Two

1634 Words
Kanaya keluar dari taksi, hari ini ia tidak berangkat bersama pak Adrian karena pak Adrian sedang ada konferensi di luar kota beberapa hari, ia tak ingin terlambat dengan datang lebih pagi dari biasanya. Apalagi hari Senin biasanya jalanan akan lebih macet dari hari biasa. Gedung kantor masih sepi, belum banyak yang datang, hanya security dan petugas kebersihan yang sudah datang. Kanaya melangkah memasuki lobby yang masih lengang, ia akan masuk lift namun menghentikan langkahnya saat melihat sosok Aldric yang memasuki lift di ujung yang sejatinya dikhususkan untuk direksi dan CEO, ia heran kenapa Aldric berani naik lift itu, beberapa hari lalu ia dan teman-temannya juga melihat Aldric naik lift dari lantai 7 yang notabene lantai khusus direksi dan CEO. Nalurinya mencurigai Aldric, ia curiga jika Aldric adalah mata mata direksi untuk mengawasi divisi marketing Alpha. "Aku tidak menyangka dia seorang pengawas. Tentu saja, dia lulusan luar negeri, mana mau hanya jadi staf biasa, pasti bisa ia disiapkan untuk jadi kepala divisi seperti pak Arda," gumam Kanaya. Kanaya pun segera masuk lift menuju lantai 10, saat ia masuk ruangan divisi Alpha, Kanaya terkejut karena Aldric sudah duduk di mejanya. "Pagi sekali kamu Al?" sapa Kanaya yang berjalan menuju mejanya dan duduk. "Iya, pekerjaanku banyak jadi aku harus datang lebih pagi," jawab Aldric tanpa menoleh pada Kanaya. Kanaya menyalakan laptopnya dan mulai bekerja, satu persatu staff divisi marketing  berdatangan dan mulai sibuk dengan pekerjaan masing-masing. "Kay, Aldric dan Aldi dipanggil pak Arda," ucap Nadia yang baru keluar dari ruangan kepala divisi marketing Alpha. "Ada apa pak Arda panggil kami?" tanya Kanaya heran. "Ya udah kalian bertiga kesana biar tahu," tambah Nadia. Kanaya, Aldi dan Aldric berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ruangan Arda. Ketiganya sudah duduk di hadapan Arda, Kanaya masih bertanya-tanya kenapa hanya mereka bertiga yang dipanggil. "Ada apa pak Arda memanggil kami bertiga? sepertinya sangat penting," tanya Kanaya. "Kamu sudah bisa menebak ya Kay, memang insting kamu kuat sekali. Begini Kay perusahaan kita diharuskan mengirim personil untuk mengikuti sebuah event besar di Bandung, pameran produk jadi perusahaan kirim tim marketing Alpha yang berangkat jadi aku memberikan tugas pada kalian bertiga." "Cuma kami bertiga saja pak?" tanya Aldi.  "Iya, saya juga ikut, tim Alpha dapat kepercayaan jadi kita harus manfaatkan sebaik-baiknya," jawab Arda. "Kay wanita sendiri dong?" tambah Aldi. "Jangan salah, insting Kay mungkin lebih tinggi dari pada kamu Di, bagaimana? kalian siap?" "Siap," jawab ketiganya bersamaan, Kanaya heran kenapa Aldric diam saja tak bertanya apapun, jika ia benar benar baru di dunia marketing pasti ia akan banyak bertanya. "Baiklah kita berangkat besok, siapkan barang barang kalian kita di Bandung  selama seminggu." Oooo----oooO Aldric menatap pada meja di sudut hall dimana Kanaya sedang berbicara dengan dua orang klien, gadis itu dengan percaya diri dan meyakinkan bicara pada klien yang datang dari Holland itu. "Bagaimana Al, tidak salah kan aku mengajak Kanaya, dia paling bisa meyakinkan klien, sepertinya sebentar lagi kita export ke Holland ini Al." "Iya benar, pantas jadi staf kesayangan kamu. Aku rasa bukan karena kemampuannya itu yang menjadikannya staf Alpha favorit kamu tapi karena kamu suka padanya," ucap Aldric santai. "Apa? kamu jangan sembarangan Al." "Aku tidak bicara sembarangan Arda, katakan jika aku salah?" "Enggak, kamu tidak salah," jawab Arda pelan. "Ya sudah, dekati dia, apa susahnya?" "Sepertinya ia tidak tertarik padaku."  "Kamu belum mencoba, kenapa pesimis?" "Sudah tidak usah mengajari aku, bagaimana denganmu sendiri Al, kamu kapan mencari kekasih yang benar?" "Kamu pikir aku tidak benar dalam mencari kekasih?"  "Aku tahu sifatmu Al, kamu hanya bermain main dengan mereka, carilah yang serius dan menikah, papa kamu memintaku menasehatimu." "Aku masih belum ingin menikah Da, pernikahan masih jauh dari bayanganku, aku lebih suka bertualang dan bermain."  "Kamu itu sudah banyak menyakiti hati para gadis itu, kalau suatu saat mereka balas dendam padamu bagaimana?" "Mereka bisa apa memangnya?" "Aaaah ...sudahlah, memang aku tidak bisa menasehati temanku yang playboy ini, terserah kamu lah, itu hidup kamu dan kamu yang menjalaninya." "Baiklah, setelah ini kamu mau kemana? aku traktir minum." "Tidak ada acara, aku terima ajakanmu." "Kenapa tidak kamu ajak Kanaya jalan? sebagai teman dekatmu aku mau kamu mendapatkan wanita yang kamu sukai." "Aku belum ada keberanian, dia seperti tidak respon jika aku dekati." "Cemen sekali kamu, dekati terus nanti juga luluh." "Bukannya kamu mengajakku minum, kenapa malah menyuruhku jalan sama Kanaya?" "Pak Arda? Ini," Kanaya tiba tiba sudah ada di depan Arda dan Aldric membuat keduanya terkejut. "Apa ini?" "Ini nomor beberapa klien yang berminat mengikuti import produk kita ke negara mereka." Arda menerima berkas dari Kanaya. "Baiklah nanti kita tindak lanjuti, kamu dan Aldi berkemas kembali ke hotel, aku ada urusan dengan Aldric." "Baik pak." Kanaya berjalan meninggalkan Arda dan Aldric. ~~~ ~~~ Kanaya dan Aldi memasuki lobby hotel dimana mereka menginap, masing masing menempati satu kamar. "Kamu langsung istirahatlah Kay masih sore." "Enggak, habis ini aku mau mandi lalu jalan jalan keliling Bandung." "Mau barengan nggak sama aku?" "Sorry Di, aku mau menemui teman aku soalnya, dia yang ajak aku jalan jalan, aku tidak enak jika ajak kamu." "Oh begitu, tidak apa apa." Kanaya dan Aldi masuk dalam lift menuju kamar mereka di lantai 3, kamar mereka bersebelahan juga kamar Arda dan Aldric. "Kay, kamu lihat ada yang aneh nggak sih sama Aldric?" tanya Aldi saat mereka berjalan di lorong hotel  menuju kamar mereka. "Kamu merasa juga? iya sih." "Sepertinya ia bukan benar benar staf marketing, tapi mengawasi kita, benar kan? apakah dia tim pengawas yang melakukan pengawasan pada kinerja kita?" "Bisa jadi seperti itu, bayangkan dia lulusan luar negeri seperti pak Arda, logikanya mana mau sih jadi staf, paling tidak kepala divisi seperti pak Arda, ya kan? tebakanku sih dia dipersiapkan mengisi kursi kepala divisi deh, dia hanya diberikan pemahaman soal marketing. Masuk akal nggak sih pendapat aku?" tanya Kanaya. "Masuk akal sih." "Kita bekerja seperti biasa saja Di, tidak usah berlebihan juga, ya udah aku masuk kamar dulu mau mandi gerah.” "oke." Kanaya kemudian masuk dalam kamarnya, ia langsung mandi dan berganti pakaian, setelah seharian memakai pakaian resmi, ia mengganti dengan pakaian kasual, celana jeans dengan sedikit aksen sobek dipaha dan kaos kerah Sabrina berwarna pink, ia permanis dengan sling bag kecil dan sneakers. Ia ikat  rambut panjangnya kuncir kuda, ia hanya memakai makeup up soft lipstik warna nude. Ia ada janji dengan teman kuliahnya dulu, mereka sudah sangat lama tidak bertemu dan ingin melepas rindu, Kanaya bergegas turun karena temannya sudah menunggu di lobby. "Kay...." teman Kanaya melambaikan tangannya saat melihat Kanaya keluar dari lift. "Kikan...." Kanaya berjalan cepat menuju tempat Kikan berada, mereka kemudian berpelukan. "Ya ampun Kay, kamu tambah cantik. Berapa lama kita tidak bertemu? 3 tahun ya?" "Ya kira kira selama itu, kamu apa kabar Ki?" "Baik Kay, baiklah kita mau jalan kemana? ke club mau?" "Aah...club mulu dari dulu kamu, aku mau jalan jalan menikmati keindahan Bandung." "Kalau itu mah siang Kay, malam ya ke club." "Ya udah deh aku ikut aja sama tuan rumah," jawab Kanaya. "Lets go kalau begitu." Kikan menarik tangan Kanaya menuju area parkir, tak lama mereka sudah ada di jalanan menuju tempat yang dimaksudkan oleh Kikan. Tak sampai satu jam mereka sudah ada di sebuah klub terkenal di Bandung, pengunjung sudah ramai dan musik menghentak membuat tubuh ingin bergoyang. "Kita goyang yuk Kay disana?" tanya Kikan menunjuk tempat yang banyak orang sudah bergoyang. "Aku malas Ki." "Ayolah Kay, buat apa kamu ikut kesini kalau tidak mau goyang, ayo." Kikan menarik tangan Kanaya dan mengajaknya goyang, terpaksa Kay ikut goyang mengikuti irama dengan Kikan. Kanaya jarang melakukan ini, hanya Kikan yang berani mengajaknya ke tempat seperti ini, itu juga jarang sekali Kanaya mau, dulu saat kuliah tiap weekend Kikan mengajaknya clubbing namun Kanaya jarang mau. Hampir tengah malam, Kanaya mengajak Kikan pulang, namun Kikan enggan. "Nanti dulu Kay, kita pulang pagi aja." "Ki, besok aku masih kerja, ck..." Kanaya hanya menggelengkan kepala dan meninggalkan Kikan, temannya itu selalu saja asyik sendiri, Kanaya berinisiatif pulang, jika ia tak segera istirahatlah ia bisa mengantuk besok saat bekerja, bisa bisa ia ditegur oleh Arda. Kanaya kemudian keluar dari club namun disudut club ia melihat seseorang yang ia kenal. "Aldric..?" Kanaya melihat Aldric sedang bermesraan dengan seorang gadis, suasana yang remang remang membuat mereka leluasa namun Kanaya bisa melihat dengan jelas. Kanaya melanjutkan langkahnya keluar dari club. "Ternyata player, pantas Sarah, Nadia dan Mitha tergila gila pada pesonanya," gumam Kanaya melanjutkan langkahnya keluar club, ia memesan taksi online tapi kesulitan. Kanaya menunggu di depan club, tiba tiba ada seorang pria yang mendekatinya. "Halo cantik, sendirian saja?" tanya pria itu. "Maaf, saya mau pulang." Kanaya melangkah pergi namun tangannya ditahan pria. "Ayolah, tidak usah jual mahal, lebih baik kita bersenang senang." pria itu mendekatkan tubuhnya pada Kanaya membuat Kanaya mundur hingga terbentur dinding dan tak bisa bergerak. Kanaya berusaha keras mendorong pria itu namun ia kalah tenaga, ia menginjak kaki pria itu membuat pria itu lengah, Kanaya segera pergi namun pria itu masih bisa meraih Kanaya dengan menarik pakaian Kanaya hingga sobek di bagian belakang memperlihatkan bra Kanaya. "Hai...tidak malu kamu memperlakukan wanita dengan kasar?!" bentak seseorang, Kanaya terbelalak saat melihat Aldric sudah ada di sana, Aldric melepas jaketnya dan melangkah menuju Kanaya, ia memakaikan jaket pada Kanaya untuk menutupi pakaian Kanaya yang sobek. "Siapa kamu? berani melawanku?" "Pria sepertimu tak layak hidup, pria yang memperlakukan seorang wanita tidak hormat, harus dimusnahkan." Pria itu segera menyerang Aldric, dengan tenang Aldric melawan pria itu, dengan mudah Aldric  membuat pria itu tersungkur dan pergi. Aldric menoleh pada Kanaya yang masih terpaku ditempatnya, Aldric berjalan mendekati Kanaya. "Aku antar ke hotel." Aldric berjalan menuju mobil di area parkir, dengan ragu Kanaya mengikuti Aldric. "Al, kamu mau kemana?" seorang gadis tergesa-gesa mendekati Aldric. "Aku mau mengantar temanku ke hotel, kamu pulang saja," jawab Aldric. Gadis itu memeluk Aldric mesra dan mencium bibirnya, hal itu membuat Kanaya memalingkan wajahnya ke arah lain tak ingin melihat hal yang membuatnya malu. "Kamu janji ya akan menghubungi aku lagi," ucap gadis itu di sela pagutannya pada Aldric "Hemmm..." Gadis itu kemudian melepas pagutan bibirnya dan menatap Kanaya sekilas, lalu berjalan meninggalkan area parkir dan masuk dalam club kembali. "Masuk mobil," perintah Aldric pada Kanaya, tanpa berkata sepatah katapun Kanaya masuk dalam mobil. Aldric melirik Kanaya yang diam di sebelahnya, gadis itu bahkan tidak menangis karena kejadian yang ia alami tadi, seharusnya dalam situasi seperti ini Kanaya menangis dan ketakutan tapi itu tak ia lihat sama sekali di diri Kanaya. "Kamu boleh menangis jika itu membuatmu lega." Kanaya masih diam tanpa kata. Lynagabrielangga    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD