Jimat

1490 Words
Saat ia mematung meratapi nasip sedihnya, mobil mewah berhenti di depannya, seorang lelaki bertubuh gemuk dan ia menggenggam tangan anak perempuan umur sekitar 10 tahun. Iwan santoso ayah Jovita memantau lokasi proyek baru yang akan ia bangun, perumahan mewah Ia datang bersama putrinya. Leon yakin, kalau orang yang menghancurkan rumahnya, dan menyuruh preman untuk memperkosa kakak perempuannya adalah Iwan Santoso. Lelaki bertubuh tambun itu membawa anak perempuannya anak berpita merah. Gadis berpita merah itu adalah Jovita Hara kecil, ia menatap Naga dengan tatapan jijik, karena ia kucel dan kotor, melihat anaknya takut, ia meminta bawahannya meminta Leon pergi. Saat itulah mata Leon menatap tajam pada anak kecil berpita merah itu. Ia mengarahkan jarinya membentuk pistol, dan diarahkan pada Jovita Hara kecil. “Dooor,” ucap Leon kecil, menandai gadis berpita merah itu, sebagai target buruan. Iwan, seolah-olah ingin menunjukkan betapa hebatnya ia pada putrinya saat itu, ia karena akan membangun rumah mewah di sana, ia tertawa bangga dan menunjuk semua bangunan runtuh itu pada Jovita Hara kecil, gadis kecil itu tertawa bangga pada hasil karya ayahnya. Melihat hal itu … Leon kecil, menandai Jovita Hara di hatinya, kalau gadis berpita merah itu akan merasakan apa yang dirasakan kakak perempuannya suatu saat nanti. “Jeritan dan tangisan ketakutan dari kakakku akan kamu rasakan,” ucap Leon kecil menatap Hara kecil. Sejak saat itu, Leon mengawasi Hara, mulai ia pakai seragam putih merah , rok biru, hingga rok abu-abu sampai ia kuliah, bahkan ia baru mulai bekerja pada perusaan ayahnya, dan kini anak gadis kecil itu, berada di ranjangnya, ia membuktikan pada dirinya kalau gadis kecil itu akan jadi miliknya seutuhnya, hal itu terbukti. Bahkan ia lelaki pertama yang menjamahnya, merenggut kegadisan wanita itu, ia menikmatinya sendiri. ‘Apa yang aku tanamkan pada diriku sejak dulu, sebuah motifasi untukku. Apa yang menjadi milikku akan selamanya akan menjadi milikku , dia boleh pergi setelah aku melepaskannya: By Leon Wardana Dalam kamar terkunci itu Jovita masi meringkuk ketakutan. Clek …! Suara pintu terbuka, tepat saat ia menaikkan kaki ke atas meja untuk mencari jalan keluar dari kamar tersebut. Ia terdiam bola mata besar itu menatap Leon dengan takut. Dig-dug-dag ….! Suara jantungnya semakin berirama tidak terkendali, saat Leon berdiri menatapnya, dengan kedua bola mata itu menatap tajam padanya. “Kamu mau apa?” suara barito bernada tegas keluar dari mulutnya, “A-a-aku –aku hanya ingin melihat-lihat,”kata Jovita terbata-bata. Ia mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak lebih cepat. “Kamu sepertinya sudah bosan hidup Iya!” teriak Leon ia mendekat, menyeret tubuhnya ke dinding dengan sangat kasar. “A-a-aku minta maaf , a-aku tidak akan mencoba kabur lagi,” ujar Jovita gemetaran. Leon menekan tubuhnya ke dinding, menatap tajam ke dalam matanya, menyelidiki, mata besar dengan bola mata berwarna coklat itu terlihat pas untuk wajahnya, cantik. Tuhan menciptakan begitu cantik seperti boneka, siapapun yang melihatnya bisa tersihir oleh matanya yang indah. “Saya sudah bilang padamu, tidak ada satu orangpun yang bisa kabur dariku dalam keadaan hidup, jika kamu kabur ada pilihan untuk kelanjutan hidupmu, kamu pilih sendiri. Pisau,pistol atau racun, kamu yang akan melakukanya atau saya yang melakukanya,”suara Leon terdengar sangat menakutkan. Jovita menelan savilanya dengan susah payah. Mata Leon yang memiliki sorot mata tajam itu, masi menatap matanya, kini mata tajam itu turun melihat bibirnya. Leon memicingkan matanya, saat Jovita tanpa sengaja membasahi bibir mungil berwarna merah itu, tubuhnya bergetar ketakutan. “ Aku sudah bilang kamu masih milikku, kamu boleh pergi, jika aku sudah mengusir mu nanti,” ia menempelkan bibirnya lagi ke bibir Jovita, mata besar milik Jovita membelalak, bulu mata lentik itu mengerjap-erjap , saat Leon menyentuh bibir itu lagi , tanpa minta izin darinya. Jovita menolak, ia mengalihkan wajahnya ke samping mendorong d**a Leon dengan sekuat tenaga. “Apa yang aku mau, aku selalu mendapatkan,” ucapnya terdengar sangat egois “Setidaknya kamu punya sopan santun, minta izin hal yang utama saat mengambil sesuatu. Aku bukan wanitamu,” ujar Jovita, di sela-sela ketakutannya, hatinya berteriak menolak saat Leon memperlakukannya sesuka hatinya. “Berhenti mengajariku gadis kecil.” Mendengar sebutan anak kecil di berikan padanya, emosinya memuncak, ia ingin menendang bagian s**********n Leon dengan dengkul kakinya. Tetapi lelaki itu terlalu pintar, ia bisa membaca gerakan tubuh Hara, menangkap siku kakinya dengan satu tangannya, lalu ia berkata lembut, Namun, mengandung makna yang dalam. “Jangan melakukan sesuatu hal yang membuatmu jadi masalah, yang nantinya kamu sesali,” ucapnya santai Melepaskan kaki Jovita Hara. Namun, Hara menggunakan siku tangannya memukul bibir Leon sampai berdarah. “Aku sudah memperingatkan mu, apa tidak mengerti? Aku akan melenyapkan mu nanti, kalau ia tidak berfungsi lagi gadis bodoh,” ujar Leon mengusap bibirnya yang terkena sikut tangan Jovita. “Lagian kamu yang duluan,” jawab Jovita dengan polos. “Ahhhh, kamu masih menyahut dasar gadis bodoh!” Menarik tubuh Jovita ke ranjang, ia dijatuhkan dan tidur terlentang, ia ingin bangun. Namun, Leon menahannya, meletakkan kepalanya di d**a Jovita. “Kamu berat, aku tidak bisa bernafas." Jovita mendorong kepala Leon. “Kamu diam, aku kesakitan," bentak Leon, ia sengaja menindih tubuh mungil Jovita sampai gadis mudah itu tenggelam di balik badannya yang besar. “Kamu pilih, jika kamu melawan aku akan memperkosa mu lagi sampai kamu menjerit kesakitan, tapi, kalau kamu jadi anak baik, aku tidak akan melakukannya,” ucap Leon terdengar seperti ancaman yang mengerikan untuk Hara. Jovita Hara diam, membiarkan tubuhnya remuk, di tiban Leon, lelaki tampan yang kejam itu merebahkan kepalanya di d**a Jovita, d**a Jovita naik turun menahan beban di atasnya, jantungnya masih berdetak tidak stabil, ia masih takut. “Diamlah, kalau dadamu naik turun seperti ini, aku tidak akan bisa tidur,” ucap Leon, meletakkan wajahnya di bagian empuk di dadanya. Hara menahan napas saat Leon sengaja menekan bagian itu dengan pipinya. Setelah beberapa lama bertahan jadi anak yang baik dan penurut, jovita menggerakkan tubuhnya karena ia merasa tubuh Leon semakin berat, Jovita sampai merasa tidak bisa bernapas. Saat ia menoleh, ternyata Leon tertidur diatas tubuhnya dengan napas yang sangat teratur. ‘Apa yang terjadi padanya, apa ia tertidur apa pingsan?’ “Aduh tubuhnya berat … pinggangku sudah mau patah, kenapa harus tidur diatas tubuhku sih … memangnya aku kasur apa,” ujar Jovita Melihat lelaki sangar itu tertidur pulas, ia tidak berani membangunkannya, ia membiarkan tubuh Leon tetap menindihnya dan ia juga ikut tertidur. Kira-kira satu jam Leon terbangun, ini pertama kali baginya bisa tidur dengan tenang, tanpa di hantui mimpi buruk itu lagi. ‘Apa aku ketiduran? ‘ Leon melihat gadis cantik bertubuh mungil itu ikut tertidur di bawah tubuhnya, ia berpikir Hara mati, satu jari tangan leon diarahkan ke hidungnya memastikan ia bernapas. Hara tidurnya tenang, napasnya teratur sebagian rambut menutupi wajahnya yang cantik . Perlahan Leon mengangkat tubuhnya, ia mencoba berbaring di samping Jovita, tapi ia tidak bisa tertidur pulas seperti tadi, padahal ia ingin sekali tidur diatas dua jam, karena hampir tiap malam tidak bisa memejamkan matanya, sebab selalu di hantui mimpi buruk. “Sial, tadi kenapa bisa tidur, sekarang kenapa malah tidak bisa lagi. Apa karena tubuh wanita ini ada jimatnya?” Leon menatap tubuh Hara. Jovita masih tertidur pulas. “Apa perlu mencoba …?” Leon penasaran, kenapa saat ia diatas tubuh Jovita bisa tidur sangat nyenyak. Leon mengangkat tubuh Jovita menidurkannya di dadanya, kini gantian tubuh gadis cantik itu yang bertengger di atas d**a bidang milik Leon. Jovita terbangun dan kaget, saat tubuhnya berada diatas tubuh Leon, ia berontak ia ngin turun, lengan kuat leon menahannya agar tetap di sana, “Apa yang ingin kamu lakukan?” “Tidur diatas dadaku,” pintanya dengan suara tegas. “Haaah?” “Jangan protes, tidurlah, aku kesakitan,” kata Leon, menjadikan bibirnya yang bengkak sebagai alasan. “Baiklah kalau hanya tidur di sini, aku bisa melakukanya.” Jovita meletakkan kepalanya di d**a Leon, tetapi tangannya sibuk mencari kunci di bawah bantal Leon. “Apa yang kau lakukan bodoh … Aku tidak bisa tidur, kalau tanganmu di sana,” ucap Leon dengan mata tertutup “Aku tidak akan bisa tidur lagi karena kamu sempat membangunkan ku, kamu harus mengusap-usap kepalaku, agar aku bisa tidur.” Jovita mencari alasan, meminta Leon mengusap-usap kepalanya. “Dasar anak manja, aku yang mau tidur, bukan kamu,” “jika aku tidur, kamu juga pasti tidur.” Jovita mengajari Leon. Tangannya menarik tangan Leon dan mengarahkan ke kepalanya, awalnya Leon tidak mau, tapi tiba-tiba tangannya menuruti apa yang di katakan Jovita, ia mengusap –usap kepalanya, gadis bertubuh mungil itu benar, Jovita ketiduran, ia seperti bayi yang dininabobokan. ‘Apa ini … Apa dia benar-benar tidur?’ Leon melirik wajah Jovita, gadis cantik itu, tertidur pulas dengan posisi yang sangat nyaman diatas d**a Leon , bagai terhipnotis Leon si lelaki kejam berwajah sangar. Leon ikut tertidur pulas memeluk tubuh mungil Jovita, memeluknya seperti boneka penghantar tidur itu, kali ini ia merasa Jovita Hara bagai jimat penghantar tidur baginya. Sekilas terlihat seperti sepasang kekasih yang memadu kasih.Tidak ada yang menduga, kalau wanita yang ia peluk saat ini, seorang gadis tawanan. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD