Pelarian

1387 Words
Lima orang bersenjata api sudah bersiap di depan rumah Winaga. Mereka menembaki pintu utama dan memasuki rumah. Winaga yang masih terjaga langsung mengambil pistolnya dan bersembunyi di belakang pintu sedangkan Paula dengan segera membawa Anna keluar jendela. "Anna cepat sembunyi di mobil, bawalah guci abu Papamu ini, Mama akan segera menyusulmu." "Tapi Ma... " "Dengarkan Mama, jangan keluar apapun yang terjadi. Kamu harus selamat untuk membalas kematian Papa. Ingat pembunuh Papa kamu bernama Carlos Santos." Anna berlinang airmata tapi dia segera berlari menuju mobil. Tapi ternyata, masih tersisa 2 penjahat menunggu di luar. Anna menyelinap perlahan agar mereka tidak mengetahui keberadaannya. Kunci mobil jeep Winaga memang selalu terpasang, tapi sebelum memasuki mobil Anna perlahan mendekati mobil penjahat dan mencabut kunci mobilnya lalu membuangnya. Winaga yang bersembunyi di belakang pintu berhasil menyandera salah seorang penjahat yang mendobrak pintu kamarnya. Lalu Winaga keluar sambil menodongkan pistol ke penjahat itu. "Letakkan senjata kalian atau teman kalian akan mati." "Ini pekerjaan kami, kami tidak takut mati", seru salah seorang penjahat. Lalu rekannya menembaki penjahat itu sampai roboh dan Winaga terdesak lalu bersembunyi di belakang sofa. Mereka berempat menembaki sofa, tapi Paula muncul dari belakang dan berhasil menembak 2 penjahat. Dua penjahat lainnya segera berbalik dan Paula segera berlindung di belakang meja. Terjadi baku tembak di antara mereka. Dan Winaga berhasil merobohkan kedua penjahat tersebut. "Tante, dimana Anna?" "Anna sudah menunggu di mobil." "Ayo kita segera menyusul Anna, kita harus pergi segera. Tempat ini sudah tidak aman." Tapi mereka tidak tahu masih ada 2 penjahat di luar yang menunggu mereka. Anna yang melihat Winaga dan Paula yang keluar dari rumah segera berteriak memperingati mereka bahwa masih ada 2 penjahat tapi terlambat penjahat tersebut menembaki mereka saat keluar rumah. Paula terkena beberapa tembakan sekaligus di bahu, paha dan perutnya. Paula langsung roboh sementara Winaga terkena tembakan di kakinya. Anna yang melihat kejadian itu tanpa berpikir panjang mengambil kemudi dan menginjak gas ke arah penjahat. Winaga mengambil kesempatan melumpuhkan seorang penjahat sedangkan seorang lagi kabur. "Tante..., Tante harus bertahan, tetaplah bersama kami. Aku akan segera membawa Tante ke rumah sakit." Winaga menggendong tubuh Paula yang berlumuran darah ke dalam mobilnya. Anna yang melihat ibunya berlumuran darah tak berhenti menangis. "Maa..., Mama harus bertahan." "Maafin Mama sayang. Win, aku titip Anna", lalu Paula berhenti bernapas saat itu. Penjahat yang kabur menelepon Carlos bahwa mereka berhasil membunuh Paula namun putri mereka masih hidup. Carlos memerintahkan untuk segera menghabisinya saat itu juga. Dan penjahat itu memanggil bantuan. Segera 4 orang penjahat menuju ke rumah Winaga. Winaga menstater mobilnya dengan mata yang basah. "Mengapa? Mengapa? Carlos sungguh kejam. Belum puaskah dia membunuh Roman sekarang Paula dan Anna, aku harus melindungi Anna apapun yang terjadi." Winaga menuju hutan di pegunungan untuk sementara bersembunyi menghindari para penjahat. Winaga meninggalkan mobilnya di persimpangan jalan lalu membawa jasad Paula ke dalam hutan untuk dikubur. "Anna, kita kubur Mamamu di sini, aku takut para penjahat itu masih mengincarmu. Kita harus segera pergi dari kota ini." Winaga lalu menggali dengan peralatan seadanya, Anna hanya bisa duduk menangis meratapi jasad Paula. Setelah selesai menggali, jasad Paula dimasukkan ke dalam dan Winaga menutupnya kembali lalu memberi tanda berupa tumpukan batu besar agar suatu hari nanti mereka masih bisa mendatangi kuburan itu dan memberi penghormatan yang layak. Anna tak mampu menangis lagi seolah airmatanya sudah mengering. Dia hanya terdiam sepanjang jalan menelusuri jalan setapak yang hanya bercahayakan lampu senter. Setelah berjalan cukup jauh dan menemukan tempat yang cukup nyaman, mereka duduk untuk beristirahat sebentar. "Anna, istirahatlah dahulu malam ini. Besok kita akan melanjutkan perjalanan ke kota Firland. Mamamu ingin kalian ke sana, disana ada kerabat Mamamu. Aku akan mengantarmu sampai tujuan. Aku akan pastikan kamu selamat. Hutan ini merupakan jalan pintas ke sana. Bila kita melewati perbatasan kota Marlin kita akan sampai di kota Firland dan mungkin kamu akan aman. Kamu bisa memulai kehidupan baru di sana." Winaga memandang mata biru Anna yang bengkak lalu membelai rambutnya dan meletakkan kepala Anna di pangkuannya. "Tidurlah, aku tahu ini sulit tapi kita harus kuat." Dengan belaian lembut dari Winaga akhirnya Anna bisa tertidur. Sementara itu, para penjahat suruhan Carlos mengejar mereka. Mereka menemukan mobil jeep Winaga di persimpangan jalan. "Ini mobil yang tadi mereka gunakan. Lalu kemana mereka?" "Kemungkinan mereka memasuki hutan. Haruskah kita mengejar mereka sampai ke hutan?" "Ini perintah Tuan Carlos, kita harus mengejar mereka dan memastikan mereka tidak selamat." "Tapi anak itu hanyalah seorang gadis kecil." "Kita harus patuh terhadap perintah. Itu adalah tujuan hidup kita." Setelah banyak berdebat, akhirnya mereka memutuskan beristirahat dan melakukan pengejaran esok pagi. Matahari pagi mulai muncul di balik pegunungan. Udara terasa segar. Hari baru untuk memulai sesuatu yang baru. Tapi Winaga tampak menggigil, dia demam tinggi akibat tembakan di kakinya. Dia belum mengeluarkan peluru itu hanya mengikatnya agar darah tak terus mengalir. Anna yang menyadari Winaga demam, langsung mencari air untuk bisa mengompresnya. Anna menuju aliran air dan mengambil sebotol air. Anna menyobek lengan bajunya untuk dijadikan kain kompres lalu mengompres Winaga dan melihat lukanya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengeluarkan peluru itu. "Winaga, jangan tinggalkan aku. Cuma kamu yang aku punya sekarang", sambil memandangi wajah Winaga yang pucat. Winaga berusaha kuat di depan Anna. Dia tidak ingin membuat Anna sedih. "Anna, aku hanya sakit sedikit, kamu jangan khawatir. Aku janji akan melindungi kamu lalu mana mungkin aku meninggalkan kamu". Disini Winaga bercerita tentang masa lalunya kepada Anna. "Dulu, saat usiaku 12 tahun, aku bertemu Roman. Dia menolongku saat aku mencuri roti untuk makan lalu membawaku ke rumahnya. Roman mengajariku banyak hal dan membuatku menjadi orang berguna. Aku tidak akan melupakan kebaikan Papamu. Aku akan membalasnya dengan melindungimu. Kita bertemu saat kamu baru berusia 2 tahun, kamu sangat lucu dan imut. Aku mengikuti pertumbuhanmu dari tahun ke tahun dan sekarang kamu sudah 10 tahun. Aku menyayangimu Anna", sambil memegang pipi dan mata biru Anna. Lalu Winaga tertidur dan Anna pergi mencari makanan yang dapat di makan. Saat mencari makanan, Anna melihat beberapa orang di sekitar hutan dan mengenali salah satu penjahat semalam. "Penjahat itu, mereka masih mengejar kami sampai ke sini. Aku harus segera kembali dan memperingati Winaga." Anna dengan berhati-hati pergi meninggalkan para penjahat itu dan membangunkan Winaga. "Winaga, para penjahat itu masih mengejar kita. Kita harus bergegas pergi." "Apa? Aku tidak bisa berjalan jauh dengan kondisiku sekarang. Kamu pergilah dahulu lewati pegunungan di sana dan kamu akan sampai di kota Firland. Aku nanti pasti akan mencarimu." "Tidak, aku tidak mau, semua orang berjanji akan menyusul tapi mereka pergi meninggalkan aku. Aku akan tetap tinggal jika kamu tinggal." "Anna, mereka mengincarmu bukan aku. Mereka tak akan membunuhku. Kamu harus lari sekarang." Anna masih menggelengkan kepalanya. "Aku mohon. Aku sayang kamu. Aku ingin kamu hidup", lalu mengecup kening Anna. Akhirnya Anna mendengarkan perkataan Winaga. Dengan langkah berat, dia menghilang dari pandangan Winaga. Winaga bergegas mengambil sebatang ranting dan berjalan ke arah berlawanan agar mengalihkan perhatian para penjahat itu. Dengan sekuat tenaga, Winaga bangkit lalu membawa ranselnya di punggung dan perlahan berjalan meskipun tertatih-tatih. Winaga sengaja mengalihkan para penjahat agar mengejarnya. Para penjahat itu pun mengejar Winaga dan sampailah Winaga di tepi jurang. Winaga terpojok tidak bisa lari lagi. Para penjahat menanyainya. "Dimana gadis kecil itu? Katakan kepada kami, kami akan melepaskanmu." "Aku tidak tahu kami terpisah semalam. Mungkin dia tersesat dan tidak akan selamat karena banyak binatang buas di dalam hutan ini." "Kamu pikir kami bodoh, cepat katakan atau kami akan membunuhmu." "Aku sungguh tidak tahu." Lalu salah seorang penjahat menodongkan senjata dan Winaga akhirnya melompat ke jurang. "Dasar bodoh. Ayo kita pergi. Kalian dengar kan gadis itu di dalam hutan sendirian. Mungkin tidak selamat. Jadi kita laporkan pada Tuan Carlos kita sudah membunuh mereka semua." "Baiklah. Kita kembali." Sementara itu Anna berusaha sekuat mungkin berjalan menelusuri pegunungan untuk sampai ke kota Firland. Setelah hampir petang, akhirnya Anna berhasil melewati perbatasan. Dia telah berada di daerah pegunungan kota Firland. Setelah berjalan lagi, Anna bertemu seorang pemuda yang sedang memetik tanaman lalu Anna menghampirinya. "Permisi, apakah ini kota Firland?" "Iya, kamu berada di daerah pegunungan kota Firland. Tapi apa yang dilakukan gadis kecil sepertimu sendirian di sini?" Anna tampak lusuh dan lemas karena belum makan dan dia terjatuh ke tanah. Pemuda tadi langsung menolongnya. "Apakah kamu sedang kesulitan? Jika tidak keberatan ikutlah ke pondok tempat aku dan ayahku tinggal." "Aku berjalan seharian melewati pegunungan dan belum makan." "Kalau begitu ikutlah denganku." Lalu pemuda itu memapah Anna dan mereka menuju pondok.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD