Bab 2

1154 Words
Gila! Aku benar-benar gila menyatakan cinta disaat seperti ini dan gilanya lagi aku menyatakan cinta kepada kakakku sendiri walau kak Biyan hanya kakak angkat bagiku tapi tetap saja di mata hukum hubungan kami kakak dan adik. "Hahahaha anak SMA itu harusnya belajar dengan rajin bukan pacar-pacaran," bukannya menjawab ungkapan hatiku, Kak Biyan malah mengacak-acak rambutku dan bersikap aku ini anak kecil yang tidak boleh jatuh cinta, upssss cinta? Entahlah pokoknya hari ini Kak Biyan harus menjawab ungkapan hatiku, persetan kedepannya hubungan kami akan seperti apa, yang penting sebelum kak Biyan pergi hubungan kami sudah berubah. "Memangnya anak SMA nggak boleh suka ya sama cowok, teman aku saja sudah gonta ganti pacar bahkan ada yang pacaran sama 2 atau 3 cowok, masa aku nggak boleh," wajah Kak Biyan yang tadinya menyunggingkan senyum berubah sedikit menyeramkan. "Gonta ganti? Ckckckc anak sekarang kalo pacaran seperti ganti baju saja, pokoknya kakak nggak suka ya kamu meniru teman-teman kamu itu, pokoknya..." aku meletakkan jariku dibibirnya. "Sttsss makanya kakak dong yang jadi pacar aku, aku jamin dengan garansi 5 tahun kalo hati ini hanya untuk kakak, beuh setia nggak aku... susah loh cari pacar setia di zaman seperti ini," wajah kak Biyan yang tadinya terlihat menyeramkan sedikit mencair dan diakhiri dengan senyum. "Tapi bukannya kamu nggak suka kakak, katanya kakak ambil kesempatan untuk merebut kasih sayang Daddy dan Mommy, bukannya..." ishhh beri jawaban iya saja pake acara ngelantur ke masa lalu, aku menutup telingaku dan bernyanyi kecil agar tidak mendengar ocehannya, terlalu memuja Daddy membuat Kak Biyan ketularan suka ngomel dan ngoceh. "Mau apa nggak nih kak, kesempatan nggak datang dua kali loh... pacari aku dan aku janji akan bersikap baik atau tolak aku tapi aku jutek sampai kakak nerima aku, ayo pilih yang mana," kataku dengan tawaran yang intinya sama saja yaitu kak Biyan harus, kudu dan mau menjadi pacarku. "Memangnya kakak ada pilihan lain?" dengan reflek aku menghambur kepelukannya, pokoknya Daddy nggak boleh mengirim kak Biyan kuliah diluar, aku harus cari alasan jitu agar Daddy membatalkan niatnya, masa baru pacaran harus merasakan LDR-an, minimal sebulan atau dua bulan deh baru kak Biyan berangkat, akukan mau merasakan malam mingguan berdua pacarku. Kak Biyan melepaskan pelukannya dan menatapku tajam "Tapi dengan syarat... untuk saat ini hubungan ini kita tutupi dari siapapun, terutama Daddy dan Mommy," aku langsung mengangguk, apapun syaratnya akan aku lakukan asal tawaranku menjadi pacarnya tidak ditolak. "Ya sudah sekarang kamu mandi, anak gadis kok baunya asem sih," kak Biyan mendorong tubuhku menuju kamar mandi. "Hehehe tapi tetap cantikkan walau dua hari nggak mandi," kataku sambil menunjukkan wajah aegyo seperti artis-artis korea, kak Biyan tertawa dan memilih meninggalkan kamar untuk membiarkanku membersihkan diri. Setelah kak Biyan keluar aku kembali membuang nafas, ini benar-benar gila dalam waktu satu hari yang tadinya sebel, kesal dan bête berubah menjadi sayang, suka atau apalah namanya "Jangan-jangan kak Biyan kasih pellet ya ke nasi yang aku makan tadi" aku bergedik ngeri membayangkan kak Biyan mengucapkan jampi-jampi agar aku bertekuk lutut kepadanya. "Beuh Aisha! Kak Biyan bukan orang sebodoh itu! Dia itu lulusan terbaik sejak SD sampai SMA masa melakukan hal gila seperti itu," aku menggelengkan kepalaku agar pikiran bodoh itu hilang dari otakku yang kecil ini. **** Pagi harinya.... Setelah dua hari berkutat dengan mogok makan dengan tanpa malu akhirnya aku bergabung dengan anggota keluarga lainnya untuk sarapan pagi ini, Daddy sibuk membaca koran paginya... Mommy sibuk menghidangkan sarapan untuk anak-anaknya dan Ocean sibuk dengan gadget-nya sedangkan Kak Biyan belum turun dari kamarnya. "Wah Princess Dinata akhirnya mau sarapan lagi?" sindir Mommy sambil melihatku, Daddy melipat korannya dan berdehem saat melihatku, aku memanyunkan bibir dan menunjukkan kemarahanku karena Daddy sekalipun tidak berusaha membujukku untuk berhenti mogok makan. "Iyalah sarapan... di rumah ini nggak ada yang peduli kalo aku nggak makan dua hari, bahkan Daddy yang aku sayangi acuh aja tuh," sindirku, bukannya merasa bersalah Daddy semakin bersikap acuh dan kali ini Mommy seperti setuju dengan sikap Daddy kepadaku, "walau kak Biyan menyebalkan tapi hanya dia yang peduli sama aku, dan sepertinya Daddy harus batalkan rencana mengirim Kak Biyan kuliah diluar, bisa-bisa aku mati karena nggak ada yang peduli sama aku" pancingku agar Daddy membatalkan niatnya. "Pagi Mom, Pagi Dad, Pagi Ocean dan selamat pagi Aisha," sapa kak Biyan sambil duduk disebelahku, dan aku berusaha bersikap acuh dan masih tidak menyukainya didepan kedua orangtua kami dengan tidak menjawab sapaannya. "Daddy sudah atur keberangkatan kamu Senin depan, bersiaplah untuk pindah ke Jerman," aku yang sedang meminum susuku langsung menyemburkan saking shock mendengar ucapan Daddy, Senin depan dan itu berarti umur pacaran kami hanya 4 hari! Ya Tuhan, Daddy memang sangat keterlaluan, aku hendak membantah tapi Daddy langsung menatapku dengan tatapan tidak ingin dibantah atau bersedia dicoret dari kartu keluarga Dinata. "Baik Dad," balas kak Biyan tanpa sedikitpun berusaha untuk membantah, ah aku lupa jika Kak Biyan terlahir untuk selalu menuruti kata-kata Daddy, aku harus putar otak agar keberangkatannya Senin depan ditunda sampai mentalku siap ditinggal pergi jauh oleh kak Biyan. **** Wajahku tak berhenti menyunggingkan senyum semenjak pelajaran fisika sampai istirahat siang membayangkan sore nanti kencan pertamaku dengan kak Biyan, sebelum berangkat sekolah supaya aku tidak marah kak Biyan berjanji akan membawaku jalan-jalan sekaligus mengajakku kencan untuk pertama kalinya. "Woy," lamunan indah tentang kak Biyan buyar saat aku merasakan beberapa tangan mendorong bahuku, aku memutar tubuhku dan melihat Silka dan Hani, dua sahabatku sedang tertawa melihatku yang hampir kena serangan jantung akibat candaan mereka. "Nggak lucu ya," kataku kesal. Mereka lalu duduk di depanku dan mengeluarkan kotak pencil yang bukannya berisi pena tapi berisi peralatan make up. "Habis elo dipanggil nggak nyahut, lagian siang bolong melamun... pasti elo ngelamun jorok ya, elo pasti ngebayangin Haska sedang naked," tebak Silka sambil menunjuk wajahku, aku memukul tangannya dan menggeleng pelan. Haska itu idola sekolah, wajahnya tampan bak Lee Min Ho tapi sayangnya kegantengan Haska kalah jauh dari wajah Kak Biyan yang wajahnya bak Kim So hyun, hihihihi. "Terus lo ngelamunin apa? tumben banget princess Aisha bukannya ke kantin tapi malah diam membisu di kelas, hati-hati kesambet penghuni kelas ini," sambung Hani yang memang bisa melihat makhlus halus, bulu kudukku langsung berdiri dan memukul dua sahabatku yang merusak kesenangan baruku yaitu melamun dan membayangkan Kak Biyan. Teng tong teng tong teng Bunyi bell membuat dua penyihir didepanku langsung bergegas kembali ke bangku masing-masing, aku melihat Ibu Vania guru Biologi masuk dengan wajah tegasnya, aku bergegas mengeluarkan buku Biologi dan membuka bab lanjutan dari pelajaran minggu lalu, dan wajahku bersemu merah saat bab itu membahas tentang organ reproduksi dan gilanya aku membayangkan bagaimana jika aku dan kak Biyan menikah terus memiliki anak, apa anakku akan mirip ayahnya atau mirip aku ya. "Aisha..." "Anak kita dua aja kak!" semua mata memandangku dan tak lama kelas langsung gaduh mendengar jawabanku, Ibu Vania langsung menunjuk pintu agar aku keluar... hukuman bagi murid yang tidak fokus saat beliau sedang mengajar. Dengan langkah gontai aku berjalan keluar, kelas masih gaduh karena menertawakan kebodohanku, aku hanya bisa menunduk malu sambil berharap jam 3 cepatlah datang agar aku bisa segera keluar dari sekolah dan wajahku bisa kembali tegak. "Huwaaaa ini semua karena kak Biyan! Pokoknya kak Biyan harus tanggung jawab sudah bikin otakku tercemar," gerutuku dalam hati. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD