Part 2

1023 Words
Pagi telah datang lagi. Elsa membuka matanya dan kepalanya terasa agak sakit. Benar, ini pasti karena semalam terlalu banyak minum, pikirnya. Begitu matanya terbuka dengan sempurna, Elsa menyadari kalau ia ada di kamarnya, padahal seharusnya ia tidak terbangun di ranjang ini. "Apa William yang mengantarku pulang? Seharusnya, aku tidak pulang," gumam Elsa dengan suara khas orang baru bangun tidur. "Astaga! Aku harus pergi bekerja!" Elsa segera turun dari ranjangnya, lalu pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Tidak perlu waktu lama, kini Elsa sudah keluar dari kamarnya dengan pakaian yang rapi. Saat keluar dari kamar, ia melihat menatap kamar Sean selama beberapa saat. Hatinya terasa sangat sakit saat mengingat bahwa di kamar itulah suaminya menghabiskan malam bersama wanita lain dan entah wanita itu masih ada di sana atau tidak. Sudahlah, ia akan mengalihkan perhatian pada hal lain agar tidak terlalu memikirkan pernikahan yang hanya memberikan rasa sakit untuknya. Saat Elsa mulai melangkahkan kakinya, pintu kamar Sean terbuka, dan yang membuka adalah sang pemilik kamar. "Selamat," ucap Sean yang membuat langkah Elsa seketika terhenti. Elsa langsung menoleh pada Sean yang tiba-tiba memberikan selamat padanya, padahal tidak ada yang harus diberikan ucapan selamat saat ini. "Apa maksudmu?" tanya Elsa bingung. Sean mengangkat salah satu sudut bibirnya, lalu mendekati Elsa. Pria ini mendekatkan wajahnya ke leher Elsa dan mengendus sesuatu dari sana. "Aromanya bahkan masih ada di sini, tapi kau malah pura-pura tidak tahu," ucapnya yang saat ini menatap Elsa. Demi Tuhan, Elsa tidak tahu apa yang Sean lakukan dan bicarakan saat ini. Pria itu bertingkah sangat aneh. "Apa semalam kau minum dengan kekasihmu? Kau sepertinya masih mabuk." Elsa membalas ucapan Sean. "Apa kau berencana punya anak dengannya? Aku harap, kau menahan diri dulu karena kau harus mengingat kondisi Ibuku." Tapi apa yang Sean katakan membuat Elsa semakin bingung. "Apa yang sedang kau bicarakan? Kepalaku sedang sakit saat ini, jadi berhentilah bertingkah seperti ini. Aku melakukan kesalahan karena pulang saat kau memintaku untuk tidak pulang. Aku tidak akan melakukannya lagi." Elsa kembali melangkahkan kakinya setelah mengatakan ini. "w************n, jangan mengotori rumahku lagi. Hanya aku yang memiliki kekuasaan di sini." Sean kembali bicara dan lagi-lagi membuat langkah kaki Elsa terhenti. Elsa menatap Sean dengan tatapan yang penuh dengan kemarahan dan kebingungan yang menjadi satu. Sean menyebutnya sebagai w************n yang telah mengotori rumahnya. Atas dasar apa Sean berani mengatakan itu padanya? "Jaga ucapanmu! Aku punya batas kesabaran." Elsa menatap lekat Sean. Sean tertawa mendengar ucapan Elsa. "Ada yang salah dengan kalimatku? Kau pernah menyebutku murahan karena menjalin hubungan dengan wanita lain. Lalu, apa bedanya dengan dirimu yang sudah bercinta dengan pria lain? Bukankah itu namanya w************n?" Plak! Elsa memberikan tamparan pada Sean. Sudah cukup semua ini. Sudah cukup Sean merendahkan dirinya. "Aku bilang, hentikan semua ini. Aku tidak melakukan ...." "Kau bercinta dengan William di rumahku! Berhentilah pura-pura menjadi wanita sok polos. Awalnya, aku kira kau memang polos, tapi kau sangat menjijikan!" Sean menyela kalimat Elsa dengan penuh kemarahan setelah wanita itu berani menamparnya. "Berulang kali aku katakan, jaga kata-katamu. Ada apa denganmu? Kenapa kau ...." "Sepertinya kau mabuk sampai tidak mengingat saat kau bercinta dengan William. Tidak apa-apa yang penting aku sudah mengingatkanmu. Pria itu begitu bangga saat mengatakan hal itu padaku, tapi jangan pernah melakukan hal kotor itu lagi di rumahku. Ini rumahku dan hanya aku yang memiliki kekuasaan di sini! Kau mengerti?!" Sean mendorong kepala Elsa dengan jari telunjuknya, lalu kembali masuk ke kamarnya dan menutup pintu dengan sangat kasar. Tidak, Elsa yakin hal itu tidak terjadi. Semalam, ia memang mabuk, tapi itu tidak mungkin terjadi. Elsa yakin kalau William bukanlah tipe orang yang seperti itu. Itu benar, bukan? •••• Setelah mendengar semua ucapan Sean pagi ini, Elsa langsung bergegas menemui William. Elsa dan William memang akan bertemu hari ini, tapi wanita cantik ini mempercepat pertemuannya dengan pria itu karena ia ingin mendengar semuanya dari mulut William. Elsa yakin kalau William tidak mungkin melakukan itu padanya. Saat ini, Elsa sedang berada di atap gedung K Entertainment yang menjadi tempatnya bekerja dan William ada dalam naungan agensi besar ini. Angin akhir dari musim panas menerpa wajah cantik Elsa dan semua kata-kata menyakitkan dari Sean terus saja tergiang di kepalanya. Sungguh, pernikahan ini sangat melelahkan untuknya. Semua ini menyiksa batinnya, tapi jika menyerah, maka itu akan menyakiti ibu Sean, lalu bisa saja memperburuk keadaannya. Entah sampai kapan semua ini harus terjadi. Entah sampai kapan ia harus terikat dengan pria yang menganggapnya sebagai orang asing bahkan sekarang menyebutnya sebagai w************n. "Kenapa kau mengajakku bicara di sini? Biasanya kita membahas pekerjaan di ruang rapat." Lalu tidak lama terdengar suara William. Elsa memutar badannya. Kedua matanya terfokus pada William yang datang dengan raut wajah begitu santai bahkan membawa kopinya. "Ini bukan soal pekerjaan," ucap Elsa dengan nada bicara yang terdengar cukup dingin. "Lalu?" tanya William yang masih sangat santai. "Semalam, apa saja yang kita lakukan? Apa kita ..." Elsa berhenti bicara untuk beberapa saat. Astaga, bagaimana bisa ia mengatakan hal seperti ini pada William? William mulai mengerti sekarang. Sean pasti memberitahu Elsa apa yang ia katakan semalam, tapi entah kenapa mengatakan itu pada Elsa seperti sebuah keharusan untuk Sean. Yuna mengatakan pria itu tidak pernah peduli pada Elsa, lalu sekarang dia peduli dengan siapa Elsa menghabiskan malamnya. "Kenapa kau mengatakan pada Sean kalau kita melakukan hal itu? Kita tidak melakukannya, kan? Walau aku mabuk, tapi aku merasa kita tidak melakukan apapun." Elsa kembali bicara pada William. William menatap lekat Elsa dan ternyata apa yang ia pikirkan memang terjadi. Sean memang memberitahu Elsa apa yang ia katakan. "Jika kau berpikir itu terjadi, maka apa lagi yang bisa aku katakan?" ujar William. "Apa? Apa yang kau maksud? Aku ingin kejelasan! Aku yakin, kau bukan pria yang seperti itu. Aku yakin kau adalah pria baik yang tidak akan melakulan hal seperti itu. Aku benar, kan?" Elsa menatap lekat William. Ia berharap apa yang Sean katakan tidak benar-benar terjadi. Meski mulutnya pernah mengatakan kalau ia ingin bercinta dengan William, tapi itu tidaklah serius, itu hanya responnya pada kekesalan atas sikap Sean. Kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya dan ia tidak pernah ingin hal itu terjadi. •••• Bersambung ... Menurut kalian apakah hal 'itu' terjadi? 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD