#10 - Sang Raja

1166 Words
Beno mengerutkan keningnya bingung. Cowok itu lalu melihat ke arah pakaian yang melekat di tubuhnya. Saat ini ia sedang mengenakan celana training dengan terdapat beberapa sobekan di kiri dan kanannya akibat tersangkut duri dan dahan pohon di hutan selama pengejaran semalam. Menurut Beno, tak ada yang aneh di celananya. Pandangannya pun perlahan naik menuju kaus yang sedang ia kenakan. Saat itu ia membelalakkan matanya, terkejut bukan main. Sebuah motif boneka beruang besar bertengger di sana, tersenyum dengan mata hitam yang bulat. "s**l! Kenapa aku salah ambil baju? Dan lagi kenapa baju ini masih ada di lemariku?" rutuk Beno dalam hati. Cowok itu menduga pasti mamanya yang memasukkan kembali baju itu ke dalam lemari. Baju itu merupakan hasil dari kecerobohan Beno saat berbelanja secara online. Waktu itu Beno tidak terlalu memperhatikan motifnya. Ia sudah berniat membuang baju itu, namun mamanya selalu saja mengembalikan ke dalam lemari. "Sayang jika dibuang. Belinya pakai duit," ucap mamanya suatu hari saat Beno protes karena baju itu dikembalikan ke lemari. "Dasar bocah!" ejek si gadis berambut merah sambil tersenyum mengejek pada Beno. Sementara sang lelaki penyelamat tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Beno yang hanya bisa tersenyum kecut menahan malu. Sang lelaki penyelamat berdeham ketika melihat Beno yang tampak mulai kesal dengan ejekan si gadis berambut merah. "Sekarang semuanya bubar. Karena sepertinya semua ini hanya kesalahpahaman, maka aku akan menyelidikinya terlebih dahulu." Lelaki penyelamat itu berbicara dengan penuh kharisma. Orang-orang yang berkumpul di alun-alun segera membubarkan diri setelah mendengar instruksi sang lelaki penyelamat. Begitu pun dengan para pengawal yang berdiri tak jauh dari Beno. Mereka segera melonggarkan penjagaannya sambil tetap mengawasi setiap gerak-gerik Beno secara diam-diam. Sepertinya pengaruh yang dimiliki oleh sang penyelamat jauh lebih besar, jika dibandingkan dengan si gadis berambut merah. "Dan kamu ikut denganku," lanjutnya sambil mengajak Beno pergi dengan isyarat matanya. Sebelum mengikuti sang lelaki penyelemat, Beno sempat melirik ke arah gadis berambut merah yang tak bergerak sedikitpun dari tempatnya berdir sedari awal. Si gadis berambut merah itu sepertinya masih tak bisa menerima keputusan yang diberikan oleh sang lelaki penyelamat. Ia terlihat sangat kesal sambil terus melemparkan tatapan sinis ke arah Beno. Beno hanya bisa mengedikkan bahu melihat reaksi si gadis berambut merah itu.Dasar gadis sinting! *** Ruangan yang ditempati Beno saat ini, terlihat cukup luas. Bahkan mungkin bisa termasuk pada kategori sangat luas bagi Beno. Terdapat sekitar empat jendela besar di setiap sisi kanan dan kirinya, dengan bingkai bercat emas. Dinding ruangan ini bercat putih gading, mirip bangunan mewah yang sering ditempati oleh seorang bangsawan pada film kerajaan biasanya. Sedangkan di sisi dinding yang menghadap Beno—tepat di ujungnya—terdapat sebuah sofa dengan bahan berlapis beledu merah dan ukiran dengan motif berlekuk-lekuk yang disulam menggunakan benang berwarna emas di bagian tepinya. Lengan sofanya terbuat dari emas yang berkilauan. Tepat di atas sofa bak singgasana itu, terdapat sebuah benda berbentuk lingkaran menyerupai jam dinding tetapi dengan ukuran yang sangat besar. Di tengah benda itu terdapat sebuah simbol huruf "A" sama seperti emblem yang dikenakan lelaki penyelamat itu. Tampaknya simbol itu memiliki arti khusus bagi tempat ini, melihat dari emblem yang dikenakan sang lelaki penyelamat dan ruangan ini. "Jadi, siapa namamu?" Suara ramah lelaki penyelamat itu sampai ke telinga Beno. Membuat cowok itu terpaksa menghentikan kegiatannya meneliti setiap sudut ruangan tempat ia berada saat ini. Beno merasa tak enak jika sampai bersikap tak sopan di depan penyelamat nyawanya dan menyinggung perasaan lelaki berambut merah itu. "Bukankah kamu harus mengenalkan diri terlebih dahulu?" jawab Beno hati-hati. Ia merasa bahwa memang seharusnya si lelaki penyelamat itu yang memperkenalkan diri terlebih dahulu, jika ingin menanyakan identitas seseorang. Jawaban Beno tadi langsung disambut dengan kekehan oleh Sang Lelaki Penyelamat. Saat melontarkan kalimat itu, Beno merasakan sebuah tatapan dingin yang menghujam dan menusuk tengkuknya. Cowok itu tahu benar siapa yang sedang menatapnya dengan tajam saat ini. Siapa lagi kalau bukan si gadis berambut merah yang kini berada di sudut ruangan. "Lihat! Dia bahkan berbicara kurang ajar pada orang yang sudah menyelamatkan nyawanya dari ujung pedangku." Terdengar penekanan di setiap kata yang diucapkan oleh gadis berambut merah itu. Sepertinya kebencian gadis itu pada Beno sudah sampai ke ubun-ubun. Beno hanya melirik sinis ke arah si gadis berambut merah. Ya, benci saja aku. Dan aku juga akan membencimu. Dalam hati Beno bersumpah tidak akan mau berurusan lagi dengan gadis gila bin menyebalkan itu. Baik untuk di masa sekarang ataupun masa depan. Beno merasa tak cukup gila hingga harus berurusan dengan si gadis berambut merah. "Kau benar. Seharusnya aku yang memperkenalkan diri terlebih dahulu," ucap sang lelaki penyelamat—berusaha menyudahi acara tatap-menatap sinis di antara Beno dan si gadis berambut merah—sambil memperbaiki posisi duduknya. "Aku Revano, raja dari Kerajaan Arash. Kerajaan tempat kau berada saat ini," lanjutnya dengan intonasi yang pelan tapi terdengar jelas. Apa? Raja? Wah, apa ini? Tidak cukupkah hanya dengan hutan dan makhluk-makhluk aneh? Dan sekarang ditambah dengan raja-rajaan? Siapapun tolong! Kalau ini memang mimpi, maka bangunkanlah aku segera! “Aku sudah memperkenalkan diriku. Sekarang giliranmu. Sebutkan namamu dan dari mana asalmu,” sambung lelaki yang sekarang diketahui Beno bernama Revano itu. Beno baru saja hendak membuka mulutnya, namun terpotong oleh ucapan Sang Raja lagi. "Oh, dan satu lagi. Tolong ceritakan juga kenapa kau bisa sampai ditangkap oleh pasukan kerajaan dan dituduh sebagai pengacau,” pintanya dengan penuh wibawa. "Aku Beno Saibara. Dan asalku yang pasti bukan dari tempat aneh ini." Beno memperkenalkan diri dengan singkat, padat dan jelas. "Jika kau tanya kenapa aku bisa sampat tertangkap oleh pasukan kerajaanmu adalah karena tuduhan palsu si gadis sinting itu!" sambung Beno menggebu-gebu sambil menunjuk ke arah gadis berambut merah itu. Seketika dadanya dipenuhi oleh perasaan kesal. "Ya, mungkin saja jika saat itu si gadis berambut merah tak datang, dan bahkan si monster Gorilla bersayap biru tak ada, maka saat itu aku bisa membuka pintu yang terkunci itu dan kembali ke dunia nyata dengan mudah," pikir Beno. "Maksudmu Kareen? Dia adikku." Vano sedikit menahan tawa karena baru kali ini ada lelaki yang menyebut adiknya gadis sinting. Yah, Revano sedikit setuju dengan bagian itu. Kareen memang gadis yang aneh. Dari kecil Kareen lebih tertarik dengan seni bela diri—terlebih seni pedang—daripada seni merangkai bunga, seperti yang seharusnya dilakukan oleh gadis-gadis seumurannya. Sifat kepemimpinannya yang baik dan pembawaan yang tegas membuatnya disegani dan dikagumi oleh kesatria-kesatria serta pasukan kerajaan. "Oh dia adikmu? Tapi kenapa sikapnya sangat berbeda denganmu?" pancing Beno. Sebenarnya ia memang sudah curiga bahwa Revano dan gadis bernama Kareen itu bersaudara. Namun ia sengaja mengatakan hal itu untuk memancing kekesalan Kareen di ujung ruangan itu. Hitung-hitung sebagai balas dendam karena gadis itu sempat mengatai Beno sebagai bocah, sewaktu di alun-alun. Revano hanya terkekeh geli. Sementara Kareen menatap Beno dengan mata yang semakin membesar. Mungkin sebentar lagi mata gadis itu akan melompat keluar.   "Hahaha. Baiklah, untuk meluruskan kesalahpahaman di sini, bisakah kau menceritakan segala hal yang kau alami mulai dari saat kau sampai di sini hingga sekarang?" pinta Revano tulus. Raja itu yakin ada kesalahpahaman pada tuduhan Kareen terhadap Beno. Biar bagaimanapun, Revano mempunyai firasat bahwa Beno bukan hanya tersesat di dunia sihir ini, tapi Beno memang orang yang ditakdirkan untuk membantu kerajaan Arash melawan kerajaan Vordeen serta menyelamatkan dunia sihir dari penguasaan sihir hitam. #####
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD