BAB 2

1597 Words
Tanpa James sadari Jolly mengintipnya dari balik pintu kamar. Jolly melihat James dengan wajah bingungnya. “Papa kenapa?” tanya Jolly pada dirinya sendiri melihat raut wajah James yang berbeda. Keesokan paginya James dan Jolly sedang sarapan. Sarapan yang dibuat khusus untuk James pagi ini adalah roti bakar dan sosis panggang di tambah telur mata sap dengan segelas s**u putih. Jolly memakannya dengan lahap seperti biasa. James memandang Jolly dengan tersenyum. James ingat sekali butuh waktu lama membuat Jolly bisa beradaptasi seperti ini. Dulu saja waktu masuk sekolah hampir 3 bulan Jolly tidak masuk sekolah, untungnya wali kelas dan teman-teman Jolly dapat memahami keadaan Jolly. Hingga akhirnya mereka lama-kelamaan bisa mendekati Jolly dan membuat Jolly nyaman. Selain sekolah tempat kedua adalah Mall, James ingat betul Jolly menangis histeris saat di cafe. Waktu perayaan ulang tahun Nenek dan kakeknya. Jolly ketakutan karena melihat banyak orang yang tidak dikenal. Untungnya Nenek Jolly bisa membuat Jolly diam dan memperkenalkan Jolly dengan semua yang ada disana dan mengatakan semua orang disini baik mereka semua berteman dengan Jolly. Lalu Jolly diajak ke toko mainan, tentu saja anak kecil sangat senang melihat banyak mainan. Jolly pun akhirnya merasa nyaman, lama-kelamaan terbiasa dengan suasana Mall itu terutama café dan toko mainan langganannya. Di sini James masih terbantu oleh orang tuanya yang bisa menjaga Jolly atau menghilangkan ketakutan Jolly, tetapi kalu di Inggris bagaimana nanti. Tidak mungkin James menitipkan Jolly pada orang tuanya. James sangat menyayangi Jolly hanya Jolly satu-satunya peninggalan dari istrinya tercinta. Jolly selalu mengingatkan James pada wanita yang dia cintai. Ponsel James kembali bordering. James melihatnya dan ternyata itu adalah David. James sengaja tidak mengangkatnya. Ternyata David masih menghubunginya saat James dalam perjalanan mengantar Jolly, lagi lagi James tidak mengangkatnya. “Pa, kenapa ponselnya tidak diangkat?” tanya Jolly yang memperhatikan ponsel James terus bordering. “Tidak apa-apa. Ini hanya teman Papa. Saat sedang mengemudi kia tidak diperbolehkan mengangkat ponsel, nanti bahaya” ucap James. “Kata siapa. Di film yang aku tonton orang dewasa biasa mengangkat telepon saat sedang mengemudi seperti Papa. Mereka mengenakan sesuatu di telinga mereka. Papa punya itukan. Coba Papa gunakan seperti yang di film-film” ucap Jolly. James hanya melirik puterinya sekilas. Puteri sudah besar, sudah tidak bisa di bohongi lagi. Bersyukur David berhenti menghubunginya jadi James tidak perlu mengangkatnya saat ini, apalagi ada Jolly. “Iya sayang. Anak Papa sudah besar” ucap James dengan mencubit pipi Jolly. Seharian ini James memang sengaja tidak mengangkat telepon dari David. Padahal James meminta waktu untuk berpikir, tetapi David seperti seorang kekasih yang selalu menghubunginya setiap saat. James sampai mengira David pasti memiliki kepribadian ganda. Tingkahnya seperti wanita saja sejak dari surat, nada bicar hingga kelakuannya yang sering sekali menghubungi James. Sampai mala mini baru saja James selesai menemani Jolly tidur, David sudah menghubunginya kembali. Untung saja ponselnya ada di dalam kamarnya jadi tidak menggangu Jolly yang sudah tidur. James pun mengangkat ponsel itu. “Detektif kita sibuk sekali, seharian ini sangat sulit dihubungi” ucap David yang langsung saja berbicara dengan nada seperti seorang wanita mengejek. “Anda saja yang tidak kenal waktu mengubungi orang lain” ucap James ketus. “Mr James, anda galak sekali. Pantas saja wanita berlomba-lomba mencari perhatian anda” ucap David meledek James. “Tujuan menghubungi saya apa?” tanya James. “Jawaban” ucap David singkat. “Saya masih belum bisa menjawabnya” ucap James. “Putri anda?” tanya David yang sudah tahu kegalauan James. Ya David sudah mencari informasi banyak tentang James. “Itu bukan urusan anda” ucap James. “Tentu saja urusan saya. Anda akan bekerja sama dengan saya, jadi semua yang menyangkut keselamatan anda dan anak anda adalah tanggung jawab saya” ucap David. “Terseralah” ucap James. “Anda tenang saja. Jolly akan saya daftarkan pada sekolah ternama di Inggris. Disana Jolly akan merasa aman. Dia akan satu kelas dengan anak saya” ucap David. “Tidak semudah itu. Inggris adalah sesuatu yang baru baginya. Butuh proses sampai Jolly bisa merasa aman” ucap James. “Kamu tenang saja. Guru-guru disana sudah terbiasa menangani masalah seperti Jolly” ucap David. James terdiam. “Baiklah. Besok akan saya telepon lagi. Tolong pikirkan baik-baik” ucap David. Setelah sambungan itu terputus James meletakan ponselnya di atas ranjang, lalu dia memejamkan matanya dan bersandar di ujung tempat tidurnya. Tanpa James sadari lagi Jolly sejak tadi mengintip dan mendengar pembicaraannya. Jolly tadi terbangun dan dia tidak bisa tidur, lalu dia pergi ke kamar James untuk meminta menemaninya kembali tidur. Saat Jolly ingin menegetuk kamar James Jolly mendengar James sedang berbicara. Jolly pun teringat malam kemarin saat James menerima telepon setelah itu wajah James berubah. Jolly penasaran dan dengan sengaja menguping pembicaraan James. “Papa” ucap Jolly masuk ke dalam kamar James. “Jolly kamu belum tidur” ucap James terkejut melihat Jolly. “Papa ada masalah apa? Kenapa wajah Papa terlihat kebingungan” tanya Jolly yang langsung memeluk James. “Papa tidak apa-apa sayang. Hanya masalah pekerjaan” ucap James memeluk kembali Jolly. “Papa jangan bohong. Jolly mendengar Papa menyebutkan Negara Inggris tadi” ucap Jolly. James menelan salivanya, ternyata Jolly mendengar pembicaraannya. “Jolly menguping pembicaraan Papa” ucap James. “Maaf Pa. Jolly tidak bermaksud seperti itu. Jolly hanya ingin tahu apa yang membuat Papa bingung” ucap Jolly. James menarik nafasnya panjang. Jolly memang anak yang sangat perhatian padanya. “Lain kali kamu tidak boleh seperti ini ya sayang. Kamu bisa tanyakan langsung kepada Papa saja” ucap James. “Iya Pa. Maafkan Jolly ya” ucap Jolly meminta maaf. “Iya sayang” ucap James menggendong Jolly dan memangkunya. “Jadi apa yang sedang Papa dipikirkan, ayo cerita sama Jolly” ucap Jolly. “Papa diminta bantuan dari kepolisian Inggris” ucap James. “Papa mau pindah ke Inggris?” tanya Jolly sedih. James menatap wajah sedih Jolly. James sangat tidak tega sekali melihat putri kecilnya menangis histeris lagi. Spertinya James akan menolaknya saja. “Tidak sayang. Papa tidak akan menerimanya” ucap James. “Apa gara-gara Jolly?” tanya Jolly kembali sedih. “Bukan sayang. Pekerjaan Papa disini sangat banyak, jadi Papa belum bisa meninggalkannya” ucap James. Jolly tahu sekali itu bukanlah sifat Papanya. James itu sangat suka sekali dengan hal baru. Setiap malam saja mereka selalu memainkan permainan baru atau setiap libur James selalu mengajaknya menonton film-film petualan baru. Jadi mana mungkin Papa menolak sesuatu yang baru kalau bukan karena dirinya. Apalagi tadi Jolly juga mendengar namanya disebut. Diumur yang masih sangat kecil, memang Jolly berbeda dengan teman-teman seumurannya. Jolly bisa mengetahui kebingungan James. Di satu sisi dia harus menjalankan tugasnya, disatu sisi dia memikirkan putri kecilnya. Akhirnya Jolly berkata kepada James, bahwa dia sudah besar dan tidak akan takut lagi jika bertemu orang asing. Jolly tidak ingin membuat James sedih. “Pa, Jolly sudah besar. Papa jangan khawatir dengan Jolly. Kalau karena Jolly Papa tidak jadi ke Inggris Jolly akan sangat sedih” ucap Jolly menatap James. “Tidak sayang bukan karena kamu” ucap James. “Papa jangan bohong. Jolly tahu Papa khawatir dengan Jolly. Papa takut Jolly tidak nyaman disanakan” ucap Jolly lagi. “Pa, Jolly tidak ingin membuat Papa sedih. Jolly sudah tidak takut lagi bertemu orang asing. Jolly sudah besar, nenek juga sudah memberitahu Jolly, kalau semua orang itu tidak menakutkan, mereka akan menyayangi Jolly” ucap Jolly lagi. James pun tersenyum dan memeluk putri kecilnya itu. “Papa, lihat sekarang Jolly sudah tidak pernah menagis lagikan. Jolly sudah besar. Jolly yakin di Inggris juga akan terbiasa. Jadi Papa jangan menolak ya. Jolly juga ingin melihat Inggris, teman-teman Jolly pernah bercerita mereka pergi ke Inggris disana ada jam besar” ucap Jolly. “Iya sayang. Papa akan menjaga Jolly. Papa janji akan mengajak Jolly melihat jam besar disana” ucap James bahagia mendengar ucapan polos Jolly. Keesokan harinya pun James menyetujui saat Dabid menghubunginya. Dua hari ini James juga sudah mengemasi barang-barangnya dan menyiapkan semua keperluan yang harus dia bawa. Tidak lapa semua keperluan Jolly. Sepanjang perjalanan ke bandara James tidak pernah melepaskan gandengan tangannya dari Jolly. James ingin memastikan Jolly aman dab baik-baik saja. Jolly memang sudah terbiasa di New York dan dia pun merasa aman jadi tidak ada masalah yang mengkhawatirkan. Apalagi David menyiapkan pesawat pribadi untuk James dan Jolly, jadi Jolly tidak perlu berhadapan dengan orang asing di pesawat. Semua pun berjalan lancar sesuai dengan yang James harapkan. Di Inggris James mendapatkan fasilitas yang sangat luar biasa dari apartemen mewah tempat tinggalnya, yang disediakan pembantu pulang pergi untuk merapikan Apartemennya, mobil SUV terbaru, gaji di atas bayarannya di Amerika, hingga sekolah ternama untuk anaknya Jolly. James sudah sampai di apartemen mewahnya dengan selamat. Jolly terlihat sangat senang sekali apalagi dia diberikan kamar dengan hiasan boneka teddy yang sangat banyak. Jolly berteriak kegirangan melihat kamarnya yang bagus depenuhi boneka teddy bear. James juga senang melihat Jolly sangat bahagia, ternyata David menyiapkan semuanya dengan sempurna. Baru hari pertama mereka di Inggris semuanya berjalan lancar. Jolly berusaha tenang setiap bertemu dengan orang-orang baru dikenalnya, termasuk para maid yang akan bertugas membersihkan Apartemennya. Maid itu terlihat sudah tidak terlalu muda. “Halo” sapa Jolly mencoba berbicara dengan maid itu. “Halo anak manis” sapa maid itu dengan lembut dan keibuan.   Lalu di hari kedua Jolly bertemu dengan Elma, salah satu anggota FBI yang akan menjadi patner kerja ayahnya. Pertemuan pertama Jolly dan Elma tidak begitu bagus, karena Jolly menangis histeris ketakutan. Ternyata Jolly masih belum bisa menerima kehadiran orang asing. Jolly ketakutan dan menangis histeris, hingga Elma bingung. James pun terlihat khawatir melihat Jolly. Lalu James dengan kasar mengusir Elma keluar dari apartemennya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD