Bertarung Dalam Hutan

1237 Words
Leon mendorongnya menjauh hingga ia terjatuh di rumput-rumput dengan tangan diikat, ia tidak bisa berbuat apa-apa, hanya melihat Leon bertarung dengan gagah, melawan orang berpakaian khas itu. Sebelum Leon mengayunkan Mandau miliknya, ia terlebih dahulu membaca semacam mantra, terlihat dari bibirnya yang komat-kamit . “Hiiaaaah “ ia mengayunkan pedang panjang itu, diangkat tinggi-tinggi. Dengan segala kekuatan Leon Wardana atau biasa di sapa Naga itu, mengayunkan pedang, menyabet leher seorang musuhnya, bilah pedangnya terbebas seketika, ia menebas musuh di sampingnya, lengkingan kesakitan dan suara teriakan kemarahan terdengar, dari dalam hutan. Dengan lincah dan cekatan, ia mengayunkan pedangnya ke kanan dan kiri. “Hiaaa …!” Teriaknya lantang, otot tangannya terlihat mengembul dari kaos singlet berwarna hitam yang ia pakai, ia sangat menyeramkan pada saat marah. Ia menusukkan bilah pedangnya lagi pada musuh yang ingin menyergapnya dari belakang. Ujung pedang Leon menembus otot lengan lawan “Hiaa …!” Suara -suara riuh saling bersahut-sahutan di dalam hutan. Dari ujung matanya, Leon merasakan ada sesuatu yang sangat dekat disisi kanan, secara naluriah ia mengayunkan pedangnya kearah tersebut merobek lengan lagi, seorang musuh yang ingin menyergap lagi, Leon menyayat pipinya dengan satu ayunan. Pekikan-pekikan kematian terdengar di dalam hutan. Ia mengalahkan mereka semua sendirian. Ia tidak hanya ahli dalam senjata, tetapi ia juga menguasai tehnik pedang. Orang-orang yang sudah tumbang tergeletak di tanah dengan erangan kesakitan, menunggu ajal. Karena Leon seperti tidak memiliki hati, saat mereka sudah terkapar tidak berdaya lagi, ia kembali menancapkan pedangnya ke d**a musuh-musuhnya, memastikan mereka semuanya tidak ada yang selamat. Jovita bergelidik menyaksikan kengerian di depan matanya, ia sampai mual melihat noda-noda merah bercipratan sampai ke daun –daun kering, di tempat Leon sedang beradu pedang dengan musuh-musuhnya. “Iya Tuhan aku berada di tangan seorang iblis kejam saat ini,” ucap Jovita . Bahkan saat ini lelaki yang tidak punya hati itu, duduk dengan tenang menunggu kematian para musuhnya, ia menghembuskan asap-asap berbentuk bulat-bulat kecil dari mulutnya, ia tidak perduli walau mereka semua sudah sekarat. Jovita merasa sangat ngeri melihat pemandangan itu, tubuh mereka tergelatak bersimbah darah. Ia yakin orang-orang itu akan mati hari itu juga, karena d**a mereka sudah ditembus pedang dari Leon. Leon masih dengan posisi duduk menghidupkan beberapa batang rokok, dan meletakkannya di bibir mereka, asap itu mengebul di diantara tubuh-tubuh yang sudah terkapar, yang masih bernapas , ia memberikan rokok yang sudah ia nyalakan semacam ucapan selamat jalan. Setelah orang-orang itu tumbang, ia memastikan tidak ada lagi yang hidup. Leon bangun dan menarik tubuh Jovita, yang sedari tadi ia biarkan ikut tergeletak di rumput, lalu ia berdiri dengan tenang, seakan- akan yang ia lenyap kan barusan hanya beberapa tikus tanah, tidak ada rasa takut ataupun menyesal di wajahnya. ‘Ini manusia apa Iblis ? yang menjelma jadi manusia’ ucap Jovita dalam hati. Ia mendekati Jovita lagi ,menarik baju jovita menyeretnya, meninggalkan orang -orang yang sudah tidak bernyawa itu. Pakaiannya dipenuhi banyak noda merah, bukan hanya baju, celananya juga di penuhi bercak-bercak darah, bau anyer tercium dari tubuhnya, Jovita merasa perutnya mual, dan kakinya gemetar melihat tubuh Leon di penuhi darah. Jovita tidak bisa berkata-kata lagi, menyaksikan kematian puluhan orang di depan matanya, membuat tubuhnya bagai mati rasa, ia shock dan tubuhnya masih gemetar. Ia masih saja diseret dengan sangat kasar, tubuhnya di letakkan di pinggir sungai lalu ia mencabut pedang itu dari balik punggungnya, dan diayunkan kearah Jovita. Wanita malang itu hanya menutup matanya dengan pasrah, bahkan memohon atau berteriak pun ia tidak punya tenaga, tubuhnya terus saja gemetaran. Leon berniat melenyapkan Jovita karena ia terlalu banyak mengetahui tentang Leon, tetapi saat ia mengayunkan pedang panjang itu tiba-tiba … Braaak … Leon tumbang, sebuah anak panah menancap di dadanya. Walau tubuhnya sudah terluka, dengan cepat juga ia menarik anak panah itu dari dadanya. Kali ini jovita selamat dari kematian, akibat anak panah yang melukai Leon. Leon menyimpan pedang itu lagi, menarik tangan Jovita, menariknya bersembunyi di balik pohon besar, ia menyandarkan kepalanya di pohon, menarik Jovita mendekap di dadanya, agar tidak kelihatan oleh musuh. Sosok pemilik panah itupun belum terlihat, Leon semakin mendekap badan Jovita di d**a kekarnya. Jovita tidak bergerak sedikitpun. Tubuhnya bergetar hebat apalagi pipinya menyentuh d**a Leon yang terluka anak panah. Ia semakin ketakutan, tapi aneh air matanya tidak mau keluar lagi, mungkin sumur di dalam matanya sudah kering. Lelaki itu menarik tangan Jovita, menyeret dan membawanya berlari meninggalkan hutan Di paksa berlari dengan tangan masih diikat, Hara terjatuh tidak mampu berlari lagi, Leon menatapnya dengan tatapan marah. “Ckk, dasar lemah” Leon membantunya berdiri Suara langkah kaki yang mengejar mereka semakin dekat, Leon menjatuhkan tubuh Jovita ke tanah, menggulingkan tubuh mereka di bawah semak, tubuh kekar itu menindihnya dengan kuat , ia merasakan badannya remuk menahan beban berat dari lelaki itu, d**a Jovita naik turun, menahan beban tubuh Leon, ia merasa kesulitan bernapas. Sedangkan baju yang dipakai jovita, hanya kaos atasan yang mampu menutupi bagian atasannya saja, sedangkan bagian bawahnya, hanya memakai CD milik lelaki, sepertinya bukan milik Leon karena ukuranya kecil. Saat berbaring di semak-semak untuk bersembunyi, Jovita merasakan ada mahluk melata melintas di kakinya dingin, dan terasa licin “U-u-ular,” bisik Jovita pelan, tubuhnya meronta dibawah tubuh Leon. Tangan Leon dengan sigap membekap mulutnya agar tidak bersuara , sebelum orang-orang yang mengejar itu, menemukan mereka, mahluk melata itu semakin menyusuri kakinya. “Ular di- Karena tangannya tidak mampu mendiamkan mulut Jovita, Leon tepaksa membekapnya dengan mulutnya, mulut itu diam dan matanya melotot, karena rasa takut Jovita, tanpa sadar ia meremas kuat luka di d**a Leon. Leon merasakan rasa sakit akibat tangan Jovita mencakar lukanya. “Hmm ….” Ia mengerang kesakitan, suara mereka sama tertahan di dalam mulut, Karena Leon masih membekap mulut itu dengan mulutnya. Akhirnya orang yang mengejar mereka itu pergi, meninggalkan hutan, terlihat dari sinar obor yang mereka bawa semakin menjauh. Leon melepaskan mulutnya dari mulut jovita. “Auh sakit b******k!” Leon memakinya dengan kasar, menyingkirkan tangan Jovita dari dadanya. Saat ia ingin bangun lagi, tiba-tiba ada obor kedua ingin melintas, membawa mayat-mayat dari orang yang ditumbangkan tadi. Ia menekan dadanya kembali ke d**a Jovita dengan sikap tiba-tiba. Membuat tubuh Jovita bengek kesakitan. “Auuuh sakit.” Ia meringis di bawah badannya, ada batu, dengan perlahan Leon membalikkan tubuhnya bertukar posisi, kini tubuh kecil jovita yang berada di atas tubuh Leon, tentu saja itu tidak ada apa-apanya bagi tubuh Leon. Para rombongan manusia ber obor itu menghilang di balik pohon-pohon besar, meninggalkan mereka berdua dalam kegelapan. Demi apapun Jovita tidak ingin menjauh dari lelaki itu. “Awas …! menyingkir dari tubuhku.|” pinta Leon kasar, menyuruhnya turun dari tubuhnya, tetapi melihat hutan gelap itu Jovita ketakutan, ia tidak mau turun dari atas d**a Leon walau sudah di minta. Jovita penakut, takut pada mahluk kasat mata, dengan mata tertutup ia malah memeluk tubuh Leon dengan erat. “Aku takut,” kata Jovita “Kamu harusnya takut padaku, karena aku orang yang suka melenyapkan nyawa orang lain,” kata Leon setengah berbisik ke kuping Jovita, ia hanya menggeleng semakin memeluk tubuhnya. “Kalau kita tidak pergi dari sini … Apa kamu tahu yang lebih buruk akan datang. Mariaban akan datang nanti dan memakan kita hidup-hidup,” kata Leon mendorong tubuhnya. Di hutan pedalaman Kalimantan, salah satu suku mempercayai kalau hutan itu ditinggalin sosok mahluk besar yang bernama Mariaban. di percaya sosok siluman yang akan memakan manusia yang mau masuk ke wilayahnya. dan masih di percaya hingga saat ini “Si-si-siapa ?” Tanya Jovita gelagapan, tangannya semakin gemetar. Bersambung …
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD