Mereka Terkejut

393 Words
Tanpa sepengetahuan seluruh anggota keluarga, aku membawa Riana naik angkot menuju ke toko mas cabang terdekat. Sambil membawa persyaratan yang diperlukan tentunya. "Udah lama tau aku nunggu." Di depan toko emas, sahabat baikku Astri menunggu bersama suaminya. Ya, sebelum aku ke sini aku memang menghubungi mereka dan meminta pasangan suami istri itu mencarikan orang yang mau membeli mobilku. Beruntung, Akong Cina pemilik toko bangunan ada yang bersedia membeli. Walaupun harga tak setinggi harga pasaran tak apa lah, yang terpenting mobil itu laku. "Iya, maaf, kan aku nunggu rumah sepi dulu." Sambil mendekap Riana aku berjalan mendekati Astri dan suaminya sebelum menemui karyawan toko mas dan menyampaikan maksud kedatangan. Klaim hadiah yang tak pernah kuimpikan. Setelah melalui berbagai prosedur, besoknya aku diminta datang lagi untuk mengambil mobil yang menjadi hakku. Sebelum pulang, Astri dan suaminya mempertemukanku dengan Akong yang siap membayar setengah dulu mobil hadiah tersebut. Beruntung, aku memiliki nomor rekening meski saldonya cuma ratusan ribu. Melalui dua rekening berbeda miliknya, Akong mentransfer separuh harga mobil yang dijanjikannya. Aku ternganga saat melihat bukti transfer yang ditunjukkan Akong. Terang saja, aku tak pernah melihat nominal uang yang nolnya banyak begitu. Hari dimana mobil resmi berpindah tangan ke tangan Akong, hari itulah aku bisa tersenyum lega saat melihat notifikasi dari internet banking dan Akong telah melunasi seluruh pembayarannya. Aku memang gerak cepat membeli ponsel canggih dan mendaftarkan rekeningku internet banking di teller bank terdekat untuk memudahkan semua urusan. Mas Pram, Ibu, dan Mayang tak ada yang tahu tahu perihal mobil itu. Syukurlah. "Ibu …." Mayang tiba-tiba menjerit histeris saat masuk ke kamarku dan mendapati diriku tengah mengotak-atik ponsel canggihku. Payah. "Listi. Kamu dapat duit dari mana duit buat beli hape canggih, hah? Nyolong? Atau kamu ... jual diri?" Pertanyaan Mayang benar-benar membuat telinga dan hatiku panas. Ingin rasanya aku koyakkan mulut gadis itu sekarang juga. "Jawab jujur Listy! Dapat duit dari mana kamu bisa beli hape, hah?" Ibu yang tiba-tiba muncul setelah anaknya berteriak histeris, menginterogasi diriku yang terjebak perasaan dilema. Belum sempat aku menjawab pertanyaan ibu mertua dan adik ipar, ponselku tiba-tiba bergetar saat ada paggilan masuk. "Udah dapet rumahnya, Lis. Orangnya jual butuh, jadi dapat harga murah." Suara Astri memenuhi rongga pendengaranku. "Ok. Urus aja, nanti duitnya aku transfer." Aku berucap tegas membuat ibu mertua dan adik iparku ternganga. Aku hanya berharap ada lalat lewat dan masuk ke mulut dua orang itu. Ha-ha-ha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD