3. Pohon Ajaib

1060 Words
Irhea benar-benar dibuat terpana dengan apa yang selanjutnya dilihat. Jika sebelumnya ada yang berpikir mungkin ada seseorang yang menunggunya di balik pohon beringin, maka kalian telah salah. Kebenarannya jauh dari itu. Sebuah pohon kecil tumbuh di tengah-tengah lingkaran pohon beringin. Tingginya mungkin hanya 2 meter. Namun, yang tidak biasa adalah adanya cahaya lembut yang menyelimutinya. Mulut Irhea terbuka tanpa bisa berkata-kata. Dia melangkah ke depan mendekati pohon itu. Semakin dekat maka semakin jelas pula penampilan pohon tersebut. Daunnya terlihat menguning dan layu. Batangnya pun sangat kurus. Hanya dalam sekilas pandang saja Irhea bisa menyimpulkan bahwa tak lama lagi pohon itu akan mati. Tiba-tiba sesuatu yang mengejutkan terjadi. Irhea merasa inderanya mengalami perubahan tak terduga. Kedua matanya menjadi lebih jernih dan tajam dari sebelumnya. Napasnya menjadi lebih ringan dan segar. Yang lebih mengejutkan adalah pendengarannya. Bagaimana mungkin dia bisa mendengar suara pergerakan serangga di dalam tanah? Irhea benar-benar dibuat ketakutan. Dia mencoba menutup mata dan telinganya untuk menenangkan diri. Ternyata semuanya tidak hanya sampai di sana. Jiwanya terasa begitu bersih. Irhea merasa benar-benar seperti baru saja terbebas dari belenggu penyakit mematikan. Meskipun perubahan-perubahan itu tidak bisa dilihat orang lain, Irhea bisa merasakannya dengan begitu jelas. Itu terasa menakutkan dan menyenangkan pada saat yang sama. “Apa yang terjadi?” Irhea bertanya pada dirinya sendiri. Dia memberanikan diri membuka mata dan telinganya lagi. Tatapannya terpaku pada pohon aneh itu. Apa semua ini terjadi berkat pohon itu? Bukankah itu terlalu ajaib? “Wah …. Bagaimana mungkin harta seperti ini dibiarkan mati di tempat seperti ini?” Irhea melangkah lagi mendekati pohon. Tinggi pohon itu melebihi tinggi tubuhnya. Namun, dia tetap bisa memetik salah satu daunnya yang sudah layu. Dia mengamati detail daun dengan cermat. Tepi daun itu memiliki lekukan-lekukan lobate yang sedikit unik. Mungkin dia hanya bisa mengatakan kalau daun itu sedikit mirip dengan daun pohon oak. Bahkan pohonnya pun memiliki daun yang tersusun secara spiral. “Aku harus mengusulkan kepala akademi untuk memindahkan ini. Orang tua itu pasti tahu tentang pohon ini,” gumam Irhea. Dia memegang daun di tangannya dengan hati-hati. Setelah itu dia pun berbalik pergi. Tanpa mengalami kesulitan, Irhea berhasil keluar dari pemakaman. Itu semua berkat pendengarannya yang sensitif. Setiap ada langkah kaki mendekat, dia pasti akan mendengarnya. Jadi, dia memiliki waktu untuk bersembunyi. Irhea bergerak pergi ke kediaman kepala akademi. Perlu beberapa waktu untuk sampai di sana. Namun, ketika dia meminta izin untuk masuk, seseorang yang berjaga di depan pintu melarangnya. Kebetulan orang itu adalah murid senior yang sebelumnya Irhea lihat di kompleks pemakaman. “Saat ini kepala akademi sedang mengasingkan diri dan tidak bisa ditemui oleh siapa pun. Memangnya apa yang ingin kau sampaikan? Mengadukan murid-murid yang mengejekmu?” Murid pria itu menatap Irhea penuh ejekan. Meskipun begitu, Irhea tidak merasa tersinggung. Dia berdecih lalu menatap lawan bicaranya dengan berani. “Bukankah kau dan teman-temanmu itu hanya berjalan-jalan saja di pemakaman tanpa melakukan penyelidikan?” Pria itu langsung terbelalak. Dia menatap Irhea tidak percaya. “Bagaimana kau bisa tahu?!” Irhea mendengkus. “Kakak Senior, tolong katakan pada kepala akademi, Irhea ingin berbicara mengenai pohon oak. Jika tidak, aku akan mengadukanmu dan teman-temanmu yang melalaikan tugas,” ucapnya dengan penuh ancaman. “Apa kau sedang mengancamku?!” Pria itu menjadi marah. Melihat senyum di wajah Irhea membuatnya semakin geram. “Kau—“ “Jadi, kau akan membantuku atau tidak?” potong Irhea. Pria itu memelotot. “Kepala akademi tidak bisa ditemui!” “Kalau begitu wakil kepala akademi juga tidak masalah,” ucap Irhea yang merasa tidak sabar. “Huh!” Dengan kesal pria itu berbalik membuka pintu yang tertutup. “Awas saja jika kau mengadukanku pada wakil kepala akademi atau guru yang lain!” Irhea tersenyum. “Tentu saja tidak,” balasnya. Kemudian dia melihat pria itu masuk ke kediaman kepala akademi. Tak berselang lama kemudian pria itu kembali muncul. “Cepat masuk! Wakil kepala akademi mau meluangkan waktunya untukmu,” ketus si pria. “Terima kasih,” ucap Irhea dengan riang. Tanpa ragu dia langsung melangkah masuk. Pria itu menatap kepergian Irhea dengan kesal. Harga dirinya seakan dilecehkan oleh ancaman gadis itu. “Irhea sialan!” *** Irhea melangkah masuk ke kediaman kepala akademi. Dia melihat Despitu yang sedang membuka beberapa gulungan kertas. Pria itu menyadari kedatangannya lalu segera mengalihkan pandangan ke arahnya. “Kau ... Irhea bukan?” tanya Despitu. “Benar.” Irhea mengangguk. “Ada apa? Katanya kau ingin bertemu dengan kepala akademi. Sayangnya kepala akademi sedang mengasingkan diri,” jelas Despitu. Tanpa merasa ragu Irhea segera menyerahkan daun dari pohon ajaib yang baru saja dia petik. “Guru Des, pohon apa ini?” Despitu yang melihat ini akhirnya menunjukkan ketertarikan. Dia mengambil daun itu lalu mengamatinya dengan hati-hati. Selama beberapa saat dia hanya diam dengan serius. Daun yang diselimuti oleh cahaya samar itu terlihat sangat menarik bagi Despitu. Namun, dia tidak tahu apa jenis pohon itu. Bahkan, ini adalah pertama kalinya dia melihat daun semenakjubkan itu. “Dari mana kau mendapatkan ini?” tanya Despitu dengan penasaran. Irhea tidak langsung menjawab. Dia justru bertanya, “Guru Des tidak mengetahuinya?” Despitu hendak menjawab ketika tiba-tiba pintu kamar yang ada di ujung ruangan terbuka. Mereka berdua langsung menoleh lalu melihat seorang pria tua berjenggot lebat yang berdiri di ambang pintu. “Kepala Akademi!” Despitu berseru kaget. Dia tidak menyangka bahwa kepala akademi akan keluar sekarang. Padahal ini masih belum jadwalnya. Irhea yang melihat ini langsung berbinar. Dia segera merebut daun ajaib itu dari tangan Despitu lalu membawanya pada kepala akademi yang bernama Mattis. Tentu saja tindakannya yang kurang ajar itu langsung mengejutkan Despitu. “Hei!” Despitu berteriak, tetapi tidak ada yang memedulikannya. “Kepala Akademi, tolong periksa ini!” pinta Irhea pada Kepala Akademi Mattis tanpa membuang omong kosong. Mattis mengerutkan keningnya. Dia langsung mengambil alih daun ajaib itu. Beberapa saat kemudian ekspresinya berubah menjadi jelek. Dia menatap Irhea dengan penuh amarah. “Siapa yang membiarkanmu mengambil ini?!” teriaknya dengan keras. Irhea menjadi takut. Dia tidak tahu kalau respon kepala akademi akan sebesar itu. Selama ini Mattis adalah orang yang sabar dan berkarisma. Sangat jarang melihatnya semarah ini. “Itu ....” Nyali Irhea sedikit menciut. Dia merasa lidahnya menjadi kelu. “Aku ....” “Benar-benar tidak sopan!” geram Mattis. Dia menatap Despitu yang terdiam di kursi. “Despitu! Hukum anak ini dengan benar! Aku tidak akan mengampuni seseorang yang mencuri dari pemakaman leluhur!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD