6

1005 Words
Jordan memanggil Sean ke hadapannya, dengan sigap Sean langsung menemui Bosnya itu. “Aku memanggilmu ke sini untuk memindahkan perempuan itu ke dalam kamar tahanan yang lebih lengkap, karna sampai saat ini dia belum terbukti sebagai mata-mata,” ucap Jordan pada Sean. “Baik Bos, saya akan segera memindahkan perempuan itu sekarang juga!” jawab Sean menunduk penuh hormat. Sean segera meninggalkan ruangan bosnya dan pergi menemui Dinda di dalam tahanan. “Bereskan baju-baju lu!” ucap Sean dengan tegas tanpa menatap Dinda. “Kenapa? Apa ini artinya saya sudah bebas?” tanya Dinda penuh harap. “Jangan mimpi! Kamu akan berada di sini selama 1 minggu, jika kamu terbukti mata-mata maka siap-siap untuk menempati penjara bawah tanah ini seumur hidupmu!” cetus Sean membuat Dinda meringis ketakutan membayangkan akan tinggal di tempat mengerikan seperti sekarang ini. “Aku bukan mata-mata! Aku berani bersumpah kalau aku bukan mata-mata!” jawab Dinda meminta kepercayaan pada Sean. “Aku tidak peduli kamu mata-mata atau bukan, itu bukan urusanku! yang pastinya sekarang bereskan baju-baju kamu!” perintah Sean dengan ketus. Tanpa banyak bicara lagi, Dinda segera membereskan bajunya dan keluar bersama Sean mengikuti Sean dari samping. Mereka masih berada di ruangan bawah tanah, Sean membawa Dinda masuk ke dalam kamar tahanan yang lebih nyaman, tersedia ranjang tidur yang bisa ditempati oleh Dinda, ada juga kamar mandi yang membuat Dinda bersyukur karna dia tidak perlu merepotkan Sean lagi saat ingin mengambil wudhu. “Ini kamar untuk saya sekarang?” tanya Dinda sambil melihat sekelilingnya, karna kamar ini lebih mewah dan lebih nyaman. “Iya, kenapa? Gak suka?” tanya Sean yang selalu ketus setiap kali berbicara dengan Dinda. “Suka, ini lebih nyaman untuk saya, apalagi kamar mandinya ada di dalam, jadi saya tidak perlu lagi merepotkan Mas,” jawab Dinda membuat Sean memicingkan matanya menatap Dinda. “Baguslah kalo kamu sadar diri kamu itu merepotkan!” cebik Sean yang keluar dari kamar tahanan Dinda dan langsung mengunci pintu jeruji besi tersebut. Dinda menarik nafas kesal karna dia masih terus berada di tempat tersebut, dia teringat dengan nasib murid-muridnya, sedangkan untuk menelpon guru ngaji pengganti, tidak bisa, karna tidak ada jaringan. Jam shalat Ashar tiba, Dinda segera mengambil air wudhu dan mulai menunaikan kewajibannya, setelah shalat dia melanjutkan dengan membaca Al-Qur’an dengan suara kecil. Sean yang sedang sibuk dengan ponselnya langsung menghentikan jemarinya di layar ponselnya dan fokus mendengar alunan merdu suaranya Dinda. Sean mendengar dengan saksama hingga dia tertidur di sofa karna suara indahnya Dinda. “Sean! Bangun!” ucap salah satu temannya dengan sedikit kasar hingga Sean kaget dari tidurnya. “Iya, ada apa Bang?” tanya Sean tampak hormat pada lelaki itu. “Mana perempuan yang selama ini disekap? Aku mau lihat dia secantik apa!” tanyanya membuat hati Sean berdegup tak karuan. “Dia ....” Sean tampak acuh tak acuh untuk memberitahukan di mana Dinda. Untungnya Dinda saat itu tidak sedang di atas tempat tidurnya, entah ke mana perempuan itu. “Katakan dengan jelas di mana dia! Atau kamu mau cari masalah sama saya?!” bentaknya membuat Sean mengkeret. Bukan apa-apa, lelaki yang ada di hadapannya ini adalah teman Bosnya, dan Sean sangat menghormati dan menyegani lelaki itu. “Sa ... saya ... tidak tahu,” jawab Sean berbohong. “Jangan bohong kamu! Jordan bilang dia menugaskan kamu untuk menjaga dia, masak kamu tidak tahu! Atau jangan-jangan kamu memang sengaja ngumpetin dia karna kamu sudah mulai jatuh cinta sama dia!” erang lelaki bertubuh besar dengan perut membuncit dan emas bertebaran di tubuhnya. Sean sangat tahu kelakuan lelaki di hadapannya ini, tua keladi, makin tua makin menjadi! Dia tidak segan-segan menyetubuhi wanita yang ditahan oleh temannya, bahkan dia dengan beraninya memamerkan pada orang banyak kalau dia begitu gagahnya menyetubuhi wanita mana saja hingga wanita yang dia setubuhi menjerit-jerit. “Bukan begitu, tadinya dia di sini, tapi saya tidak melihatnya sekarang, mungkin dia sedang mengerjakan hal lain,” jawab Sean yang mengutuki mulutnya karna harus berbicara jujur di mana keberadaan kamarnya Dinda. Lelaki itu melenggak-lenggok di depan pintu jeruji besi tempat penahanan Dinda, sedangkan Sean terlihat sangat tidak santai melihat lelaki tua bangka tersebut mendekati kamar Dinda. Krek! Pintu ruangan mereka berada terbuka, Sean sedikit terkejut, karna dipikirnya pintu kamar mandi Dinda yang terbuka, dia sangat tidak rela Dinda menampakkan dirinya untuk sekarang ini di hadapan mereka. “Hei, sejak kapan di sini?” sapa Jordan yang datang menghampiri temannya tersebut. “Baru saja, aku ingin kenalan sama perempuan yang kamu tahan, aku mau lihat secantik apa dia, adik kecilku sudah sangat tidak sabar ingin menikmati yang baru,” jawab lelaki itu sambil membenarkan letak pinggang celananya yang sudah melorot di bawah perut buncitnya dengan percaya diri. Jordan mengusap berewoknya, dia tampak memikirkan sesuatu atas permintaan temannya. “Maaf Bos kalau saya lancang, bukankah peraturan di sini kita tidak boleh menyakiti orang yang belum terbukti bersalah?” ucap Sean membuat Jordan mangut-mangut, sedangkan temannya terlihat tidak suka dengan penjelasan Sean. “Iya, Sean benar, ayo kita keluar, kita akan mencari mangsa baru di tempat lokalisasi biasanya,” ucap Jordan sambil merangkul bahu temannya untuk keluar dari sana. “Tapi ....” lelaki itu tampaknya ingin melayangkan protes pada Jordan, tapi bukan Jordan namanya kalau merobek peraturan yang sudah dia buatkan. “Sudah, mari kita mencari mangsa lain, aku dengar di tempat yang biasanya sedang ada barang baru, sudah aku pesan untukku, bolehlah kamu yang pakai duluan,” ucap Jordan sambil tertawa terbahak-bahak menghibur temannya, dan seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, lelaki itu dengan patuhnya mengikuti Jordan karna mendengar barang baru. Sean menghela nafas lega karna akhirnya lelaki itu pergi dari sana, dia dengan santainya merebahkan kembali tubuhnya di atas sofa sambil memainkan ponselnya. Krek! Pintu kamar mandi Dinda terbuka, dan dia langsung kembali mengambil ponselnya dan membaca Qur’an lagi. Terlihat wajah Dinda masih basah dengan air, menambah aura kecantikannya. Sean menatap Dinda dalam diamnya, memperhatikan perempuan itu dengan lekat. ‘Kenapa aku sangat takut dia disetubuhi oleh lelaki tadi?’ batin Sean yang baru sadar atas sikapnya sedari tadi. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD