Ironi

2363 Words

Fabian mengembuskan napas panjang saat menatap langit sore di London yang mulai berubah kelabu. Hiruk-pikuk kota yang biasanya terasa menggairahkan kini seperti samar di telinganya, tertelan oleh pikirannya yang dipenuhi berbagai rencana dan kekhawatiran. Setelah bertahun-tahun berkutat dengan studi dan pekerjaan sampingan, akhirnya ia berhasil menyelesaikan gelar S2-nya. Gelar yang bukan di bidang kedokteran seperti yang diinginkan ayahnya, melainkan sesuatu yang benar-benar ia pilih sendiri—sesuatu yang ia cintai. Namun, kebebasan akademik yang ia perjuangkan selama ini tidak serta-merta menghapus bayang-bayang ketegangan yang telah lama menghantui hubungan dengan ayahnya. Sejak pertama kali ia jujur pada ayahnya, komunikasi mereka berubah dingin. Sang ayah, seorang profesor yang disega

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD