Telah Dewasa

1337 Words
Lelaki bertopeng itu menari dengan begitu indahnya di atas panggung. Irama musik modern klasik yang mengiringinya begitu pas dengan setiap hentakan gerakannya. Menyiratkan setiap emosi dalam lagu, tanpa harus ada lirik secara tersurat. Beberapa orang di sana terpaku menatapnya. Termasuk seorang lelaki paruh baya yang duduk di sudut ruangan. Terlihat dari fisiknya, usianya sekitar 30 - 40 tahunan, ia begitu menikmati penampilan si penari. Karena kehadirannya seperti membawa kembali kenangan masa lalunya. Begitu si penari turun dari panggung, lelaki itu segera mengikutinya.   Si penari sendiri sebenarnya adalah seorang calon dancer milik salah satu agensi ternama. Sayangnya ia belum juga didebutkan, karena perusahaan belum menemukan konsep yang tepat untuknya. Atas saran dari kakak tercintanya, ia memilih untuk menari dari café ke café dengan genre ini. “Theo!” Si penari segera menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan melihat orang yang memanggilnya.“ Benar, nama kamu Theo?” tanyanya lagi. Ia kemudian melepas topengnya. Kini seseorang yang memanggilnya itu bisa melihat wajahnya dengan jelas. Nyatanya si penari masih sangat muda. Seorang remaja manis dengan kulit berwarna eksotis. Dan dia sangat tinggi dengan bentuk tubuh yang proporsional. “Dari mana Anda tahu nama saya?” tanyanya kemudian. Ia bersikap sopan karena seseorang itu terlihat seumuran daddy - nya. “Saya tadi sempat tanya sama salah satu pegawai café. Dulu ... ah, tidak. Sampai sekarang saya adalah salah penggemar si Mysterious Man, tau Artistic Zorro, atau siapa pun itulah. Mungkin kamu belum lahir waktu itu, tapi aliran menarimu benar - benar sama persis dengannya. Musik yang kalian pilih pun senada. Bahkan kamu memakai topeng yang sama dengan miliknya juga.” Theo seperti mendapat pencerahan. Ia tersenyum dan mengangguk beberapa kali. “Ah ... kebetulan banget, Om. Sebenarnya saya emang mengambil konsep ini darinya.” “Apa? Jadi kamu kenal dengan Mysterious Man? Apa kalian dekat?” Lelaki itu semakin antusias saja sepertinya. Ia nampak tak percaya, dalam arti kata yang positif. Theo menggeleng. “Tentu saja saya mengenalnya. Meski tidak secara langsung. Tapi keluarga besar saya sangat dekat dengannya.” Si Lelaki paruh baya terlihat begitu senang dan antusias, entah apa sebabnya. “Begini, Nama saya Ray. Sebenarnya saya punya sebuah agensi bakat. Tapi masih belum terlalu besar. Kalau kamu mau, kamu boleh bergabung dengan kami.” “Memang ini sudah sangat lama, tapi aliran menari itu tak mudah untuk dilupakan. Orang - orang seusia saya yang mengetahui si Mysterious Man, akan sangat menyukainya. Dan saya yakin, anak - anak muda zaman sekarang akan menyukainya juga. Kamu lihat bagaimana reaksi mereka kan tadi? Dengan konsep dan kemampuan menarimu itu kamu bisa sukses dengan mudah.” Theo mengangguk. Benar kata Pak Ray ini. Antusias para penonton tadi jauh melebihi ekspektasinya. Ia tak pernah tahu tarian rekomendasi kakaknya ini akan sangat digandrungi. Awalnya ia sempat tak mau, karena takut pada penari aslinya. Maklumlah, Theo sedikit penakut. Ia hanya khawatir, Theo yang itu akan menghantuinya saat malam tiba. Meski pun kenyataannya itu tidak pernah terjadi sampai sekarang. “Gimana, apa kamu bergabung dengan agensi kami?” Pak Ray kembali mengucapkan tawarannya.  Sayangnya justru wajah Theo berubah murung. “Sebenarnya saya sudah berada di bawah agensi lain.”   Jawaban Theo membuat Pak Ray mendadak murung juga. Terlihat jelas dari ekspresinya. “Tapi, sampai sekarang saya belum juga di - debutkan. Aku sudah terlalu lama menunggu. Oleh karena itu, saya mau bergabung dengan dengan agensi anda.” Ekspresi bahagia Pak Ray mendadak kembali. “Astaga ... kamu sungguh - sungguh?” “Tentu saja. Aku sudah lelah menunggu. Banyak teman - teman trainee juga sudah pindah agensi. Aku pikir aku masih ragu. Tapi setelah bertemu Bapak, sepertinya ini adalah sebuah kesempatan emas." Pak Ray pun segera menjabat tangan Theo dengan sangat antusias. ~~~ I Love You Tante - Sheilanda Khoirunnisa ~~~ Lelaki itu tak main - main dengan niatnya. Dalam waktu singkat Theo benar - benar didebutkan. Sesuai dugaan, konsep yang dibawanya begitu mudah diterima oleh masyarakat. Ia sudah memiliki fanclub sendiri dalam waktu sekejap. Beberapa orang tua dari fans, juga adalah fans. Karena sekali lagi, konsep yang digunakan Theo seperti membawa mereka dalam kenangan masa lalu. Mengingatkan mereka pada si Mysterious Man yang sudah lama menghilang. Namun perjalanan Theo tak semulus itu. Kala ada sesuatu yang baik, pasti didampingi oleh adanya sedikit keburukan. Karena baik dan buruk adalah satu kesatuan. Tak sedikit orang yang menuding Theo sebagai plagiat. Mereka menganggap Theo menjiplak Mysterious Man yang begitu mereka kagumi.   Tak ingin segalanya menjadi semakin runyam, apalagi Theo akan segera menjalani Ujian Nasional. Ia butuh konsentrasi untuk belajar sambil melanjutkan karirnya. Siang ini Theo mengadakan konferensi pers. Ditemani oleh manager pribadinya, yaitu kakaknya sendiri, Dio. Ia melangkah dengan percaya diri. Mendahului kakaknya, karena kakinya jauh lebih panjang. Theo sengaja memilih tempat ini. Sedikit aneh di mata orang awam. Di sebuah taman khusus anak-anak, yang mendadak dipenuhi banyak orang dewasa. Di antaranya wartawan, fans Theo, antifans Theo dan orang-orang lain yang sengaja datang untuk melihat. Begitu Theo duduk di sana, konferensi pers langsung dimulai. Berawal dengan beberapa pertanyaan basa - basi, akhirnya mulai ada wartawan yang menanyakan perihal isu plagiatnya. Theo tersenyum geli. Teringat semalam ia dan keluarganya sudah membuat banyak daftar jawaban bagus. “Jika boleh jujur, sebenarnya saya ini bukan seorang plagiat. Melainkan hanya seorang penerus.” Bunyi jepretan kamera segera terdengar di sana sini. Penonton saling berbisik menerka - nerka maksud jawaban dari Theo itu. “Bisa anda jelaskan apa maksudnya?” “Tentu saja. Mungkin memang saya nggak pernah mengenal Theo yang itu secara langsung. Tapi keluarga saya mengenalnya dengan baik.” “Theo yang itu? Apa maksudnya?” “Mysterious Man itu, namanya juga Theo. Keluargaku sangat menyukainya, sampai - sampai menamai diriku dengan namanya.” Para wartawan dan hadirin mulai menangkap apa yang dibicarakan Theo. “Kata Mommy, Theo yang itu adalah anak yang baik. Tapi kata Daddy dia menyebalkan. Kata Om Chico dia orang yang sombong. Sedangkan kata Tante Yulia, dia kekanakan, tapi sangat tampan. Beda lagi kata Tante Luna dan Om Ifan, katanya dia adik yang sempurna. Seperti itu.” “Lalu di mana dia sekarang? Apakah kami bisa bertemu dengannya. Pasti ia sudah dewasa kan sekarang?” Theo mengangguk. “Dia pasti sudah dewasa jika saja dia masih ada di antara kita. Tapi dia sudah pergi. Ke tempat terindah di sisi Tuhan.” Suasana riuh kembali menyambut. Wartawan sibuk merekam. Ada pula yang sampai memekik saking kagetnya mendengar informasi itu. Tak ada yang tahu jika menghilangnya Mysterious Man selama ini, karena memang ia sudah pergi dari dunia. Menghadap pada sang Pencipta. “Tante Yulia memberiku sebuah file. Sulit untuk menjelaskannya. Lebih baik kalian langsung menonton sendiri.” Sebuah video berputar di layar putih melalui proyektor. Terlihat seorang pemuda SMA yang menari di tengah keramaian kantin sekolah.   “Itu bukannya seragam sekolah kita?” “Apa ini wajah asli Theo yang itu? Mysterious Man?” “Ya Tuhan dia tampan sekali." "Ya Tuhan kenapa Kau mengambilnya begitu cepat?” Semua orang langsung terpesona dengan penampilan Theo dalam video itu. Melihat cara menarinya, serta alirannya, semua tahu itulah si Mysterious Man. Orang yang selama ini membuat mereka penasaran. Sayang sekali jika wajah sesempurna itu harus selamanya tertutup topeng dan tak pernah terekspos.   Kini mereka bersyukur dengan datangnya Theo yang baru. Theo yang saat ini mereka kenal. Theo si dancer berbakat, yang berjasa sebagai penerus Mysterious Man. Terimakasih karena ia telah bersedia membongkar identitas Mysterious Man. Membuka mata antifans - nya untuk tidak lagi menghakiminya secara sepihak. Kini mereka semua hanya bisa berdo’a untuk Mysterious Man yang mereka kagumi. Masalah Theo tentang plagatisme pun berhenti sampai di situ.   Begitu konferensi pers berakhir, Theo segera pergi dari sana. Ia dan kakaknya terlihat terburu - buru. Dua lelaki itu tak mau orang - orang mengetahui ke mana arah kepergian mereka. Bahwa sebenarnya mereka masuk ke dalam salah satu cafe di taman khusus anak - anak itu.   Extraordinary Espresso sudah berubah. Ukurannya 3 kali lipat lebih besar. Dekorasinya juga terlihat jauh lebih mewah dan indah. Pengunjungnya pun tak pernah sepi. ~~~ I Love You Tante - Sheilanda Khoirunnisa ~~~ -- T B C --  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD