Empat Puluh Empat

1561 Words
Pukul satu siang, seorang penjaga yang berkulit hitam dan bersimpati kepada Furuya Satoru memberi bocoran kepada seorang anggota Detai. Kedua van putih itu sedang dimuati; pemindahan telah dimulai. Pada pukul setengah dua siang, beberapa mobil van itu meninggalkan penjara melewati jalanan belakang di dekat unit keamanan maksimum. Mereka membelok di Rute 350. Lalu lintas tidak begitu padat. Sekitar tiga kilometer dari penjara, lalu lintas sudah mulai ramai, arus menjadi macet, tidak lama kendaraan seperti berhenti. Di depan beberapa mobil van itu, sebuah mobil menghalang di lajur kanan. Dan anehnya, satu mobil lagi menghalang di jalur kiri, dan satu mobil lainnya di bahu jalan. Ketiga mobil itu memblokir semua akses jalan. Para pengemudi mobil itu memeriksa di bawah kap-kap. Lalu di belakang ketiga mobil itu ada sekitar tiga mobil lagi, semuanya menghalangi dalam barisan rapi di seberang jalanan. Beberapa van itu tidak bisa bergerak, dan kelihatannya juga tidak terburu-buru. Di belakang mereka, di lajur kanan, sebuah mobil lain berhenti. Pengemudinya adalah seorang perempuan muda berkulit hitam, dia membuka kap, keluar, dan berpura-pura putus asa karena Nissan-nya mogok. Sebuah mobil lain berhenti menyusul di sebelahnya di jalur kiri, mengalami kerusakan mesin tepat pada waktunya, dan kapnya pun diangkat. Lebih banyak kendaraan datang entah dari mana dan berkerumun bersama di belakang gelombang yang pertama, semuanya memblokir jalanan, termasuk bahu-bahu dan semua jalan masuk dan keluar yang ada. Dalam kurun lima menit, lalu lintas menjadi macet total dan kemungkinan karena ulah paling tidak dari dua puluh kendaraan. Beberapa van putih itu dikelilingi mobil-mobil dan SUV yang mogok, semuanya mengangkat kap depan, para pengemudi keluar, mengobrol, tertawa di telepon genggam. Beberapa mahasiswa laki-laki berjalan dari mobil ke mobil, mematikan masing-masing mobil dengan cara mencabut kabel-kabel aki. Para petugas polisi setempat datan dalam hitungan menit, lusinan mobil bertanda dengan sirene meraung. Mereka diikuti satu brigade truk penderek, semuanya dikumpulkan dalam waktu singkat. Operasi Detai telah menginformasikan para sukarelawannya dengan baik. Setap pengemudi bersikeras mobilnya mogok, dan menurut Undang-Undang Kanto hal itu bukan termasuk kejahatan. Surat-surat tilang pasti dikeluarkan karena telah memblokir lalu lintas, namun Operas Detai telah menemukan seorang pengacara yang akan memperjuangkan mereka di pengadilan. Para polisi lalu lintas itu tidak mempunyai hak untuk mengambil kunci-kunci mobil mereka dan memeriksa mesin-mesin mobil dengan seenaknya sendiri. Dan jika mereka berusaha, mesin-mesin itu toh akan mati. Para mahasiswa itu telah diberitahu supaya menolak pemeriksaan terhadap setiap kendaraan mereka; dengan damai menolak usaha apa saja untuk ditahan; untuk melemparkan ancaman legal sehubungan dengan penangkapan; dan apabila ditangkap, menganggapnya sebagai sebuah kehormatan, lencana keberanian dalam perjuangan melawan ketidakadilan. Operasi Detai memiliki para pengacara lain yang akan menangani setiap kasus mereka. Para mahasiswa tersebut justru senang membayangkan jika diri mereka dikurung, dalam benak mereka menganggap bahwa hal itu merupakan sebuah tindakan pembelaan. Sesuatu yang bisa mereka bicarakan sepanjang bertahun-tahun. Sama sepertik saat mobil polisi dan beberapa truk penderek itu diparkir serampangan di dekat kemacetan, dan sama saat polisi-polisi lalu lintas pertama mendekati para mahasiswa itu, tahap kedua rencana mereka bergulir dengan mulus. Gelombang mahasiswa bermobil lainnya muncul di rute 350 dan segera menghampiri kehebohan itu. Mereka memarkir setiap kendaraan mereka sekitar tiga kali tiga meter di belakang truk penderek itu. Seluruh kap dibuka, makin lebih banyak lagi mobil mogok. Oleh karena itu para sopir truk penderek diperkirakan akan menunjukkan kekesalan dan mungkin saja bertikai, para pengemudi gelombang kedua tetap tinggal di dalam mobil mereka dengan jendela-jendela yang dinaikkan dan pintu-pintu terkunci rapat. Kebanyakan mobil penuh dengan mahasiswa, dan banyak di antara mereka merupakan para pemuda bugar yang mampu membela diri sendiri. Mereka tidak keberatan bertikai. Pada dasarnya mereka marah. Seorang sopir truk penderek mendekati mobil pertama yang diparkir di belakangnya; menyadari bahwa kendaraan itu penuh dengan orang kulit hitam, dia mulai menyumpah-nyumpah dan melemparkan banyak ancaman. Seorang polisi lalu lintas setempat meneriakinya dan menyuruhnya tutup mulut. Petugas itu bernama Sersan Inman, dan dia bertanggung jawab untuk menangani situasi yang benar-benar unik tersebut, yang sejauh ini melibatkan delapan mobil polisi, tujuh truk penderek, paling tidak tiga puluh kendaraan “mogok”, dan dua van penjara yang salah satu di antaranya hendak memindahkan seorang tahanan menuju kematiannya. Dan semakin memperburuk keadaan, para penduduk setempat yang secara rutin menggunakan rute 350 ikut mendukung, tidak sadar kalau mereka sudah memilih waktu yang salah untuk bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain. Akibatnya jalanan itu benar-benar macet dan buntu. Inman merupakan petugas yang profesional dan tenang, dan dia tahu sesuatu yang tidak diketahui para mahasiswa tersebut. Sedang dia berjalan di antara kemacetan, menuju beberapa van, dia mengangguk sopan kepada para mahasiswa itu, para mahasiswa itu lantas membalasnya dengan senyum, bertanya apakah hari mereka menyenangkan. Di van-van para pengawal Furuya Satoru keluar, para petugas kekar berseragam mirip seragam SWAT dan menenteng senjata-senjata otomatis. Kebanyakan para mahasiswa itu cukup dekat dengan van-van itu. Seseorang yang ada di antara mereka kelihatannya adalah si pemimpin. Inman mendatanginya, mengulurkan satu tangan, dan berkata dengan sopan, “Aku Sersan Inman. Bolehkah aku mengetahui namamu?” “Kagawa.” Dengan enggan dia menjabat tangan Inman. “Kagawa, aku turut prihatin dengan mobilmu yang mogok.” “Tidak apa.” Inman memandang ke sekiling, tersenyum kepada para mahasiswa lainnya. “Apakah mereka temanmu?” “Belum pernah melihat mereka.” Inman tersenyum, “Begini, Kagawa, kami harus mengeluarkan mobil-mobil ini dari jalanan. Lalu lintas macet. Semuanya jadi terhambat.” “Aku rasa kita harus memanggil mekanik.” “Tidak, kita cuma harus menderek mereka, Kagawa. Kecuali, tentu saja, kalian semua mau menghemat sepuluh ribu yen dan pergi dari ini. Kalau kalian memilih untuk bertindak demikian, maka kami tidak akan terpaksa menulis segepok surat tilang. Itu nilainya sepuluh ribu yen per mobil.” “Apakah mobil mogok termasuk menyalahi peraturan?” “Tidak. Tapi kau dan aku sama-sama tahu kenapa kau di sini. Hakim pun akan tahu.” “Aku tahu kenapa aku di sini. Kenapa kau di sini?” “Aku melakukan pekerjaanku di sini, Kagawa. Mengatur lalu lintas dan menjaga ketenangan.” Inman mengangguk dan mengatakan, “Ikutlah denganku.” Kagawa mengikutinya ke van pertama. Pintu-pintu di sampingnya yang ganda terbuka. Inman melongok ke dalam, lalu mengundang Kagawa untuk melakukan hal yang sama. Van itu kosong. Mereka berjalan menuju van kedua. Keduanya melongok ke dalam. Ternyata van itu juga kosong.  Para pengawal itu mencemooh. Kemudian terdengar suara pusaran baling-baling helikopter. “Di mana Furuya Satoru?” tanya Kagawa. “Dia tidak ada di sini, kan?” tanya Inman sambil tersenyum lebar. Kagawa menatap jendela gelap dari van kosong itu. Mereka berjalan kembai ke depan van pertama. Inman menengadah ke langit, ke arah Miyazaki. Semua orang menunggu dan menunggu, dan beberapa detik kemudian sebuah helikopter menderu keras di atas kepala mereka semua. Inman menunjuk helikopter itu dan mengatakan, “Furuya Satoru sedang ada di sana.” Kawaga terpana, pundak-pundaknya merosot. Dengan cepat berita itu tersebar ke semua mahasiswa dan mereka kelihatannya juga kaget dan tidak percaya. Sebuah operasi yang sangat sempurna telah digagalkan. Furuya Satoru akan tiba di bilik kematian mendahului jadwal. “Terlalu banyak obrolan di internet,” ucap Inman. “Begini kesepakatannya, Kagawa. Kalian memiliki waktu lima belas menit untuk membersihkan jalanan ini dan pergi dari sini. Dalam waktu lima belas menit lagi, kami akan mulai menulis banyak surat tilang dan melakukan penderekan. Dan agar kau jelas, tidak akan ada penahanan, jadi tidak usah memprovokasi kami. Kau mengerti?” Kagawa berjalan menjauh, dia merasa bahwa dirinya sudah kalah telak sejauh ini. Dan itu di luar seluruh rencananya.   ***   HARRY Kazuya, sesudah satu potong roti lapis dan tiga cangkir, merasa lebih enakan. Dia duduk di belakang meja, lampu-lampu dinyalakan, tirai-tirai pun dibuka. Eijun dan Ivan memandanginya dan tidak satu orang pun yang tersenyum. Sudah jelas masalah uang telah dikesampingkan oleh Harry, paling tidak untuk saat itu. “Seandainya aku memberitahu padamu tentang apa yang sudah terjadi pada Bella, apa yang akan terjadi padaku?” tanyanya sambil memandangi Eijun. “Tidak ada, paling tidak, tidak ada untuk waktu lama. Polisi dan jaksa penuntut telah mendapatkan pelaku mereka. Kalau dia dibunuh nanti malam, maka mereka tidak akan pernah mempertimbangkan untuk mengajar orang lain. Jika Furuya Satoru mendapatkan penundaan, aku tidak yakin apa yang akan mereka lakukan, namun mereka akan membutuhkan waktu lama untuk mengakui kalau ada orang lain selain Furuya Satoru yang membunuh Bella Stefa. Mereka telah menanam begitu banyak andil dalam menjatuhkan keputusan bersalah yang keliru itu.” “Jadi, aku tidak akan ditangkap hari ini atau besok atau lusa?” “Aku tidak bisa memberikan jawaban atas nama para badut itu, Harry. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan. Secara umum, para polisi di sini itu t***l, dan Detektif Bonjamin adalah orang d***u. Namun menangkapmu artinya mereka mengaku salah tentang Furuya Satoru, dan aku bisa pastikan itu tidak akan terjadi. Jika kau pergi ke kantor polisi saat ini, bersumpah di atas Kitab Suci pun, dan memberikan sejumlah detail  kejadian penculikan, p*********n, dan pembunuhan itu, mereka pasti akan menganggapmu orang gila. Mereka tidak akan punya niat untuk mempercayaimu sedikit pun. Pengakuanmu jelas-jelas akan menghancurkan mereka.” Cedutan, hening sejenak. Robert Eijun mencondong maju dan memelototi Harry. “Waktunya telah habis, Harry. Aku ingin mendengarnya. Katakan padaku hal yang sebenarnya. Apa kau memang membunuh gadis itu?” “Ya, persis dengan apa yang aku katakan pada Ivan di sini. Aku menyergapnya, memerkosanya selama dua hari, lalu aku mencekiknya dan terakhir menyembunyikan mayatnya.” “Di mana mayat itu? Dengan menemukan mayat itu akan aku jamin bisa menghentikan eksekusi. Di mana dia?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD