Aku tertawa kecil, lalu melepaskan gamis yang melekat pada tubuh Clara. Bukan apa-apa, dia adalah anak orang hebat. Aku memang tidak takut dengan keluarganya, tetapi aku tidak mau Lavanya ikut terlibat dalam masalah ini. Jadi, untuk sementara waktu, biarlah semuanya berjalan sebagaimana adanya. Aku juga ingin punya rumah tangga normal seperti orang lain, namun posisiku tidak mendukung hal itu. Apalagi adik-adik mama sendiri beberapa berusaha mencelakai aku agar bisa menggantikan tepatku. "Maaf atas apa yang sudah dia lakukan, semuanya murni kesalahanku," pintaku lirih. Dia memutar bola malas, kedua tangannya mengepal kuat hingga kuku-kuku tangannya memutih dan tubuhnya berdiri tegap. Clara tampak tidak terima atas apa yang sudah dilakukan Lavanya, tetapi tidak mungkin juga aku membiarka

