Kamar Lain

1012 Words
Sepanjang koridor Cassandra menjinjing sepatu hak tingginya dengan tangan kirinya dan tangan kanan memegang tas yang tergantung di bahunya. Tatapannya kosong, wajahnya terlihat pucat hingga membuatnya merasa tak berdaya dan sangat hancur hingga ia tak tahu arah hidupnya saat ini. Kepalanya sangat sakit, terlebih selangka bagian dalamnya yang sangat perih hingga menyulitkannya untuk berjalan dengan benar. Bruuk... Tubuhnya menabrak sesuatu yang ada di hadapannya dan nyaris tersungkur ke lantai koridor hotel itu. "Aww..." rintih Cassandra. Ternyata Cassandra menabrak tubuh seorang pria yang sedang berjalan di depannya. Beruntung dengan sigap pria itu memegang lengan Cassandra agar tak terjatuh. "Kamu tidak apa-apa?" Pria itu bertanya pada Cassandra yang masih tertunduk. "Ha?" Perempuan berparas menggoda itu mendongakkan kepalanya saat mendengar pria itu bertanya padanya. Pria itu tampak terdiam melihat perempuan cantik yang ada di hadapannya, namun ia tampak heran hingga mengerutkan keningnya begitu menyadari wajah Cassandra yang terlihat pucat. "Oh, maaf. Saya tidak sengaja menabarak anda." Cassandra menatap pria yang ada di hadapannya dengan tatapan datar. "Wajah kamu pucat sekali. Apa kamu baik baik saja?" tanya Pria itu kembali. Cassandra mencoba berdiri dan melepaskan pegangan tangan pria itu. "Maafkan saya, permisi." Ia segera berjalan meninggalkan pria yang telah di tabraknya tanpa memberi waktu pada si pria untuk bertanya lebih banyak padanya. Pria itu bingung melihat perempuan yang menabraknya meninggalkannya begitu saja. Ia tampak khawatir dengan Cassandra karena melihat kondisinya yang tampak pucat dan lemah. Benar saja, belum jauh melangkahkan kakinya tiba tiba tubuh Cassandra kembali terjatuh di lantai. Dengan cepat pria itu segera berlari mendekati Cassadra. Tanpa sengaja tangannya merasakan suhu tubuh Cassandra yang lumayan tinggi. Tanpa banyak berfikir, laki laki itu segera mengangkat tubuh lemah Cassandra untuk di bawa ke kamarnya. Diletakkan tubuh indah Cassandra di atas kasur di dalam kamar hotel yang sedang ia tempati selama seminggu ini. Di tatapnya dalam dalam wajah cantik yang tak ia kenali nama dan asal usulnya. Terlihat rasa penyesalan dan kesedihan mendalam di wajah Cassandra, membuat pria itu ingin sekali menyentuh wajah mulusnya. Perlahan, ia menempelkan telapak tangannya di kening Cassandra, saat itu ia lansung bisa merasakan suhu yang masih tinggi di tubuh perempuan cantik itu, segera di gunakannya layanan room service untuk meminta di antarkan obat penurun panas dan makan malam untuk berjaga jaga jika nanti perempuan yang sedang tak sadarkan diri di hadapannya akan terbangun dan merasa kelaparan. Setibanya pegawai hotel mengantarkan pesanannya, pria itu segera menempelkan handuk kecil yang telah di celupkan ke dalam air hangat di kening Cassandra. Tangannya kembali ingin mengelus wajah cantik itu namun terhenti saat ia mendengar suara Cassandra yang meracau dalam ketidak sadarannya. "Dasar pria tua b******k, jangan sentuh tubuh aku." "Pergi! Pergi... Brengsek..." Cassandra mengumpat dalam keadaan tidur dengan mata yang terpejam. Pria itu segera menenangkan Cassandra. "Hei, kamu baik-baik saja sekarang, tenanglah." Namun tak kunjung ada jawaban dari Cassandra bahkan ia tak membuka matanya sedikit pun. Pria itu berguman ragu, siapa pria b******k yang di maksud perempuan yang ada di hadapannya saat ini, apakah dirinya telah di paksa oleh p****************g untuk melampiaskan hasrat brutalnya? Pria itu tampak mengerjapkan kedua matanya karena bingung, kini ia lebih yakin untuk mengusap wajah Cassandra dengan lembut dan tersenyum tipis. Tampaknya pria ini telah jatuh hati pada pandangan pertama dengan sesosok wanita yang ada di hadapannya yang tak ia kenali sama sekali identitasnya. Pria itu tersadar dari lamunannya dan segera membuang fikiran nakalnya pada perempuan pemilik tubuh molek itu. Namun rupanya dia terlalu menarik untuk di abaikan begitu saja, bahkan ia merasa jika perempuan itu dalam keadaan sakit pun masih terlihat sangat menarik dan mempesona. Kini pria itu tak ingin terjebak dalam perasaannya lebih dalam lagi, ia melihat Cassandra telah bernafas dengan teratur dan tampak nyaman dengan posisi tidur yang menyamping. Melihat itu, pria bertubuh atletis itu pun segera menarik selimut dan menutup tubuh Cassandra yang sedang tertidur di hadapannya dengan selimut dan mengatur suhu pendingin ruangan tersebut. Melihat hari semakin larut, pria itu memutuskan untuk membersihkan diri dan beristirahat. Saat keluar dari kamar mandi ia segera merebahkan tubuhnya di kasur. Saat ia berbalik badan, ia baru menyadari jika wanita itu masih berada di kamar hotelnya. Ingin sekali pria itu menikmati tubuh indah yang ada di hadapannya, sebagai pria sejati, pria itu juga tidak memungkiri jika dirinya tergoda melihat bentuk tubuh Cassandra yang sangat aduhai dan mempesona, namun ia kembali tersadar saat mengingat Cassandra meracau dan ia tak ingin menjadi pria brengsekk yang kedua di mata wanita itu saat ia tersadar. Ia akhirnya segera mengambil bantal dan memilih untuk tidur di sofa. Beberapa jam kemudian, Cassandra merasakan nyeri kembali di pangkal pahanya, kepalanya masih terasa sakit. Kini perempuan itu menggeliat di ranjang, sesekali ia memijat ringan pangkal hidung serta kepalanya. "Aww... Sakit..." Cassandra merintih dalam gerakannya. Ia membuka matanya perlahan, menatapi sekeliling kamar tempat ia berada saat ini, matanya memutar dan melihat langit langit kamar dan seketika ia menjerit histeris dan hampir saja membuat pria yang sedang berbaring di sofa meloncat karena kaget. Dirinya sangat kaget melihat kembali pria yang tak di kenalinya berada dalam satu kamar yang sama dengannya. Ia kemudian melihat kedalam selimut yang menutupi seluruh badannya yang hanya menyisakan kepalanya, ia menghembuskan nafasnya dan merasa sedikit lega mendapatkan pakaiannya masih utuh menempel di badannya. "Kamu siapa?" tanyanya dengan nada tajam. Kedua tangannya menghimpit selimut yang menutupi bagian tubuh depannya dan menatap tajam pada pria yang masih berdiri di depan sofa. Pria itu terdiam sejenak sambil mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya, ia mendekati perempuan yang berada di tempat kasurnya itu sebelum akhirnya wanita itu kembali berteriak dan menghentikan langkahnya. "Berhenti, jangan dekati saya," teriak Cassandra yang tampak ketakutan dan merangkul kaki pada dadanya. "Saya mohon, Tuan. Jangan sentuh saya jangan dekati saya... Saya mohon, tuan." Dengan suara yang bergetar serta tubuh yang tak kalah bergetar Cassandra memohon pada pria itu. Pria itu sedikit kebingungan melihat Cassandra, tapi dirinya tetap mencari cara untuk menenangkan Cassandra sambil mendorong kedua tangannya yang terarah pada perempuan itu. "Kamu tenang, tenang dulu ya. Saya tidak akan menyakiti kamu." Pria itu meyakinkan Cassandra dan melangkah mundur perlahan dari tempatnya berdiri yang hanya dua langkah dari ranjangnya. "Saya mohon, Tuan. Jangan sakiti saya lagi."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD