LEWAT

1005 Words

Alhasil mereka terpaksa langsung masuk saja ke kamar Asa. Melalui lorong yang sama ketika mereka mengantar Asa dulu. Pintu kamar Asa tertutup. Seharusnya pemuda itu sudah pulang kuliah jam segini. Apa mungkin sudah jadwal jam kerja paruh waktunya? Semoga saja belum. Karena mereka benar - benar ingin bertemu Asa secepatnya. Semoga saja asa hanya sedang tidur di dalam sana. Semoga. "Ayo cepet ketuk pintunya, Buk!" seru Rahman yang juga sudah tidak sabar ingin melihat reaksi putra bungsunya. "Iya, Buk. Ayo. Dek asa pasti seneng banget." Azam ikut - ikutan sang ayah. Anis tersenyum dan mengangguk dengan antusias. Ia segera mengetuk pintu itu perlahan. Mengingat sang putra bukan tipe orang yang sulit dibangunkan. Ketukan pertama, kedua, ketiga. Pintu

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD