ke arah Natalie. "Nih, jangan lupa diminum," ucap Ethan, memberikan sebuah paper bag yang sedari tadi ada di tangannya ke Natalie. "Apaan nih?" "Racun." "Idih, gak mau ah." kata Natalie, mengembalikan paper bag itu ke Ethan. "Makanya lihat dulu itu isinya," balas Ethan, sambil terkekeh. Dengan wajah yang masih curiga, Natalie membuka paper bag itu. Matanya langsung berbinar melihat isi di dalam paper bag yang diberikan Ethan kepadanya. Belasan kotak yoghurt rasa strawberry siap minum tersusun rapih di dalamnya. Natalie mengeluarkan satu kotak yoghurt itu dan mendapati merknya sama persis seperti yang biasa ia minum. "Kok lo tahu gue suka minum ini?" tanya Natalie. "Tahu lah, gue kan Ethan Revegard." Ethan membanggakan diri. "Jawab yang bener!" paksa Natalie, sambil mencubit perut keras pria berbadan besar itu sampai mengaduh kesakitan. "Eeehhh iya-iya, gue dikasih tau sama Dylan, itu si bocil kematian, lo pasti tau kan? Yang rambutnya kriwil-kriwil itu loh." Akhirnya Ethan mengaku. "Haduh dasar si Dylan, awas aja nih kalo ketemu, gue jadiin rujak." gumam Natalie, tak mempedulikan Ethan yang sedang mengusap-usap perutnya yang sakit karna cubitan Natalie. "Sakit?" tanya Natalie, yang akhirnya melihat Ethan mengusap-usap bagian perut yang tadi ia cubit. Ethan hanya mengangguk sambil memanyunkan bibirnya yang membuat wajahnya terlihat sangat imut seperti anak anjing. Jika Natalie tidak bisa menahan rasa gemasnya pasti ia sudah mencubit-cubit pipi pria di hadapannya itu karna gemas. "RASAIN!" teriak Natalie, kemudian langsung menjulurkan lidahnya untuk meledek Ethan. Tidak mau tertangkap, Natalie langsung berlari masuk ke ruang ganti dengan cepat untuk menyusul anak-anak didiknya yang sudah berada di dalam sana. Sedangkan Ethan hanya bisa geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Tak ada rasa kesal dalam hatinya, yang ada malah rasa gemas melihat kelakukan Natalie yang seperti anak kecil. Melihat Natalie yang sudah masuk ke ruang ganti, Ethan pun memutuskan untuk kembali ke sektor 1 untuk bersiap memulai sesi latihan berikutnya. "Ethan!" panggil Natalie tiba-tiba. Baru beberapa langkah Ethan pergi, tiba-tiba Natalie memunculakan kepalanya di pintu masuk ruang ganti dan memanggilnya. "Makasih," lanjut Natalie, tersenyum lebar. Rasanya Ethan seperti ingin terbang melayang-layang di angkasa yang luas ketika melihat senyuman itu. Seandainya di dalam ruang ganti itu tidak ada anak-anak dari tim junior, Ethan pasti sudah berbalik arah dan berlari menerobos masuk untuk memeluk wanita itu. Tapi apa daya, Ethan pun hanya bisa membalasnya dengan senyuman lalu beranjak pergi dari tempat itu. Sesampainya di sektor 1, Ethan kembali disambut oleh Dylan di loker room Grassland United dengan senyuman lebarnya. "Gimana, Bang?" tanya Ethan, sambil mengangkat-angkat kedua alisnya. "Gimana apanya?" "Yoghurt-nya lah, diterima kan? Gue bilang juga apa, Bang. Natalie tuh gak bakal nolak kalo dikasih yoghurt apa lagi rasa strawberry." oceh pemuda itu, sambil cengar-cengir. "Iya, bawel lo, Bocil. Hati-hati kalo ketemu, katanya lo mau dirujak," balas Ethan, mengganti bajunya. "Bang, itu kenapa biru?" tanya Dylan, menunjuk lebam yang ada di perut kotak-kotak milik Ethan. "Abis KDRT," jawab Ethan asal. Cubitan Natalie ternyata meninggalkan bekas sedikit kebiruan, hal itu membuat Ethan punya ide untuk meminta pertanggung jawaban kepada Natalie agar ia punya alasan untuk menemui Natalie lagi nantinya. Menatap Natalie sudah seperti candu bagi Ethan. Ia bahkan tak tahan untuk tidak berinteraksi dengan wanita itu dalam waktu yang lama. Tapi masalahnya Natalie tidak seperti wanita-wanita lain yang ia tahu. Natalie justru malah terkesan menjaga jarak darinya tanpa alasan yang ia tahu dengan jelas. Jadi mau tidak mau Ethan harus mencari-cari alasan terlebih dahulu jika ingin bertemu dengan Natalie walaupun mereka bekerja di tempat yang sama. Di sisi lainnya Natalie hanya bisa menatapi tumpukan kotak yoghurt siap minum yang tersusun rapih di atas meja kerjanya. Hatinya semakin bimbang sekarang. Ethan selalu baik kepadanya, tapi hatinya benar-benar belum pulih setelah dihancurkan berkeping-keping oleh mantannya. Ia yakin pasti suatu saat akan tiba waktunya Ethan menyatakan cinta kepadanya, tapi ia takut Ethan menyatakan hal tersebut disaat hati Natalie belum benar-benar pulih. Takut dan lelah lah yang menjadi alasan utama Natalie untuk belum bisa membuka hatinya lagi. Natalie tahu dia harus move on dan tidak berlarut-larut dalam kesedihan, tapi rasanya masih berat untuk membiarkan orang baru masuk ke dalam hatinya lagi. Semakin dipikirkan, kepalanya semakin pening, Natalie pun memutuskan untuk meminum yoghurt pemberian Ethan agar moodnya kembali bagus. Yoghurt strawberry memang tidak pernah gagal untuk mengembalikan mood baiknya. Setelah moodnya membaik, Natalie langsung membuka laptopnya dan kembali beraktifitas seperti biasa lagi. "Serius banget, lagi ngapain sih?" ujar Coach Adam yang tiba-tiba masuk ke ruangannya. "Lagi nyari tiket pesawat, Coach." "Hah? Mau kemana kamu? Kamu mau kabur ya?" canda Coach Adam. "Iya, Coach. Saya mau kabur aja, capek saya dikejar-kejar beruang albino terus di sini," balas Natalie dengan candaan juga. "Hahahaha... Beruang albino, pasti si Revegard." "Loh? Kok Coach bisa tahu?" tanya Natalie kaget. "Kemaren saya gak sengaja ketemu Revegard, terus dia nanyain kamu. Katanya dia gak bisa nemuin kamu dimana-mana," jelas Coach Adam. "Aduh, Coach. Besok-besok kalo dia nanyain saya jangan dijawab, Coach." "Dia suka tuh sama kamu, kelihatan. Lagian juga dia anaknya baik kok, gak sombong, ganteng juga." "Gak sombong apanya?" gumam Natalie, mengingat kesombongan Ethan ketika mereka menghabiskan waktu di taman bermain beberapa waktu lalu. "Emangnya kamu kapan mau ambil cuti?" tanya Coach Adam, kembali ke topik pembicaraan awal. "Mungkin minggu depan, Coach. Orangtua saya minta saya pulang ke Forestground ada acara di sana," jawab Natalie. Coach Adam hanya menanggapi jawaban Natalie dengan anggukan sambil memegangi dagunya. Sepanjang tahun ini Natalie memang belum mengambil cuti sama sekali, jadi Coach Adam memaklumi dan tidak akan menghalangi atau menghambat Natalie untuk mengambil cuti. Ia juga mengerti seberapa beratnya pekerjaan Natalie di tim junior. Harus bertanggung jawab atas dua puluhan anak-anak dibawah usia 12 tahun memang sangat melelahkan.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD