BAB 6

1650 Words
“Kamu tidak akan menolak pernikahan ini, kan?” tanya David serius. Mereka hanya saling bersitatap untuk beberapa saat. “Aku...” Lanna membiarkan kalimatnya menggantung. “Kamu punya pacar?” Lanna menggeleng. “Yaudah, jangan ditolak.” Titah David. David memandang sekeliling dan berbisik. “Ini Cuma nikah kontrak.” “Kontrak? Berapa lama?” “Enam bulan. Hanya enam bulan. Sampai kakekku mendatangani surat hak waris atas diriku.” Lanna menelan ludah. Enam bulan lalu dia akan bercerai dengan David. Pernikahan yang diidam-idamkannya sebagai pernikahan satu-satunya dan selamanya hanya akan bertahan enam bulan. Mungkin memang ini takdirnya. Apakah kalau dia menerima tawaran menikah karena harta yang ditawarkan David, itu artinya dia matrealistik? Lanna menggeleng. Dia tidak matre tapi mungkin lebih ke—ingin menolong David. Ya, seperti itu meskipun harta yang ditawarkan David memang menggiurkan. Dan ancaman David yang entah bagaimana berhasil membuatnya ketakutan.             “Deal.” David mengulurkan tangannya. Lanna menatap tangan putih David. Lalu dia menjabat tangan David.             “Deal!” ucapnya menatap bola mata cokelat cerah itu. ***             Lanna mengenakan dress polos hitam selutut milik Kirana mengingat dia tidak memiliki dress apa pun. Make-up natural yang manis menghiasi wajahnya. Ini adalah hasil tangan Kirana. Rambutnya digerai indah alami. “Jangan berlebihan. Biasanya orang kalangan atas itu nggak berpenampilan berlebihan.” “Ini udah cukup. Mereka pasti pada jatuh hati sama kamu, Lann.” “Ah, enggaklah. Emang aku secantik apa sih.” Katanya inferior. “Jangan begitu. David pasti punya alasan kenapa dia memilih kamu sebagai calon istrinya, walaupun pernikahan ini bukan berdasarkan cinta.” “Kamu jangan cerita ke siapa pun ya.” “Beres. Ini rahasia besar kamu, David dan aku.” Kirana mengedipkan sebelah matanya. “Nanti aku bilang apa ya ke mamah dan papah,” Lanna tampak bingung mengingat kedua orang tuanya. “Bilang kalau David memang serius sama kamu.” “Kalau mamah dan papah nggak percaya gimana, Kir?” “Ya kamu harus ngeyakinin mereka. Ajak David ke Bandung ketemu sama orang tua kamu.” “David mau enggak ya?” “Ya, harus maulah. Kalau dia mau pernikahannya direstui om dan tante.” Lanna menatap Kirana dengan tatapan memelas. “Kamu bantu aku ngomong sama papah dan mamah ya.” Kirana mengangkat jempolnya. Bell apartemen berbunyi. “Itu pasti David.” Seru Kirana. *** Pertemuan perdana dengan keluarga David membuat jantung Lanna berdetak lebih cepat. Lanna takut salah dalam banyak hal—termasuk soal penampilan. Kenapa aku jadi khawatir begini ya? Lanna kembali menghela napas untuk menetralisir kegugupan yang datang secara menyebalkan. David menatap sekilas wajah tegang Lanna. Bibirnya yang dipolesi lipstik warna nude begitu cukup menggoda, Pikir David. Lalu dia menggeleng mencoba memusnahkan fantasi nakalnya soal wanita di sampingnya itu. “Jangan tegang. Kakekku bukan seorang mafia.” Celetuk David. “Aku hanya merasa...” Lanna menatap David seperti tatapan seekor kucing yang memohon untuk menyusu pada induknya. “Merasa apa?” “Merasa kaget dengan semua yang secara tiba-tiba.” “Yaudah nikmatin aja semuanya.” Dahi Lanna mengerut. “Apanya yang dinikmatin?” “Semua proses kehidupan yang selalu tiba-tiba.” Mereka sampai di depan rumah David. Cahaya lampu berpendar-pendar menakjubkan menerangi rumah megah bak istana itu. Seorang sekuriti membuka pagar dan mobil melaju masuk di halaman yang luas. Pohon mangga berjejer rapih di pinggir dekat dinding-dinding tinggi yang mengelilingi rumah. Seolah dinding-dinding itu dibuat untuk menyembunyikan sebuah istana. “Rumah Bapak besar sekali.” Kata Lanna takjub. “Jangan panggil aku ‘bapak’.” Protes David. “Untuk saat ini panggil aku ‘sayang’.” Seketika Lanna merasa geli. “Sa-sayang?” “Ya,” David menoleh dan tersenyum. Lanna disambut ramah oleh orang tua David, kakek dan kakaknya. Mamah David berperawakan tinggi kurus dengan rambut sebahu hitam dan agak sedikit bergelombang. Memiliki bibir tipis seperti bibir David. Ayah David berkharisma dengan kumis lebat di atas bibirnya. Kakek David berusia sekitar 65 tahun ke atas. Kepalanya plontos, dia mengenakan kacamata. Lanna yakin sewaktu mudanya kakek David termasuk pria yang tampan. Sedangkan kakak David, tidak jauh berbeda dengan David. Namun lebih manis dan dewasa dengan lesung pipit yang menawan. Kulitnya tidak seputih David. Ada perbedaan fisik yang cukup mencolok di antara keduanya. “Akhirnya David punya calon istri juga.” Celetuk Kakak David yang bernama Ramon. Dia tersenyum memamerkan lesung pipitnya. “Iyalah, Kak Ramon kapan nikah lagi?” tanya David yang membuat Lanna tersentak. Menikah lagi? “Ya nanti kalau ada calonnya.” “Kalian makan dulu, gih.” Seru sang mamah. “Lanna kata David kamu suka makan rendang ya?” Hah? Rendang? Lanna menatap David sekilas. David memberitahu Lanna untuk mengatakan ‘ya’ dengan kedipan mata. “Ya, Mah. Lanna suka banget rendang.” Mamah mengambil piring kosong milik Lanna dan mengisinya dengan nasi, rendang dan berbagai lauk yang ada di sana. Selesei makan mereka berkumpul di ruang keluarga. Sofa mewah berwarna cream dan dinding yang didominasi warna cream yang lembut. Lanna tak sengaja bersitatap dengan Ramon yang bermata sipit. Ramon tersenyum hingga lesung pipitnya terlihat. Lanna merasa ada sesuatu di hatinya semacam balon yang meledak melihat senyum pria kalem tersebut. “Lanna, Mamah senang kalau pernikahannya dipercepat,” Lanna menatap David. “Sangat bagus karena Mamah cukup kesal dengan pesan di WA dari wanita-wanita nggak jelas yang bilang kalau dia dihamili David.” Ramon terbahak. David menyikut lengan kakaknya agar diam. “David meneruskan ketampananku.” Ujar Kakek. Lanna tersenyum. “Jadi, maksud Kakek aku tidak tampan?” protes Ramon. “Haha, kamu tampan cucuku, tapi kamu lebih mirip ayahmu dibandingkan aku.” “Sudahlah, kalian seperti remaja aja, deh, topik pembicaraan kita adalah Lanna dan David jadi jangan bawa-bawa hal di luar topik.” Kata sang mama. Entah kenapa Lanna merasa damai di sini. Bersama dengan keluarga David yang hangat dan ramah. Mereka orang kaya tapi sangat berbeda dari orang kaya lainnya yang dilihat Lanna. Mereka tidak mempermasalahkan status Lanna yang seorang mantan sekretaris David. Ya, meskipun belum sepenuhnya resign tapi tentu saja dia akan resign karena dia akan menjadi Nyonya David. “Jadi apa yang membuatmu jatuh cinta pada putraku, Lanna?” Mamah menatap Lanna dengan rasa ingin tahu. Lanna agak bingung karena itu salah satu pertanyaan yang tidak terduga. Dia menatap David, mencoba mencari jawaban di mata cokelat cerah David. Mata yang sangat mirip dengan mamahnya yang Lanna yakini adalah seorang wanita berdarah Eropa. “Aku tidak punya alasan apa-apa karena cinta nggak memberikan alasan apa pun.” Seketika Lanna menyesali jawaban yang meluncur dari kedua daun bibirnya. Mamah tersenyum. Menatap Papah sekilas dan Kakek. Dengan isyarat mata yang penuh makna. “David, apa yang kamu sukai dari Lanna hingga membuatmu serius menjatuhkan pilihan pada wanita asal Bandung ini?” kali ini pertanyaan dari Kakek. Lanna dan David kembali bersitatap. “Lanna gadis yang baik, Kek. Dia nggak suka neko-neko. Dan jomblo.” Kalimat terakhir membuat orang-orang di dalam ruangan itu tertawa. Lanna pun ikut tertawa. Dan malam itu berakhir dengan keceriaan yang membuat Lanna tak butuh waktu untuk menyayangi keluarga David seperti keluarganya sendiri. Mungkin, dia selama ini salah dalam menilai orang kaya. Atau mungkin orang-orang kaya yang dilihatnya bukan sebenarnya orang kaya. Karena keluarga David membuat dia mengubah cara pandanganya terhadap orang kaya. “Aku suka keluargamu.” Ucapnya ketika dia dan David berada di mobil. “Keluargaku juga menyukaimu.” Lanna tersenyum senang. Entah ucapan David benar atau tidak. Tapi dia sangat senang mendengarnya. Dia seperti mendapatkan keluarga baru. “Kakakmu itu bercerai atau bagaimana? Ma’af.” “Bercerai. Istrinya selingkuh dengan seorang pilot bule. Kakakku sepertinya trauma dengan pernikahan. Itu terlalu menyakitkan bagi seorang pria ketika dia diselingkuhi.” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD